Bandung (ANTARA News) - Intelektual Muslim Haidar Bagir menilai makna salam sunda "Sampurasun" dekat dengan rukun Islam karena memiliki istilah Silih Wangi (biasa disebut Siliwangi) yang mengandung makna setelah menyempurnakan diri.

"Kita menyelenggarakan amal-amal baik dan memberikan manfaat pada lingkungan, dalam bentuk silih asih (saling menyayangi), silih asah (saling membantu meningkatkan diri), serta silih asuh (saling mendidik dan merawat)," katanya.

"Menurut saya, makna salam ini sangat dekat dengan Rukun Ihsan dalam Islam," kata Haidar, ketika dimintai tanggapannya tentang polemik plesetan Salam Sunda "Sampurasun" menjadi"Campur Racun" oleh petinggi ormas, Rabu.

Ia mengatakan umat muslim harus percaya dan menjalankan rukun Islam dan rukun iman karena keberagamaannya belum sempurna jika tak menjalankan Rukun Ihsan, yakni melakukan amal-amal baik sesempurna mungkin sebagai wujud beriman dan beribadah kepada Allah.

Atas dasar inilah, ia mengatakan, ajaran Islam sangat menghargai keragaman budaya. Budaya yang bersumber dari kebijaksanaan lokal dan sesuai dengan syariat justru dapat membantu manusia dalam menggali kekayaan ajaran Islam.

"Saya yakin, unsur-unsur budaya yang sesuai syariat adalah peninggalan para nabi yang di dalam hadits disebut berjumlah 124 ribu orang," ujar pendiri Grup Penerbit Mizan ini.

Bahkan, sebagian pemikir atau ulama Islam berpendapat bahwa Allah mungkin saja mengilhamkan hikmah dan kebijaksanaan kepada orang-orang bijak yang bukan nabi.

"Selama dilandasi dengan kesadaran ajaran Allah, salam Sampurasun sejalan dengan ajaran Islam. Akan bagus jika sebelum mengucapkannya diawali dengan ucapan Assalamualaikum," kata Haidar, yang menjadi salah satu dari 500 Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia tahun 2015 versi The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) tersebut.

Sementara itu, tokoh Intelektual Muslim Amerika Serikat Imam Muhammad Bashar Arafat menambahkan kebudayaan dan Islam tidak bertentangan.

"Keduanya bisa berjalan seiring dan berdampingan," ujarn Arafat.

Menurut Arafat, antara Islam, budaya lokal, hingga etnis tak pernah kontradiktif. "Alquran juga memberikan pesan itu, sehingga tidak seharusnya orang mempertentangkan keduanya," kata dia.

Ia mencontohkan bagaimana kehidupan Muslim di Amerika Serikat, sekaligus menekankan soal toleransi antar umat beragama. "Tampil lah seorang Muslim sesuai budaya lokal, karena tidak harus menjadi seorang Muslim yang mengusung budaya Arab," ujar pria yang juga menjadi pengurus Islamic Centre di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat itu.

Polemik seputar salam Sunda Sampurasun ternyata belum juga mereda karena setelah Angkatan Muda Siliwangi (AMS) melaporkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab karena mempelesetkan Sampurasun menjadi Campur Racun yang melecehkan budaya Sunda, kini Rizieq malah melaporkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dengan tudingan melecehkan agama.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015