Lampung Timur (ANTARA) - Sejumlah perajin ikan asin Muara Gading Mas, Labuhan Maringgai, Lampung Timur berhenti memproduksi untuk sementara waktu akibat angin kencang, Selasa.

"Kami perajin ikan asin sebagian tidak produksi untuk beberapa hari belakangan ini, karena angin kencang dan bahan baku produksi hanya tersedia sedikit," ujar Fahri salah seorang perajin ikan asin.

Menurut Fahri, saat musim berangin seperti saat ini nelayan hanya sedikit memasok ikan, karena banyak nelayan yang tidak mendapat tangkapan.

"Pasokan ikan asin belahan saat ini hanya sedikit, biasanya produksi ikan asin melimpah pada bulan Oktober hingga Januari. Sedangkan untuk bulan seperti saat ini kami biasanya hanya memproduksi sedikit, karena cuaca berangin, belakangan semakin memburuk sehingga kami berhenti produksi sementara waktu," katanya.

Menurut pantauan di lokasi pembuatan ikan asin, terlihat sejumlah gubuk pembuatan ikan asin lengang karena berhenti berproduksi, akan tetapi ada juga beberapa perajin yang tetap memproduksi ikan asin dengan jumlah sedikit.

"Perajin yang berhenti produksi biasanya perajin ikan asin belahan dan ikan asin yang berukuran besar, sedangkan perajin ikan asin sejenis teri dan ikan kecil tetap berproduksi namun dalam jumlah yang sedikit," ujar Junet seorang perajin ikan asin.

Menurutnya, jumlah ikan teri yang terjaring oleh nelayan lumayan mencukupi untuk produksi kecil.  "Namun untuk produksi dalam jumlah besar tidak cukup dengan pasokan yang tersedia," katanya.

"Di tengah musim berangin seperti saat ini, perajin ikan asin mengantisipasi kerugian dengan menaikkan harga. Ikan asin belahan naik Rp3.000 hingga Rp4.000 per kilogram, sedangkan untuk ikan asin rebusan naik Rp7.000 per kilogram", ujarnya.

Menurutnya, cuaca yang tidak bersahabat seperti sekarang ini menjadi salah satu tantangan bagi pada perajin ikan asin, karena di satu sisi dengan panas terik dapat mempermudah proses pengeringan ikan akan tetapi kondisi berangin juga menyulitkan perajin memperoleh pasokan bahan baku dari nelayan.

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019