Banda Aceh (ANTARA News) - Beragam kekayaan alam terhampar luas dari pantai barat, Timur hingga Tengah Tenggara Provinsi Aceh yang layak untuk dikunjungi dan disambangi bagi pecinta alam bawah laut, darat, pengunungan, budaya dan sejarah.

Pesona alam yang nan eksotis yang terkandung di bumi berpenduduk sekitar lima juta jiwa itu menjadi semangat bagi pemerintah daerah setempat melalui branding wisata "Cahaya Aceh" atau The Light of Aceh untuk menggelorakan kawasan tersebut sebagai salah satu destinasi dunia.

"Aceh akan tetap mempertahankan branding wisata Cahaya Aceh atau The Light of Aceh dalam mempromosikan seluruh pesona wisata yang ada di Aceh kepada masyarakat internasional," kata Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Rahmadhani di Banda Aceh.

Ia menuturkan dalam mendulang kembali prestasi yang telah diraih pada tahun sebelumnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh saat sedang merampungkan kalender kegiatan yang akan digelar sepanjang tahun 2019 di provinsi ini.

"Alhamdulillah hingga saat ini realisasi kalender kegiatan yang sedang disusun tim telah mencapai 60 persen dan kami optimistis penyusunan ini akan segera rampung," kata Rahmadhani.

Menurut dia kalender kegiatan yang sedang dirampungkan tersebut juga tetap mempertahankan kegiatan yang telah bersifat tetap dan ada juga kegiatan baru dari kabupaten/kota yang ada di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

Adapun kegiatan populer yang juga masuk dalan kategori internasional dalam kalender acara 2019 adalah Gayo Alas Saman Festival, Aceh Culinary Festival, Aceh Diving festival dan ada juga Sabang Freediving competition.

"Berbagai kegiatan yang kita jadwalkan sepanjang tahun 2019 ini, semata-mata untuk terus membangun pencitraan Aceh secara positif di mata masyarakat wisatawan dalam dan luar negeri sehingga minat berkunjung ke Aceh semakin meningkat setiap tahunnya," katanya.



Destinasi halal

Senada dengan program meningkatkan kunjungan wisatawan terutama dari negara-negara muslim yang berkunjung ke Tanah Rencong, Pemerintah Aceh juga terus berbenah dalam mewujudkan Aceh sebagai Destinasi Pariwisata Halal di Tanah Air.

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Amiruddin, mengatakan akan terus meningkatkan sosialisasi kepada semua pihak dan masyarakat untuk proaktif mensertifikasi kegiatan usaha sektor pariwisata halal yang diterbitkan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh.

"Sertifikasi halal produk makanan dan tempat usaha merupakan bagian untuk mendukung wisata halal serta menjadi jaminan bagi konsumen serta menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan muslim berkunjung ke Aceh," kata Amiruddin.

Ia menjelaskan sertifikasi halal yang diterbitkan tersebut merupakan bagian memastikan seluruh proses kegiatan usaha yang dijalankan sesuai dengan standar halal.

"Artinya, bukan berarti karena kita muslim kita tidak perlu sertifikasi halal, sertifikasi ini adalah bagian memastikan seluruh proses yang dilalui benar-benar halal dan memberikan keyakinan penuh kepada konsumen," katanya.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menyebutkan jumlah usaha pariwiata yang telah tersertifikasi halal hingga pertengahan Januari 2019 tercatat sebanyak 227 usaha.

"Alhamdulillah minat dan kesadaran masyarakat untuk mensertifikasi halal usahanya setiap tahunnya semakin meningkat dalam upaya mendukung pariwisata halal yang sedang dikembangkan," kata Amiruddin.

Menurut dia Destinasi Pariwisata Halal yang akan berkembang di Aceh nantinya akan memberikan dampak positif dan berdampak pada sektor lainnya karena akan menjadi sebuah daya tarik bagi palancong dari negara-negara muslim baik dari Asia, Eropa dan Timur Tengah yang akan melancong ke Tanah Rencong.

"Sektor Pariwisata akan mampu memberikan dampak ekonomi pada semua sektor sehingga kami sangat berharap dukungan dari semua pihak untuk mendukung dan mewujudkan Aceh sebagai Destinasi Pariwisata Halal," katanya.



Prioritas Destinasi Halal

Keinginan untuk menjadikan provinsi yang sedang menerapkan Syariat Islam tersebut sebagai Destinasi Pariwisata Halal di Tanah Air dan terbaik tersebut juga mendapat respon positif dari kementerian terkait.

Kementerian Pariwisata melalui Asisten Deputi Pengembangan Regional I Kemenpar, Lokot Ahmad Enda menyatakan Provinsi Aceh menjadi salah satu daerah prioritas untuk mendukung pengembangan wisata halal.

"Artinya, Pemerintah Pusat melalui Kemenpar akan memberikan dukungan penuh untuk pengembangan wisata halal di Aceh sehingga pengembangan wisata halal secara nasional dapat terwujud," kata Lokot Ahmad Enda di Banda Aceh beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan salah satu upaya mewujudkan pengembangan wisata halal tersebut juga tidak terlepas komitmen dari pemerintah kabupaten/kota dan gubernur untuk mewujudkan pengembangan tersebut.

Menurut dia dalam kemajuan sektor pariwisata peran serta atau komitmen pemerintah daerah sangat menentukan dalam menentukan arah kebijakan terhadap arah kemajuan sektor pariwisata di setiap kawasan.

"Kami siap memberikan dukungan penuh terhadap kemajuan sektor pariwisata terutama untuk pengembangan wisata halal," katanya.

Ia mengatakan Aceh telah siap untuk pelaksanaan wisata halal. Kemudian industri dan juga destinasi yang ada mendapat sertifikat halal sehingga memberikan keyakinan bagi konsumen muslim.

"Sertifikat halal yang dimiliki oleh setiap industri dan usaha pariwisata serta destinasi akan menjadi sebuah daya tarik bagi wisatawan muslim mancanegara khususnya untuk berkunjung ke Aceh," katanya.

Sebagai wujud dan komitmen keseriusan Pemerintah Pusat dalam mendukung pengembangan Destinasi Halal tersebut, Kemenpar bersama Disbudpar Aceh menggelar FGD sosialisasi dan uji publik penyusunan rencana aksi pengembangan wisata halal regional satu yang diikuti berbagai pemangku kepentingan.

Kegiatan yang ikut mneghadirkan narasumber dari Tim Percepatan Pariwisata, Sumaryadi dan Pakar Ekonomi, Iskandarsyah Madjid ikut membahas terhadap Desain Strategi dan Rencana Aksi (DSRA) yang perlu disiapkan dan diperbaiki guna mewujudkan Aceh Sebagai Destinasi Wisata Halal terbaik di masa mendatang.

Dalam pertemuan lintas sektoral tersebut, dibahas  formulasi strategi yang meliputi pemetaan pariwisata halal, visi dan misi dan tujuan pengembangan serta konsep pengembangan yang akan dilakukan sehingga sejalan dengan cita-cita.

Ada pun pemetaan kawasan pariwisata halal tersebut meliputi Banda Aceh dan Aceh Besar untuk budaya yang meliputi atraksi unggulan Masjid Raya Baiturrahman, Pantai Lampuuk, Museum Tsunami, PLTD Apung, selancar angin, selancar layang, Museum Negeri Aceh, Taman Sari Gunongan, Pulau Tailana dan Pantai Ulee Lheu.

Kemudian, Sabang dengan destinasi alam meliputi tugu Pulau Weh, snorkeling Pantai Iboih, Tugu Kilometer 0, Pantai Iboih dan Pantai Sumur Tiga. Aceh Jaya dengan alam yang meliputi Teluk Rigaih, Gunung Geurutee, Pasi Saka, Pulau Tsunami dan Arung Jeuram Sungai Teunom.

Selanjutnya Dataran Tinggi Gayo dengan mengusung konsep alam dan budaya yang meliputi Danau Laut Tawar, Gua Loyang Koro, Pantan Terong, Wih Terjun dan Pantai Menye.

Pengembangan pariwisata halal selanjutnya adalah Singkil Pulau Banyak dengan konsep alam yang meliputi snorkeling, Hopping Island, dermaga Singkil, Desa ulo Saruk, Pulau Panjang, Rangit, Melelo, Palambak, Tailana, Sikandang, Asok dan Lambudung.

Beragam upaya dan persiapan yang disusun tersebut sejalan dengan keinginan yang dicita-citakan, yakni Aceh sebagai Destinasi Pariwisata Halal Terbaik di Indonesia.*


Baca juga: Banda Aceh kukuhkan jadi tujuan wisata baru

Baca juga: Potensi wisata syariah Bener Meriah dikembangkan



 

Pewarta: M Ifdhal
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019