Jakarta (ANTARA News) - Musisi kawakan Indonesia Kikan Namara meminta Hari Musik Nasional tanggal 9 Maret tidak sekedar menjadi sebuah peringatan belaka, namun bisa dimaknai secara mendalam.

"Aku sebagai musisi berharap hari itu (Hari Musik Nasional) jangan dilewatkan sebagai hari yang cuma punya judul, tetapi sebagai hari yang punya makna mendalam," kata Kikan dijumpai setelah menyaksikan pagelaran musik Alter Bridge Tour Jakarta 2014 di Ancol, Jakarta, Sabtu (8/3) malam.

Mantan vokalis grup band Cokelat itu mengatakan industri musik Indonesia saat ini sangat besar. Tidak sedikit musisi nasional yang telah bersusah payah membawa nama bangsa ke mancanegara.

Namun saat ini, menurut dia, pemerintah kurang memberikan fasilitas bagi musisi. "Contohnya ketika kita kurang dana, kita tidak diperhatikan, padahal kita sudah mengharumkan nama bangsa. Saya ini merasakan berkecimpung di dunia musik Indonesia dari tahun 1990-an, dan industri musik kita ini 'gila' (besar)," kata Kikan.

Belum lagi, kata dia, perihal problem klasik praktik pembajakan lagu yang saat ini sudah bak benang kusut. "Pembajakan itu kan soal mental, baik pelaku maupun pembeli secara sistem sudah semerawut. Dari A sampai Z, begitu saja terus masalahnya," ujar dia.

Kikan merasa para musisi perlu satu suara dan membuat gerakan untuk melawan pembajakan. Saat ini Kikan melihat para musisi masih berbeda opini dalam memandang pembajakan.

"Musisi itu belum kompak, yang sebagian tolak pembajakan, sebagian lagi mempersilahkan dibajak. Memang agak sulit menyatukan musisi dari berbagai genre musik, tapi musisi harus bersatu," ujar Kikan.

Dia juga mengharapkan hari musik dimaknai secara luas, tidak hanya menyentuh musik secara industri, tetapi juga musik tradisional sebagai karya asli kedaerahan.

Peringatan Hari Musik Nasional diperingati setiap 9 Maret, sesuai keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan hari kelahiran pencipta lagu Indonesia Raya, Wage Rudolf Supratman.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014