Sejak gempa terjadi pertama kali di Lombok, pemerintah pusat dan daerah sudah menanggapi dan mengantisipasi kemungkinan penularan malaria.
Jakarta, (Antara) - Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Sigit Priohutomo mengatakan pemerintah telah mengantisipasi kasus malaria di Lombok.
    
"Sejak gempa terjadi pertama kali di Lombok, pemerintah pusat dan daerah sudah menanggapi dan mengantisipasi kemungkinan penularan malaria," kata Sigit dalam jumpa pers seusai rapat koordinasi di Kantor Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Jakarta, Senin.
    
Apalagi, kata Sigit, Lombok memang merupakan salah satu wilayah endemis malaria. Bantuan logistik yang dikirimkan ke Lombok termasuk untuk mengantisipasi penularan malaria seperti kelambu dan larvasida.
    
Begitu ditemukan dua kasus malaria di Desa Bukit Tinggi yang masuk wilayah Puskesmas Penimbung, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Dinas Kesehatan setempat segera melakukan survei.
    
"Hasilnya, selain 18 pasien yang datang sendiri ke puskesmas untuk berobat, terdapat 110 lainnya yang dinyatakan positif malaria," jelasnya.


Baca juga: Larvasida ditaburkan di Lombok cegah penyebaran malaria

Kejadian Luar Biasa
    
Kejadian malaria tersebut telah mendorong Pemerintah Kabupaten Lombok Barat untuk menetapkan status kejadian luar biasa, khusus untuk Kecamatan Gunung Sari.
    
"Ditetapkan sebagai kejadian luar biasa karena ada peningkatan kejadian dan kasus bayi yang positif malaria," katanya. Namun, Sigit menegaskan peningkatan kejadian malaria di Kecamatan Gunung Sari sangat mungkin karena ditemukan melalui survei. Sangat mungkin di wilayah tersebut terjadi malaria karena merupakan salah satu wilayah endemis.
    
Selain malaria, penyakit lain yang perlu diwaspadai masyarakat di wilayah Lombok yang baru saja terkena bencana adalah diare akut, pneumonia, suspek campak, influenza dan suspek flu singapura. *

Baca juga: BSMI bantu penanganan malaria di Lombok Barat
 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018