Kyoto (ANTARA) - Seorang pria yang menjadi tersangka penyebab kebakaran di studio animasi dan menyebabkan 33 orang tewas -- peristiwa pembunuhan massal terburuk di Jepang dalam dua dasawarsa, pernah dihukum dalam kasus perampokan.

Dia melakukan serangan karena merasa yakin bahwa novelnya dijiplak, tulis media pada Jumat.

Televisi publik NHK menyebut pria berusia 41 tahun itu sebagai Shinji Aoba.

​​NHK mengutip penjelasan polisi menyebutkan dia pernah mendekam di penjara dalam kasus perampokan di sebuah toko serba ada di bagian timur kota Tokyo pada 2012 dan setelah bebas dia tinggal di rumah yang disediakan bagi para residivis.

Dia juga mendapat perawatan kesehatan jiwa, lapor NHK.

Serangan itu terjadi pada Kamis di ibu kota kuno, Kyoto, menyasar studio animasi terkenal, Kyoto Animation, yang menewaskan 33 orang dan 10 lainnya dalam keadaan kritis, kata pihak berwenang. Kebanyakan korban meninggal akibat menghisap karbondioksida, lapor NHK.

Ini merupakan peristiwa pembunuhan massal di negeri tersebut yang tingkat kejahatan rata-ratanya paling rendah di dunia, setelah seorang tersangka melakukan serangan pembakaran di Tokyo pada 2001.

Aoba menyeret geledekan berisi setidaknya seember bahan bakar ke pintu masuk gedung sebelum menyiram kawasan itu sambil berteriak "matilah" dan menyulut api pada Kamis, menurut Nippon TV yang mengutip polisi.

"Saya melakukannya," kata Aoba kepada polisi saat dia ditahan, menurut kantor berita Kyodo, dengan menambahkan bahwa dia menyulut api karena yakin studio tersebut mencuri novelnya.

Polisi tidak bersedia memberi komentar. Aoba sedang dalam pengaruh pembiusan atas luka bakar yang dialaminya dan polisi belum dapat memeriksanya, kata Nippon TV.

"Dia sepertinya tidak puas, dia terlihat marah dan meneriakkan sesuatu tentang karyanya yang dijiplak," kata seorang perempuan yang melihat dia ditahan, kepada wartawan.

"Saya bayangkan orang-orang yang meninggal itu berusia dua puluhan," kata Kozo Tsuji (71) yang berusaha menahan air mata setelah meletakkan karangan bunga di dekat studio di tengah hujan.
Dia mengaku berkendara ke studio dalam perjalanan sehari-harinya.

"Saya merasa amat sangat sedih, orang-orang yang jauh lebih muda dari saya ini meninggal dalam usia yang sangat dini," katanya.

Studio itu memiliki sekitar 160 orang pegawai dengan umur rata-rata 33 tahun, menurut lamannya. Ini perusahaan yang relatif muda di Jepang yang cepat menua.

Penghargaan bagi para korban mencuat di media sosial dan termasuk dari para pemimpin dunia dan kepala eksekutif perusahaan Apple yang memberikan ucapan duka cita.

"Aku akan bunuh kamu"

Aoba, warga Saitama di pinggiran Tokyo, berjarak sekitar 480 km arah timur dari Kyoto, ibu kota kuno Jepang, diperkirakan membeli 20 liter bahan bakar kalengan dan menyiapkan bahan bakar itu di suatu taman di dekat studio, Nippon TV melaporkan.

Dia menuju tempat tersebut dengan naik kereta.

NHK menayangkan gambar dia menyandarkan punggung saat berbicara dengan seorang petugas polisi ketika dia ditahan, tanpa alas kaki dan tampaknya mengalami luka bakar di kaki kanan di bawah lutut.

Dia tidak punya kaitan dengan Kyoto Anmation, sebut NHK.

Belum satu pun identitas korban yang diungkap pada Jumat. Terdapat 74 orang di dalam gedung ketika kebakaran mulai terjadi, lapor Kyodo.

Bulan lalu Aoba bertengkar saat dia mengeluh kepada seorang tetangganya tentang kebisingan di gedung apartemen, surat kabar Mainichi melaporkan.

Pada saat tetangga menjelaskan bahwa kebisingan itu berasal dari gedung yang lain, Aoba menarik kemeja tetangganya dan berkata "Diam, akan kubunuh kamu," tulis surat kabar itu.

Mayat menumpuk

Kebakaran yang mengoyak bangunan itu merembet dengan cepat bukan karena dibakar dengan bensin, tetapi juga karena membubung melalui tangga spiral dan tidak ada alat penyemprot air, kata para pakar.

Sembilan belas dari 33 orang yang meninggal ditemukan di tangga menuju ke atap di lantai tiga, mayat mereka saling bertumpukan, tulis Kyodo mengutip pihak berwenang.

Petugas pemadam kebakaran segera tiba di tempat dan mendapati bahwa pintu menuju atap tertutup tetapi bisa dibuka dari luar, kata Kyodo.

Para korban mungkin bergegas ke tangga untuk melarikan diri dari kobaran api dan menyadari tidak bisa membuka pintu, demikian ditambahkan.

Kebakaran belum padam hingga Jumat pagi.

Polisi penyelidik mencari bara kepingan bangunan sebagai bukti penyelidikan untuk mengungkap tersangka pembakaran, percobaan pembunuhan dan pembunuhan.

Kyoto Animation, yang  terletak di pinggiran yang sepi, 20 menit dengan kereta dari pusat kota Kyoto, telah menghasilkan film-film animasi terkenal seperti "Sound! Euphonium".

Produksinya berjudul "Free! Road to the world - The Dream" akan diedarkan bulan ini.

"Saya suka game pertempuan, segalanya tentang Jepang," kata Blake Henderson, warga asal Alabama berumur 26 dan menggemar studio animasi yang mengunjungi tempat kejadian untuk memberi penghormatan.

"Saya sangat mencintai Jepang dan kejadian ini tidak mengubah perspektif saya secara menyeluruh tentang Jepang, tapi ini menyakitkan."

Sumber: Reuters

Baca juga: Komentator: Pembakaran, "pukulan buat industri animasi" di Jepang

 

Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019