Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, sedang menyiapkan lahan pemakaman khusus untuk jenazah pasien virus corona jenis baru (COVID 19) sebagai salah satu protokol penanganan pandemi tersebut.
"Kita tidak menginginkan hal terburuk, tapi harus kita siap-siap. Jangankan rumah sakit, kuburan pun harus kita siapkan. Lokasinya paling sedikit berjarak 50 meter dari mata air untuk menjaga kontaminasi," kata Sekretaris Daerah Pemkab Lombok Barat Baehaqi melaui keterangan tertulis yang diterima di Mataram, Senin.
Lokasi kuburan tersebut, kata dia, masih dikaji oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lombok Barat.
"DLH kita minta mencari lokasi. Soal pemulasaran dan proses pemakamannya sedang disiapkan standar operaional prosedurnya (SOP) oleh Kementerian Agama, dan rumah sakit. Petugasnya pun kita siapkan," ujarnya.
Dia mengatakan jika ada pasien positif COVID-19 meninggal dunia saat dirawat di ruang isolasi rumah sakit maka tim rumah sakit itu yang langsung bertugas mengurus jenazah.
"Kita juga harus menyiapkan peti mati jika ditemukan ada yang meninggal. SOP untuk mengurus jenazah sangat ketat," ucap dia.
Ia menegaskan berbagai persiapan dilakukan bukan karena menginginkan kondisi buruk, akan tetapi semata-mata sebagai persiapan untuk menghadapi skenario terburuk.
"Kita mengantisipasi berdasarkan kajian pemodelan dari para ahli. Menurut mereka, kita harus antisipasi jika puncak penyebaran COVID-19 ini nanti pada Juli- Agustus," kata Baehaqi.
Gugus Tugas COVID-19 NTB mencatat jumlah kasus positif hingga Minggu (26/4) menjadi 195 orang yang tersebar di seluruh daerah di NTB atau 10 kabupaten/kota. Dari jumlah tersebut, empat penderita meninggal dunia, 23 orang dinyatakan sembuh, dan 168 orang masih dalam perawatan.
Penderita positif COVID-19 terbanyak di Kota Mataram 57 orang, Kabupaten Dompu (31), Lombok Barat (25), Lombok Timur (16), Bima (14), Lombok Tengah (11), Sumbawa (9), Lombok Utara (2), Kota Bima (2), dan Kabupaten Sumbawa Barat (1).
"Kita tidak menginginkan hal terburuk, tapi harus kita siap-siap. Jangankan rumah sakit, kuburan pun harus kita siapkan. Lokasinya paling sedikit berjarak 50 meter dari mata air untuk menjaga kontaminasi," kata Sekretaris Daerah Pemkab Lombok Barat Baehaqi melaui keterangan tertulis yang diterima di Mataram, Senin.
Lokasi kuburan tersebut, kata dia, masih dikaji oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lombok Barat.
"DLH kita minta mencari lokasi. Soal pemulasaran dan proses pemakamannya sedang disiapkan standar operaional prosedurnya (SOP) oleh Kementerian Agama, dan rumah sakit. Petugasnya pun kita siapkan," ujarnya.
Dia mengatakan jika ada pasien positif COVID-19 meninggal dunia saat dirawat di ruang isolasi rumah sakit maka tim rumah sakit itu yang langsung bertugas mengurus jenazah.
"Kita juga harus menyiapkan peti mati jika ditemukan ada yang meninggal. SOP untuk mengurus jenazah sangat ketat," ucap dia.
Ia menegaskan berbagai persiapan dilakukan bukan karena menginginkan kondisi buruk, akan tetapi semata-mata sebagai persiapan untuk menghadapi skenario terburuk.
"Kita mengantisipasi berdasarkan kajian pemodelan dari para ahli. Menurut mereka, kita harus antisipasi jika puncak penyebaran COVID-19 ini nanti pada Juli- Agustus," kata Baehaqi.
Gugus Tugas COVID-19 NTB mencatat jumlah kasus positif hingga Minggu (26/4) menjadi 195 orang yang tersebar di seluruh daerah di NTB atau 10 kabupaten/kota. Dari jumlah tersebut, empat penderita meninggal dunia, 23 orang dinyatakan sembuh, dan 168 orang masih dalam perawatan.
Penderita positif COVID-19 terbanyak di Kota Mataram 57 orang, Kabupaten Dompu (31), Lombok Barat (25), Lombok Timur (16), Bima (14), Lombok Tengah (11), Sumbawa (9), Lombok Utara (2), Kota Bima (2), dan Kabupaten Sumbawa Barat (1).