Karena tradisi tersebut sudah turun temurun dan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kalangan umat Islam serta menjadi simbol sebagai kesejahteraan masyarakat Kudus, maka magnet untuk memperebutkan nasi buka luwur tetap muncul hingga sekara
Kudus, Jateng (ANTARA) - Suasana di kompleks Menara dan Makam Sunan Kudus, Jawa Tengah, pada Senin (8/8) dini hari terlihat ramai dan banyak warga yang terlihat membentuk barisan untuk mengantre mendapatkan nasi "buka luwur" Sunan Kudus.

Mayoritas warga yang mengantre di Jalan Menara Kudus terlihat berpakaian islami. Sebagian ada pula warga Kudus ataupun warga luar daerah yang sengaja datang untuk ikut mengantre.

Pemandangan ramai untuk memperebutkan nasi buka luwur tersebut, selalu terlihat setiap 10 Muharram. Sedangkan 10 Muharam 1444 Hijriah tahun ini jatuh pada Senin (8/8) 2022.

Yayasan Menara dan Makam Sunan Kudus setiap 10 Muharam memiliki rangkaian acara buka luwur, salah satunya pembagian nasi buka luwur yang terdiri dari dua jenis, yakni nasi jangkrik goreng dan uyah asem (jawa).

Menu nasi uyah asem meliputi, daging kerbau tanpa kuah, sedangkan menu nasi jangkrik goreng dilengkapi kuah tetelan daging kerbau. Khusus untuk warga yang antre langsung hanya disediakan nasi uyah asem tanpa kuah agar tidak basi.

Untuk menghindari permasalahan, maka antrean juga dibedakan antara kaum laki-laki dengan perempuan, sehingga di sepanjang Jalan Menara Kudus terlihat banyak warga yang ingin mendapatkan nasi buka luwur Sunan Kudus.

Seila, salah satu warga asal Jepara yang mengantre nasi jangkrik mengakui rela antre sejak pukul 05.00 WIB hanya untuk mendapatkan berkahnya Sunan Kudus melalui nasi buka luwur yang dibagikan kepada warga.

"Saya juga rela berdesak-desakan demi mendapatkan nasi bungkus tersebut. Mudah-mudahan, mendapatkan barokah agar saya bisa lancar menghafalkan Al Quran," katanya.

Sementara warga lainnya, ada yang berharap mendapatkan berkah agar mendapatkan kemudahan jodoh. Ada pula yang meyakini bahwa nasi buka luwur tersebut, bisa dijadikan pupuk tanaman dengan cara dikeringkan terlebih dahulu.

Tradisi buka luwur dengan membagi-bagikan nasi bungkus juga sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Pembagian nasi bungkus tersebut disimbolkan sebagai kesejahteraan masyarakat karena nasi disimbolkan sebagai pangan dan daun jati yang digunakan sebagai pembungkus disimbolkan sebagai sandang.

Jika nasi yang dibagikan kepada masyarakat cukup, dipercaya dalam setahun ke depan masyarakat tidak akan kekurangan sandang atau pakaian.

Masyarakat awam juga mempercayai melalui nasi bungkus tersebut bisa mendatangkan keberkahan. Jika dimakan dipercaya dapat terhindar dari sakit dan nasi yang disebar ke sawah dipercaya mendatangkan kesuburan.

Dalam rangka pemerataan pembagian nasi jangkrik dan uyah asem, maka pembagiannya dilakukan di setiap kecamatan. Kebijakan tersebut digagas pada masa pandemi COVID-19 untuk mengurangi kerumunan karena setiap pembagian nasi buka luwur selalu dipenuhi banyak warga.

Meskipun sudah ada pembagian di masing-masing kecamatan, ternyata animo masyarakat untuk mendapatkannya secara langsung tidak surut. Terbukti pembagian nasi buka luwur pada Senin (8/8/2022), masih dipenuhi warga yang rela antre sejak subuh hanya untuk bisa mendapatkan satu bungkus nasi.

Pembagian per kecamatan

Juru Bicara Panitia Buka Luwur Sunan Kudus Muhammad Kharis memastikan bahwa kebijakan untuk membagikan nasi buka luwur ke masing-masing kecamatan akan tetap dilanjutkan, meskipun pandemi berakhir. Hal itu, tidak terlepas dari keinginan pengurus Yayasan Menara dan Makam Sunan Kudus untuk tetap menjalin persahabatan dengan pemangku punden maupun belik (sumber air).

Mereka tetap menjadi bagian keluarga besar Menara Kudus sehingga panitia menyediakan 15.000 bungkus untuk dibagikan kepada semua pemangku punden maupun belik yang tersebar di sembilan kecamatan di Kabupaten Kudus.

Karena warga yang datang langsung tidak bisa dicegah dan jumlahnya setiap acara juga cukup banyak, maka panitia tetap menyediakan sebanyak 5.634 bungkus. Sedangkan total nasi buka luwur yang disediakan panitia mencapai 30.800 bungkus.

Persahabatan dengan pemangku punden dan belik diperkirakan terjadi setelah pihak Yayasan Menara dan Makam Sunan Kudus menggagas rangkaian acara buka luwur dengan menggelar kirab 50 sumber mata air pada tahun 2019. Tujuannya untuk memperkenalkan kekayaan sumber mata air yang ada di Kabupaten Kudus.

Setelah sempat ditiadakan karena pandemi, pada tahun ini kirab mata air sebagai sumber penghidupan kembali diadakan, meskipun tidak semeriah tahun 2019.

Pelestarian Buka Luwur

Karena tradisi buka luwur sudah ada sejak lama. Pemerintah Kabupaten Kudus juga menyatakan dukungan dan komitmennya untuk tetap melestarikannya.

Bupati Kudus Hartopo juga menyampaikan dukungan tersebut, bahwa tradisi buka luwur harus tetap dilestarikan sebagai bentuk penghormatan terhadap Kanjeng Sunan Kudus sebagai leluhur. Sedangkan pembagian nasi buka luwur ini bertujuan untuk sedekah, juga untuk mendapatkan berkah.

Apalagi, banyak yang mempercayai bahwa nasi buka luwur Sunan Kudus dipercaya membawa banyak keberkahan bagi warga yang mau mengonsumsinya.

"Ini sudah dipercaya masyarakat luas di Kabupaten Kudus, bukan sekedar mitos semata. Banyak yang sudah membuktikan manfaatnya sebagai salah satu obat. Tetapi semuanya tentu atas izin Allah SWT, nasi buka luwur ini hanya perantara melalui doa yang dipanjatkan para alim ulama," terangnya mengingatkan masyarakat.

Hartopo juga berkesempatan membagikan nasi buka luwur Sunan Kudus secara simbolis kepada delapan orang pemangku punden di Kecamatan Kaliwungu pada 10 Muharam.

Sunan Kudus atau Syekh Ja'far Shodiq merupakan salah satu dari Wali Sembilan yang menjadi simbol penyebar Agama Islam di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Sebagai penyebar agama Islam, namanya sangat dikenal di kehidupan masyarakat Jawa.

Nampaknya, tradisi yang berasal dari para wali, khususnya Sunan Kudus memang dipercayai mendatangkan keberkahan dan berlangsung hingga sekarang. Salah satunya nasi buka luwur yang dibagikan dalam rangkaian kegiatan selama tradisi penggantian kain penutup Makam Syekh Ja'far Shodiq.

Karena tradisi tersebut sudah turun temurun dan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kalangan umat Islam serta menjadi simbol sebagai kesejahteraan masyarakat Kudus, maka magnet untuk memperebutkan nasi buka luwur tetap muncul hingga sekarang. 

Baca juga: Nasi tradisi buka luwur di Makam Sunan Kudus dibagikan tanpa antrean

Baca juga: Masih pandemi, pengelola Sunan Kudus tiadakan antrean nasi buka luwur

Baca juga: Buka luwur Makam Ratu Kalinyamat Jepara tetap digelar

Baca juga: Ribuan warga perebutkan nasi uyah asem buka luwur

Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022