Jakarta (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan rasio belanja penelitian dan pengembangan (litbang) terhadap Produk Domestik Bruto dalam tiga tahun terakhir meningkat dari 0,08 persen menjadi 0,25 persen.

Hasil penghitungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Tim LIPI menunjukkan rasio belanja Litbang terhadap Produk Domestik Bruto (Gross Expenditure on R&D/GERD) Indonesia pada 2016 adalah 0,25 persen atau senilai Rp30,78 triliun.

"Naik dibandingkan sebelumnya yang 0,20 persen pada 2015," kata M. Nasir pada peluncuran indikator peningkatan GERD di area Indonesia Science Expo (ISE) 2017 di Jakarta, Senin.

Pada 2014, GERD Indonesia masih 0,08 persen dari PDB dan meningkat menjadi 0,2 persen di 2015, katanya.

Nasir mengatakan kementerian akan terus memperjuangkan percepatan kenaikan GERD sampai mencapai 4,20 persen terhadap PDB pada 2040, menyamai rasio belanja Litbang Korea Selatan yang mencapai 4,23 persen pada 2015.

Meski demikian, 80,97 persen dari GERD 2016 atau Rp24,92 triliun masih berasal dari Pemerintah Pusat. Industri manufaktur baru menyumbang 9,15 persen atau Rp2,81 triliun, Pemerintah Daerah menyumbang 2,91 persen atau Rp0,89 triliun dan sumbangan perguruan tinggi mencapai 2,65 persen atau Rp0,81 triliun.

"Yang perlu didorong itu bagaimana Balitbangda (Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah) bisa meningkatkan alokasi dana Litbangnya, karena baru empat persen. Selain itu, membenahi unsur Litbang yang masih kecil di lembaga Litbang dan perguruan tinggi," katanya.

Sementara proporsi belanja Litbang berdasarkan sektor di Indonesia pada 2016 mencapai 83,88 persen. Sementara Vietnam 42,24 persen (2013), Filipina 29,73 persen (2013), Malaysia 19,56 persen (2015), Cina 16,16 persen (2015), Korea Selatan 11,74 persen (2015), Singapura 11,40 persen (2014), Amerika Serikat 11,18 persen (2015), Thailand 9,95 persen (2015) dan Jepang 7,90 persen (2015).

Nasir mengatakan sektor swasta perlu didorong untuk bisa bekerja sama dengan lembaga litbang dan perguruan tinggi untuk meningkatkan riset.

"Kita terus coba mencari komponen untuk menurunkan bagian dari Pemerintah. Maunya sih industri langsung membiayai sekaligus memakai produk riset yang dihasilkan," katanya.

Peningkatan GERD, menurut Nasir, sangat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah publikasi.

Berdasarkan data Islamic World Science Citation pertumbuhan publikasi ilmiah Indonesia meningkat hingga 1.567 persen pada 2017.



Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017