Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan kejadian bencana untuk periode Januari hingga April 2019 mengalami peningkatan 7,2 persen bila dibandingkan dengan 2018.

"Pada empat bulan pertama 2018 terjadi 1.480 bencana, sedangkan empat bulan pertama 2019 terjadi 1.586 bencana," kata Sutopo dalam jumpa pers yang diadakan di Jakarta, Selasa.

Jumlah korban jiwa akibat bencana pada periode yang sama bahkan meningkat 192 persen. Pada empat bulan pertama 2018 jumlah korban yang meninggal dan hilang akibat bencana 150 orang, sedangkan pada empat bulan pertama 2019 terdapat 438 orang meninggal dan hilang.

Begitu juga jumlah korban luka-luka yang mengalami peningkatan 212 persen. Korban luka pada empat bulan pertama 2018 mencapai 461 orang, sedangkan empat bulan pertama 2019 mencapai 1.439 orang.

Berdasarkan sebaran kejadian per provinsi, bencana paling banyak terjadi di Jawa Tengah (472), Jawa Barat (367), Jawa Timur (245), Sulawesi Selatan (70), dan Aceh (51).

Sedangkan sebaran bencana per kabupaten/kota paling banyak terjadi di Sukabumi (50), Semarang (43), Bogor (42), Majalengka (38) dan Temanggung (37).

"Statistik ini bukan hanya memuat angka-angka, tetapi memiliki makna bahwa ancaman bencana terus meningkat. Peningkatan bencana pada 2019 disebabkan curah hujan tinggi yang memicu banjir dan longsor," kata Sutopo.

Menurut dia, penyebab utama peningkatan bencana adalah kombinasi antara faktor alam dan faktor antropogenik atau aktivitas manusia.

Sutopo mengatakan tingkat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana besar masih rendah. Mitigasi, baik struktural dan non struktural masih belum dijadikan prioritas dalam pembangunan di daerah.

"Upaya penanganan bencana masih banyak menitikberatkan pada darurat bencana. Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan masih perlu ditingkatkan," tuturnya.

Sutopo berharap kejadian bencana yang terus meningkat menjadi pembelajaran agar tidak terulang kembali. Kalaupun terjadi bencana, dampaknya dapat diminimalkan.

"Karena itu pengurangan risiko bencana dan mitigasi bencana harus terintegrasi dalam pembangunan. Pengurangan risiko dan mitigasi bencana harus menjadi investasi dalam pembangunan," katanya.*


Baca juga: BPBD Yogyakarta akan evaluasi 10 kampung tangguh bencana

Baca juga: Pemerintah evaluasi layanan bagi anak korban bencana Sulteng


 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019