Jakarta (ANTARA News) - Para guru memiliki tanggapan beragam soal keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, beberapa waktu lalu, yang menghentikan sementara pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah.

Kendati demikian, sebagian dari mereka percaya, pemerintah nantinya mampu memutuskan kurikulum terbaik bagi para siswa.

Kepala Sekolah SMPN 41 Jakarta, Drs. Afrisyaf Amir, M.Pd, mengungkapkan keyakinannya kalaupun pemerintah memutuskan kembali menerapkan Kurikulum 2006, itu merupakan keputusan yang telah dipikirkan baik-baik.

"Jadi, sifatnya, kami menunggu instruksi dari pemerintah tentu dalam hal ini dinas pendidikan provinsi DKI Jakarta. Apapun kebijakan yang diambil, kita mengikuti," ujar Afrisyaf kepada ANTARA News, di Jakarta, Senin (8/12).

"Tentu pemerintah sudah memikirkan. Kita mendukung saja. Kita harapkan kurikulum yang terbaik lah untuk anak-anak kita," kata dia.

Afrisyah mengatakan, jika pemerintah memutuskan kembali ke Kurikulum 2006, maka sudah menjadi tugas para guru untuk menyampaikan pada siswa didik. "Kalau nanti Kurikulum 2013 dihentikan, lalu kembali ke Kurikulum 2006 atau KTSP, jadi tugas kita lagi untuk menyampaikan ke anak-anak, agar tidak salah dalam pemahaman," kata dia.

Dia menilai sebetulnya pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMPN 41 berjalan baik, sekalipun memang terkendala soal buku-buku yang terlambat dikirimkan.

"Kurikulum 2013 di SMPN 41 berjalan baik, karena kita sudah menyiapkan sesuai dengan kebijakan. Buku-buku sudah kita usahakan. Hanya saja ada sejumlah keterlambatan. Tetapi, kita jemput tempat pengadaan buku," tutur Afrisyaf.

"Kalau di SMPN 41 kami sosialisasikan terus (kurikulum 2013), ke siswa. Dan bapak-bapak, ibu guru, sudah mulai enjoy. Kalau ada kendala di sana-sini, bapak ibu guru sifatnya belajar ya," kata dia.

Hal senada disampaikan Kepala Sekolah SMP Suluh Jakarta, Kusnadi, S.Pd. Sekalipun secara pribadi Kusnadi mengaku kecewa atas keputusan pemerintah menghentikan sementara pelaksanaan Kurikulum 2013, namun pihaknya akan mengikuti apapun ketentuan pemerintah.

"Sebenarnya di sekolah, apapun kurikulum yang diberikan, dipakai saja. Tapi kalau disuruh memilih, saya lebih memilih kurikulum 2013," kata Kusnadi, dalam kesempatan berbeda.

Menurut dia, dibandingkan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 bisa mengakomodir kecerdasan anak yang sifatnya berbeda-beda, tak melulu soal pengetahuan akademis.

"Kalau saya setuju dengan kurikulum 2013. Karena anak-anak punya kecerdasan sendiri-sendiri. Ada anak yang kognisinya bagus, ada juga yang keterampilannya yang bagus. Itu kan kita lihat," kata dia.

Kusnadi mengakui, kalangan guru di lingkungannya masih memilki pendapat berbeda-beda soal pelaksanaan kurikulum 2013. Salah satu staf Kurikulum SMP Suluh, Juriani Almaida, S.Pd, misalnya.

"Kalau kurikulum 2013 dihentikan, kami dengar akan dikembalikan ke kurikulum 2006, ya ada senangnya juga, karena kalau di kurikulum 2013 ini, kita perlu banyak pendalaman juga, perlu banyak pembelajaran pada guru-guru untuk bisa memberikan pada peserta didik," kata Juriani.

Dia menambahkan, kalaupun nantinya pemerintah memutuskan kembali menerapkan kurikulum 2013, dirinya mengaku siap melaksanakannya. Hanya saja dengan persyaratan.

"Kalau dilanjutkan (kurikulum 2013) oke, tetapi, dengan catatan para pendidik itu diberi pelatihan kembali, supaya punya kemampuan untuk menyampaikan. Pendidiknya siap, tetapi buku nya enggak siap juga tidak bisa," kata dia.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014