Sydney (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo bertolak ke Selandia Baru untuk melakukan kunjungan kenegaraan selama dua hari di negara tersebut.

Presiden Joko Widodo, Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi serta rombongan lain menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia 1 berangkat dari bandara internasional Kingsford Smith Sydney pada sekitar pukul 17.15 waktu setempat.

Rencananya Presiden akan menemui Perdana Menteri Jacinda Ardern, mendatangi parlemen Selandia Baru, menemui warga negara Indonesia di Wellington dan sejumlah agenda kenegaraan lainnya.

Sebelumnya, Presiden menghadiri ASEAN-Australia Special Summit 2018 di Sydney. Agenda terakhir yang dihadiri Presiden adalah Retreat para pemimpin negara/pemerintah ASEAN dan Australia di Admiralty House, Kirribilli.

Dalam "Retreat" tersebut Presiden Joko Widodo menyampaikan tiga butir usulan kerja sama.

"Pertama, ASEAN-Australia harus berkontribusi dalam menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru di Samudera Hindia," kata Presiden.

Presiden menegaskan, kerja sama ekonomi dengan negara-negara di lingkar Samudera Hindia menjadi keharusan untuk mewujudkan poros ekonomi baru.

Usulan kedua adalah mengenai ancaman keamanan lintas batas di lingkar Samudera Hindia seperti perompakan, "Illegal, Unreported, and Unregulated" (IUU) fishing, penyelundupan manusia, perdagangan narkoba, serta ancaman radikalisme dan terorisme menjadi tantangan nyata yang harus diatasi ASEAN-Australia.

"ASEAN-Australia perlu membangun mekanisme yang efektif termasuk dengan negara-negara di Samudera Hindia seperti di bidang keamanan dan keselamatan maritim, Search and Rescue (SAR), dan Perlindungan sumber daya laut," ungkap Presiden.

Sedangkan usulan ketiga adalah Presiden mengemukakan pentingnya kerja sama ASEAN-Australia dalam memperkuat sentralitas ASEAN, termasuk dalam membangun arsitektur di kawasan.

"Sentralitas ASEAN tidak pernah memunculkan ancaman bagi siapapun, sentralitas ASEAN justru akan menyuburkan kebiasan berdialog dan bekerja sama," tambah Presiden.

Akhirnya, Presiden berharap kerja sama di kawasan Samudera Hindia dapat terintegrasi dengan kawasan Pasifik sehingga dapat terbentuk ke dalam sebuah arsitektur kawasan Indo-Pasifik yang terbuka, inklusif, transparan, serta menjunjung tinggi hukum internasional.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018