Yogyakarta (ANTARA) - Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Ronny Martien membuat cairan pemberih tangan dengan bahan baku daun sirih hijau sebagai alternatif antiseptik yang belakangan langka di pasaran setelah munculnya virus corona baru atau COVID-19.
"Bahan baku yang digunakan daun sirih hijau yang banyak digunakan sebagai obat tradisional dan menjadi kearifan lokal warisan nenek moyang," kata Ronny Martien saat jumpa pers di Kantor Humas UGM, Yogyakarta, Selasa.
Cairan pembersih tangan yang dinamai Spray Nanopolimer Infusa Daun Sirih ini dikembangkan Ronny sejak satu tahun belakangan dengan menggunakan teknologi nano.
Ia memilih daun sirih hijau sebagai bahan baku alami karena memiliki aktivitas antibakteri yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti Staphylococcus auerus dan Escherichia coli.
Sementara penggunaan antibiotik sintetik, menurut dia, justru banyak menimbulkan resistensi bakteri.
Menurut dia, dalam pengembangan produk itu, formulasi dalam bentuk nanopartikel dilakukan karena daun sirih hijau memiliki kelarutan yang relatif rendah dalam air. Dengan fromulasi nanopartikel mampu meningkatkan sistem penghantaran obat dan kestabilan zat aktif dalam infusa daun sirih.
"Sudah diuji di laboratorium aktivitasnya sebagai antibakteri. Hasilnya lebih baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri daripada ekstrak yang tidak diformulasikan nanopartikel," kata dia.
Ia mengatakan karakteristik formula memiliki ukuran partikel 246,9 mm dengan efiesiensi penyerapan sebesar 23,36 persen. Adapun diameter zona hambat sediaan nanopolimer terhadap bakteri Staphylococcus auerus dan Escherichia coli sebesar 7,85 mm dan 9,61 mm.
Spray nanopolimer infusa daun sirih ini, kata Ronny, dibuat bebas alkohol dengan menformulasikan infusa daun sirih dengan kitosan.
Ia berharap produk yang ia ciptakan dapat menjadi alternatif solusi dalam mengatasi kelangkaan dan mahalnya alat pembersih tangan di pasaran, khususnya setelah kasus penyebaran virus corona.
"Harapannya produk spray nanopolimer infusa daun sirih ini bisa membantu masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mengatasi langkanya antiseptik di pasaran," kata dia.
"Bahan baku yang digunakan daun sirih hijau yang banyak digunakan sebagai obat tradisional dan menjadi kearifan lokal warisan nenek moyang," kata Ronny Martien saat jumpa pers di Kantor Humas UGM, Yogyakarta, Selasa.
Cairan pembersih tangan yang dinamai Spray Nanopolimer Infusa Daun Sirih ini dikembangkan Ronny sejak satu tahun belakangan dengan menggunakan teknologi nano.
Ia memilih daun sirih hijau sebagai bahan baku alami karena memiliki aktivitas antibakteri yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti Staphylococcus auerus dan Escherichia coli.
Sementara penggunaan antibiotik sintetik, menurut dia, justru banyak menimbulkan resistensi bakteri.
Menurut dia, dalam pengembangan produk itu, formulasi dalam bentuk nanopartikel dilakukan karena daun sirih hijau memiliki kelarutan yang relatif rendah dalam air. Dengan fromulasi nanopartikel mampu meningkatkan sistem penghantaran obat dan kestabilan zat aktif dalam infusa daun sirih.
"Sudah diuji di laboratorium aktivitasnya sebagai antibakteri. Hasilnya lebih baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri daripada ekstrak yang tidak diformulasikan nanopartikel," kata dia.
Ia mengatakan karakteristik formula memiliki ukuran partikel 246,9 mm dengan efiesiensi penyerapan sebesar 23,36 persen. Adapun diameter zona hambat sediaan nanopolimer terhadap bakteri Staphylococcus auerus dan Escherichia coli sebesar 7,85 mm dan 9,61 mm.
Spray nanopolimer infusa daun sirih ini, kata Ronny, dibuat bebas alkohol dengan menformulasikan infusa daun sirih dengan kitosan.
Ia berharap produk yang ia ciptakan dapat menjadi alternatif solusi dalam mengatasi kelangkaan dan mahalnya alat pembersih tangan di pasaran, khususnya setelah kasus penyebaran virus corona.
"Harapannya produk spray nanopolimer infusa daun sirih ini bisa membantu masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mengatasi langkanya antiseptik di pasaran," kata dia.