Jakarta (ANTARA News) - Mahasiswa Papua yang sedang belajar di Yogyakarta dan sebagian menjadi korban gempa bumi tersinggung dan mengembalikan bantuan PT Freeport Indonesia ketika perusahaan itu memberikan bantuan kepada mereka. Ketersinggungan mahasiswa Papua itu karena perusahaan tersebut hanya memberikan bantuan sebesar Rp16 Juta dan 15 karung goni beras, sementara Freeport memberikan bantuan kepada korban Yogya Rp1 miliar. Ini sangat diskriminiatif, paling tidak separuhnyalah, kata sesepuh mahasiswa Papua di Yogyakarta, Hans Maniburi, Kamis. Hans berpendapat, Freeport tidak punya kepedulian untuk membangun dan memberdayakan orang Papua, yang diinginkan oleh Freeport adalah mengeruk isi kekayaan bumi Papua. Rabu malam PT Freeport menyerahkan bantuan tersebut kepada mahasiswa Papua di Yogya, namun setelah tiba di Asrama Kamasan I Jalan Kusumanegara No 119 mahasiswa sangat kecewa dengan bantuan itu. Padahal, menurut Hans, di Yogyakarta ada sekitar 5.000 orang mahasiswa Papua, dan dari jumlah itu ada juga yang menjadi korban bencana gempa bumi tektonik 27 Mei lalu. Mahasiswa yang mempersoalkan hal itu akhirnya menolak bantuan dari Freeport tersebut dan mengembalikannya. Menanggapi hal itu, Ketua Pansus Freeport DPR Papua Yan Ayomi di Jayapura menyatakan penyesalannya. Ia menyatakan bahwa Freeport tidak memahami "suasana bathin" orang Papua. "Lebih baik Freeport tidak usah bantu. Kalau tidak ikhlas lebih baik tidak usahlah," ujarnya. Yan berpendapat, Pimpinan Freeport tidak sensitif bahkan membuat orang Papua khususnya mahasiswa terus merasa tersinggung. Perilaku seperti itu dinilai justru akan menambah antipati dan sakit hati orang Papua terutama mahasiswa terhadap Freeport, ujarnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006