Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat meminta media massa di provinsi itu bisa menjadi suplemen imunitas bagi masyarakat atau publik di tengah pandemi COVID-19.
"Peran media di tengah pandemi COVID-19 tak hanya menyajikan informasi yang akurat saja, tetapi juga mentrasmisikan pesan yang mengedukasi dan mampu menambah optimisme publik sehingga informasi yang disajikan media dapat berperan sebagai suplemen atau vitamin dalam memperkuat imunitas mental dan fisik masyarakat," kata Sekretaris Daerah NTB H Lalu Gita Ariadi dalam Dialog Online dengan tema Memahami Konten Media di Tengah COVID-19 yang secara virtual di Mataram, Senin.
Dialog online yang diinisiasi oleh Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) tersebut juga digelar bersama Ketua NU NTB, Prof TGH Masnus Tahir, Kepala Dinas Kominfotik NTB I Gede Putu Aryadi, Karo Humas NTB Najamudin Amy, Ketua KPID NTB Yusron Saudi, Suaeb Qury selaku Ketua LTN NU NTB, Sumiarto dari InewsTV, dan dimoderatori oleh Baihaki.
Konten media yang sesuai data, akurat, dan berimbang sehingga tak hanya memberikan informasi namun juga dapat mengedukasi masyarakat juga menjadi sorotan dalam dialog tersebut.
Menurut Sekda, media di dalam negara penganut asas demokrasi sangat wajar memiliki konten yang berbeda. Berbeda dengan negara penganut otoritarianisme yang cenderung seragam mengikut pemerintahnya. Karena di Indonesia menganut asas demokrasi, maka media diminta bijak untuk memberikan pilihan informasi yang tetap dapat menjalankan fungsi edukasi kepada masyarakat.
"Media sebagai ujung tombak saluran informasi dari negara kepada masyarakat. Namun tetap perlu dievaluasi, apa saja konten media yang dikomsumsi masyarakat NTB. Konten yang diberikan harus sesuai data dan akurat. Karena media dapat mempengaruhi persepsi masyarakat," jelas Sekda NTB.
Senada dengan Sekda NTB, Kepala Dinas Diskominfotik NTB I Gede Putu Aryadi juga meminta media massa dalam meliput di tengah pandemi untuk menjalankan fungsinya dengan baik sesuai kode etik. Tak hanya menyampaikan informasi beritanya akurat, namun juga memberikan edukasi yang bisa membangun optimisme masyarakat.
“Kami berharap fungsi media selain beritanya akurat, juga bisa membangun optimisme masyarakat. Artinya dengan fungsi bisa membangun optimisme dan edukasi tadi, dengan sendirinya media membangun imunitas tubuh masyarakat. Kekuatan mental menjadi modal terbesar dalam membangun kekuatan fisik," ujar Kadis Kominfotik NTB.
Karo Humas NTB Najamudin Amy juga menambahkan tak hanya media meanstream, kehumasan pemerintah juga harus memberikan informasi yang akurat dan mengedukasi masyarakat. Di tengah pandemi COVID-19 ini, Najam mengatakan Humas NTB sendiri memiliki prinsip dalam pemberitaan. Konten yang disajikan harus memiliki empat prinsip yakni, edukatif, promotif terhadap kebijakan pemerintah, inspiratif, dan mengandung motivasi.
Tak hanya media dan pemerintah, masyarakat sebagai konsumen informasi juga disoroti dalam dialog tersebut. Khususnya masyarakat pengguna sosial media diminta untuk lebih bijak dalam mengkomsumsi berita yang didapatkannya. Bahkan, TGH Masnus Tahir, menyebutkan di zaman yang serba digital ini, kesalehan tak cukup ada di dunia nyata saja, namun juga harus ada di dunia maya.
"Kesalehan virtual dibutuhkan untuk berinteraksi secara online. Informasi yang didapat masyarakat di akun sosial media mereka harusnya tidak ditelan mentah-mentah, tetapi harus dikroscek terlebih dahulu alias tabayun. Itu sebagai salah satu bentuk kesalehan virtual," katanya.
"Peran media di tengah pandemi COVID-19 tak hanya menyajikan informasi yang akurat saja, tetapi juga mentrasmisikan pesan yang mengedukasi dan mampu menambah optimisme publik sehingga informasi yang disajikan media dapat berperan sebagai suplemen atau vitamin dalam memperkuat imunitas mental dan fisik masyarakat," kata Sekretaris Daerah NTB H Lalu Gita Ariadi dalam Dialog Online dengan tema Memahami Konten Media di Tengah COVID-19 yang secara virtual di Mataram, Senin.
Dialog online yang diinisiasi oleh Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) tersebut juga digelar bersama Ketua NU NTB, Prof TGH Masnus Tahir, Kepala Dinas Kominfotik NTB I Gede Putu Aryadi, Karo Humas NTB Najamudin Amy, Ketua KPID NTB Yusron Saudi, Suaeb Qury selaku Ketua LTN NU NTB, Sumiarto dari InewsTV, dan dimoderatori oleh Baihaki.
Konten media yang sesuai data, akurat, dan berimbang sehingga tak hanya memberikan informasi namun juga dapat mengedukasi masyarakat juga menjadi sorotan dalam dialog tersebut.
Menurut Sekda, media di dalam negara penganut asas demokrasi sangat wajar memiliki konten yang berbeda. Berbeda dengan negara penganut otoritarianisme yang cenderung seragam mengikut pemerintahnya. Karena di Indonesia menganut asas demokrasi, maka media diminta bijak untuk memberikan pilihan informasi yang tetap dapat menjalankan fungsi edukasi kepada masyarakat.
"Media sebagai ujung tombak saluran informasi dari negara kepada masyarakat. Namun tetap perlu dievaluasi, apa saja konten media yang dikomsumsi masyarakat NTB. Konten yang diberikan harus sesuai data dan akurat. Karena media dapat mempengaruhi persepsi masyarakat," jelas Sekda NTB.
Senada dengan Sekda NTB, Kepala Dinas Diskominfotik NTB I Gede Putu Aryadi juga meminta media massa dalam meliput di tengah pandemi untuk menjalankan fungsinya dengan baik sesuai kode etik. Tak hanya menyampaikan informasi beritanya akurat, namun juga memberikan edukasi yang bisa membangun optimisme masyarakat.
“Kami berharap fungsi media selain beritanya akurat, juga bisa membangun optimisme masyarakat. Artinya dengan fungsi bisa membangun optimisme dan edukasi tadi, dengan sendirinya media membangun imunitas tubuh masyarakat. Kekuatan mental menjadi modal terbesar dalam membangun kekuatan fisik," ujar Kadis Kominfotik NTB.
Karo Humas NTB Najamudin Amy juga menambahkan tak hanya media meanstream, kehumasan pemerintah juga harus memberikan informasi yang akurat dan mengedukasi masyarakat. Di tengah pandemi COVID-19 ini, Najam mengatakan Humas NTB sendiri memiliki prinsip dalam pemberitaan. Konten yang disajikan harus memiliki empat prinsip yakni, edukatif, promotif terhadap kebijakan pemerintah, inspiratif, dan mengandung motivasi.
Tak hanya media dan pemerintah, masyarakat sebagai konsumen informasi juga disoroti dalam dialog tersebut. Khususnya masyarakat pengguna sosial media diminta untuk lebih bijak dalam mengkomsumsi berita yang didapatkannya. Bahkan, TGH Masnus Tahir, menyebutkan di zaman yang serba digital ini, kesalehan tak cukup ada di dunia nyata saja, namun juga harus ada di dunia maya.
"Kesalehan virtual dibutuhkan untuk berinteraksi secara online. Informasi yang didapat masyarakat di akun sosial media mereka harusnya tidak ditelan mentah-mentah, tetapi harus dikroscek terlebih dahulu alias tabayun. Itu sebagai salah satu bentuk kesalehan virtual," katanya.