Manila (ANTARA News) - Pengeboman mematikan di Filipina Selatan pada akhir pekan lalu adalah bom bunuh diri yang dilakukan pasangan suami-istri Indonesia, dengan bantuan dari kelompok IS, kata Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano, Jumat.

Mengutip informasi yang didapat dari saksi mata dan sumber-sumber yang tidak diungkapkan, Menteri Ano mengatakan bahwa dia yakin bahwa seorang pria Indonesia dan istrinya berada di balik serangan Minggu di pulau Jolo yang mayoritas penduduknya Muslim, dan menewaskan 22 orang serta melukai lebih dari 100 orang lainnya termasuk warga sipil dan tentara.

Kelompok IS mengaku bertanggung jawab atas kejadian yang disebut sebagai bom bunuh diri. Serangan semacam itu hampir tidak pernah terdengar di Filipina, demikian Reuters melaporkan.

"Mereka orang Indonesia," kata Ano, mantan kepala militer kepada CNN Filipina.

Baca juga: Dua ledakan bom di Filipina selatan tewaskan 21 orang

Baca juga: Duterte soroti soal terorisme saat buka KTT-ASEAN


Pernyataan Ano merupakan yang paling akhir disampaikan mengenai penyelidikan yang penuh ketidakkonsistenan dan kadang aling bertentangan antara pihak berwenang dan menurut penyelidik yang diwawancara di televisi.

Pihak keamanan sebelumnya mengatakan kedua bom tersebut diledakkan dengan kendali jarak jauh, namun pada Selasa berubah setelah Presiden Rodrigo Duterte mengatakan kemungkinan itu adalah bom bunuh diri, suatu pandangan yang disetuji menteri pertahanannya.

Baca juga: Ledakan bom di warnet Filipina tewaskan satu orang, lukai 15

Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana pada Jumat mengatakan pemeriksaan tas di pintu masuk gereja membuat sulit untuk meletakkan bom di sana, sehingga peralatan yang dilekatkan di tubuh lebih memungkinkan.

"Menurut pemeriksaan forensik, bagian dari mayat-mayat itu bedari dua orang, satu di dalam gereja dan satu lagi di luar," kata Lorenzana kepada wartawan.

Ano mengatakan bahwa pasangan itu mendapat bantuan dari Abu Sayyaf, kelompok militan yang terkenal kejam dan sering menculik.

Redaktur: Maria Dian A

Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019