Jakarta (ANTARA News) - Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Bowo Irianto meresmikan Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. 

"Gedung ini nomenklaturnya (kebijakan penamaan) masih kita ajukan. Namun demikian kami sangat memahami semangat dari Kasudinnya dan seluruh jajaran untuk memfasilitasi siswa-siswi berkubetuhan khusus,” kata Bowo, saat ditemui di SLBN Sunter Agung, Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu.

Dengan dimulainya pelayanan belajar mengajar di sekolah ini, ada 148 pelajar yang tidak lagi belajar secara terpencar seperti sebelumnya. Sebab sebelumnya mereka tidak tertampung pada tiga SLBN yang ada di Jakarta Utara dan ditempatkan pada sekolah reguler yang memiliki Guru Pembimbing Khusus (GBK).

“Mulai hari ini mereka sudah bisa memanfaatkan gedung sekolah ini. Sembari menunggu hasil nomenklatur dan kebijakan lainnya untuk penggunaan gedung SLBN seutuhnya,” jelasnya.

Kedepannya, dia berniat untuk membangun SLBN di setiap kecamatan. Hal itu dilakukan guna memudahkan akses orang tua mengantar anak ke sekolah. Tujuan utamanya adalah mendorong semangat anak berkebutuhan khusus dalam menempuh pendidikan.

“Pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat ini tidak boleh putus. Oleh karenanya agar mereka bisa berkonsentrasi pada satu tempat, maka kami menyambut baik agar peserta didik itu bisa menggunakan gedung ini sambil nanti menunggu aspek penandatangan administrasinya,” katanya.

Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Utara, Budi Sulistiono menerangkan, SLBN Sunter Agung terdiri dari lima blok dengan 74 ruangan. Terdiri jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). 

"Seluruh kategori anak berkebutuhan khusus bisa sekolah di sini. Tidak ada dikotomi (pembagian kelompok) dari pemerintah. Sekolah ini juga gratis," ungkapnya.

Dikarenakan belum ada nomenklatur, dia menerangkan SLBN Sunter Agung ini masih diisi tenaga pengajar yang berasal dari sekolah pendamping sebelumnya. Sekolah tersebut kedepannya akan menampung lebih dari 300 pelajar, yang rencananya dibina 74 tenaga pengajar sebanyak.

"Kita juga di sini dibantu oleh teman-teman Universitas Indonesia untuk terapi anak berkebutuhan  khusus. Jadi mereka ngga hanya belajar akademis saja, tapi juga ada usaha agar dapat memulihkan fisik mereka," katanya. 

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019