Jayapura (ANTARA News) - Festival Kopi Papua di gelar di halaman Parkiran Bank Indonesia Jayapura dengan menghadirkan berbagai jenis olahan kopi dari berbagai wilayah di daerah ini, seperti Jayawijaya, Pegunungan Bintang, Paniai, Nabire, Timika  dan Yahukimo.

Turut pula hadir berpartisipasi para pengusaha kopi Papua yang sudah dikenal pemburu kopi dunia seperti Maksimus Lani dan Piter Tan. Selain itu, OPD (Organisasi Perangkat Daerah) di Propinsi Papua dan BPTP Balitbantan Papua mendiseminasikan hasil olahan kopi dan sagu pada event tersebut.

Festival Kopi Papua dibuka oleh Pejabat Gubernur Papua Mayor Jenderal TNI Purn. Soedarmo bersama Ketua Dewan kopi Nasional Anton Apriantono, Wali Kota Jayapura Benhur tomi Mano.

Festival kopi yang pertama kali dilaksanakan di Papua ini diharapkan memicu pengembangan kopi Papua secara umum. Selama ini pertumbuhan ekonomi Papua berasal dari tambang seperti Freeport tetapi juga memiliki binaan kopi.

Pada umumnya 70 persen penduduk Papua berlapangan pekerjaan pertanian. Perlu terobosan baru salah satunya kopi dan sagu ini diharapkan menjadi sumber pendapatan baru di papua.

Menurut Wali Kota Jayapura pihak instansi pemerintah di daerah ini diwajibkan memanfaatkan makanan khas Papua pada setiap kegiatan mereka.  

Festival Kopi Papua melibatkan 11 petani kopi papua seperti Maksimus Lani dari Wamena di sektor hulu, sedangkan di sektor hilir berpartisipasi 14 kopi kedai Papua yang ada di Jayapura seperti Piter Tan yang sudah malang melintang sebagai pemilik kedai kopi dan sekolah barrista.

Anton Apriantono sebagai Ketua Dewan Kopi Nasional yang juga mantan Menteri Pertanian Kabinet Indonesia bersatu menuturkan bahwa ini momentum yang sangat penting bagi bangkitnya kopi Papua sehingga menimbulkan efek yang banyak dan akan membawa keuntungan.

Dengan demikian, petani lebih semangat untuk berusaha tani dan meningkatkan produksi kopinya didukung oleh inovasi teknologi dari pihak pemerintah khususnya dari Balitbangtan Kementan melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua.  

BPTP Balitbangtan Papua mendiseminasikan olahan kopi arabika asal Okbibab Pegunungan Bintang racikan tim pameran. Racikan dibuat secara sederhana agar mudah diadopsi masyarakat khususnya lokal Papua.   

Inovasi teknologi pengolahan hasil lain juga di gelar pada ecvent tersebut yaitu olahan bahan dasar sagu seperti gula cair dan kembang goyang sagu dengan berbagai macam rasa seperti kembang goyang sagu original, mocha dan wijen yang cukup menarik minat pengunjung selain kopi.

Sebagaimana diketahui, potensi pengembangan kopi olahan dan kopi spesial di dalam negeri masih sangat baik mengingat konsumsi kopi masayarakat indonesia rata-rata 1,1kg perkapita/tahun.

Jumlah itu jauh di bawah negara negara pengimpor kopi seperti USA 4,3kg, Jepang 3,4kg, Austria 7,6kg, Belgia 8,0kg, Norwegia 10,6 dan Finlandia 11,4 kg perkapita/tahun.

Data statistik menunjukkan bahwa Indonesia adalah penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, Kolombia dengan produksi rata-rata 639 ribu ton/tahun atau sekitar 8 persen dari produksi kopi dunia. Komposisi produksi kopi indonesia adalah 72,84 persen jenis Robusta dan 27,16 persen Arabia.

Propinsi Papua memang sudah lama terkenal menjadi salah satu penghasil kopi terbaik. Sayangnya untuk memperoleh biji biji kopi tersebut  cukup sulit karena pada umumnya berada pada wilayah ketinggian seperti Kabupatan Jayawijaya, Pegunungan Bintang, dan Paniai.

Luas areal perkebunan kopi Papua sekitar  10.227 Ha dengan rata rata produksi 650-700 ton/Ha pertahun. Kopi Papua mulai dikenal msyarakat seperti di Wamena karena sesuai dengan agroekosistem ketinggian mulai dari 700 – 1500 dpl.

Mmenurut penuturan masyarakat yang pernah mencicipi kopi arabika Wamena, rasa dan aromanya yang khas dilidah begitupun dengan kadar asamanya mendekati nol menjadi keunggulan kopi Wamena.

Hal inilah yang membuat para pendatang yang setiap datang ke Kedai ataupun cafe di Papua ingin mencicipi si hitam pahit nan nikmat.

Plt Gubernur Papua Mayjen Purn. Soedarmo menuturkan kalau bukan sekarang kita naikkan kopi Papua kapan lagi kini saatnya kita bangkit mandiri dan sejahtera untuk membangun perkebunan kopi Papua baik dalam segi luasan lahan maupun produksi sehingga hasil akhir yang diperoleh mampu meningkatkan pendapatan pekebun kopi dan mampu membiayai hidupnya.

Upaya untuk mengembangkan kopi sudah dilaksanakan seperti pembibitan kopi. Saat ini sudah dikembangkan di berbagai daerah seperti Wamena dan Oksibil. Untuk mengembangkan kopi Papua disamping meningkatkan kesejahteraan dan juga mengurangi kriminalitas disana.

Apabila masyarakat bisa berubah menjadi penggemar kopi yang tadinya minum minuman keras berubah menjadi peminum kopi dan mengurangi kecanduan pada minuman keras. Jika kedai kopi di Papua banyak  dibangun, di harapkan mampu mengurangi hal tersebut.  Soedarmo menuturkan apa pun makanannya minumannya kopi Papua.

(Advertorial)

Pewarta: ANTARA
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018