Malang (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto meminta seluruh elemen TNI, Polri, Bea Cukai, dan Badan Narkotika Nasional (BNN) harus bersinergi untuk menangani darurat narkoba di Tanah Air.

"Saat ini kita dalam kondisi darurat narkoba. Berbagai cara dilakukan oknum-oknum tak bertanggung jawab terus berupaya menyelundupkan narkoba masuk ke Indonesia melalui banyak pintu. Dan, jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung," kata Panglima TNI usai menyampaikan pidato ilmiah di hadapan wisudawan-wisudawati Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di UMM Dome, Jatim, Sabtu.

Setelah ada penangkapan narkoba seberat 1,29 ton, katanya, pihaknya bersama mitra dan semua pihak tetap melakukan pemantauan karena tidak menutup kemungkinan masih ada upaya penyelundupan. Dan, terbukti tidak lama petugas Bea Cukai melakukan penangkapan terkait rencana penyelundupan narkoba seberat 1,6 ton.

Kondisi ini, lanjutnya, sangat berbahaya dan negeri ini dalam posisi darurat narkoba yang harus ditangani bersama-sama, harus ada sinergitas antara semua pihak. "Kami terus berkoordinasi dan membangun sinergitas untuk menangani dan menangkal penyelundupan narkoba ke Indonesia," ucapnya.

Menyinggung industri pertahanan dalam negeri, Panglima mengatakan harus terus ditingkatkan, terutama teknologi modern yang berkualitas guna mendukung alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI. "Teknologi militer yang dibutuhkan harus sesuai konsep operasi militer modern yang mengintegrasikan seluruh komponen militer ke dalam suatu teknologi Network Centric Warfare (NCW) yang menguntungkan dalam operasi tempur," ujarnya.

Dalam membangun industri pertahanan dalam negeri, lanjutnya, tidak bisa dilepaskan dari peran akademisi cukup sentral sebagai kolaborator strategis terkait riset dan perkembangan manajemen untuk diterapkan dalam industri pertahanan. Tenaga kerja profesional dalam industri pertahanan menjadi dosen praktisi di berbagai perguruan tinggi. Mereka sering menjadi sumber gagasan dan inspirasi menjadi laboratorium pengetahuan dan teknologi.

"Gagasan ini nantinya bisa diaktualisasikan dalam sebuah riset pengembangan teknologi Alutsista. Saya berharap lulusan UMM dan perguruan tinggi lainnya, nantinya juga berkontribusi dalam pembangunan industri pertahanan di Tanah Air," ucapnya.

Ia mengemukakan saat ini Indonesia banyak mengalami permasalahan, baik dari dalam maupun luar negeri. Ancaman terus bermunculan secara global, seperti siber, biologi dan kesenjangan. Melihat kondisi itu, Indonesia membutuhkan peralatan modifikasi yang diharapkan dapat hadir dari tangan para mahasiswa dan akademisi.

Dengan demikian, lanjutnya, produksi industri pertahanan Indonesia dapat berjalan dengan baik, apalagi didukung oleh kemampuan intelektual mahasiswa.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018