Pulang Pisau (ANTARA) - Para karyawan dan keluarga yang tinggal di lokasi kawasan perkebunan besar swasta kelapa sawit PT Suryamas Cipta Perkasa wilayah Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah mengaku khawatir dan was-was atas kemunculan kawanan anak buaya disekitar pemukiman warga belakangan ini.
Kapolres Pulang Pisau, Kalimantan Tengah AKBP Yuniar Ariefianto melalui Kapolsek Sebangau Kuala Ipda Bimo Setyawan di Pulang Pisau, Senin membenarkan kekhawatiran warga bersamaan kemunculan anak buaya sepanjang kurang lebih sepanjang dua meter di saluran atau parit perkebunan kelapa sawit PT SCP.
Polsek setempat telah melakukan penelusuran dari mana buaya ini bisa masuk ke areal perkebunan kelapa sawit. Ternyata, anak buaya yang dilihat karyawan dan warga tersebut adalah anak buaya asal dari Desa Mentaren II yang dilepasliarkan oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng.
“Ini yang juga kita sayangkan. Mengapa anak buaya tersebut dilepasliarkan tanpa ada koordinasi hingga dampaknya menimbulkan keresahan kepada warga, khususnya karyawan yang ada di areal perkebunan tersebut,” kata dia.
Bimo mengungkapkan, setelah berkoordinasi dengan BKSDA anak buaya dilepaskan di kilometer 27 Kecamatan Sebangau Kuala. BKSDA berdalih mereka terpaksa melepaskan anak buaya tersebut karena dalam keadaan hampir mati dan tempat pelepasliaran masih masuk dalam kawasan konservasi.
Menurut dia, jika masuk dalam kawasan konservasi, ibu kota kecamatan pun mungkin tercatat dalam peta kawasan konservasi. Namun harus dilihat juga apakah dekat kawasan pemukiman penduduk atau tidak.
Menurutnya, seharusnya pelepasliaran anak buaya oleh BKSDA itu dilakukan di wilayah dekat muara yang memang menjadi habitat buaya di Kecamatan Sebangau.
Camat Sebangau Kuala Herman Wibowo juga membenarkan adanya laporan dari keluhan warga terkait dengan terlihatnya anak buaya di saluran pengairan di areal perkebunan PT SCP. Memang saat ini belum ada laporan serangan buaya kepada warga setempat.
“Mungkin saat ini masih anak buaya saja, tetapi apabila terus tumbuh dan besar nanti bisa membawa permasalahan baru,” terang Herman.
Herman juga berharap masyarakat tetap waspada dan berhati-hati ketika beraktivitas di sungai. Seperti diketahui Kecamatan Sebangau telah dikenal memiliki habitat buaya muara yang jumlahnya cukup besar.
Kapolres Pulang Pisau, Kalimantan Tengah AKBP Yuniar Ariefianto melalui Kapolsek Sebangau Kuala Ipda Bimo Setyawan di Pulang Pisau, Senin membenarkan kekhawatiran warga bersamaan kemunculan anak buaya sepanjang kurang lebih sepanjang dua meter di saluran atau parit perkebunan kelapa sawit PT SCP.
Polsek setempat telah melakukan penelusuran dari mana buaya ini bisa masuk ke areal perkebunan kelapa sawit. Ternyata, anak buaya yang dilihat karyawan dan warga tersebut adalah anak buaya asal dari Desa Mentaren II yang dilepasliarkan oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng.
“Ini yang juga kita sayangkan. Mengapa anak buaya tersebut dilepasliarkan tanpa ada koordinasi hingga dampaknya menimbulkan keresahan kepada warga, khususnya karyawan yang ada di areal perkebunan tersebut,” kata dia.
Bimo mengungkapkan, setelah berkoordinasi dengan BKSDA anak buaya dilepaskan di kilometer 27 Kecamatan Sebangau Kuala. BKSDA berdalih mereka terpaksa melepaskan anak buaya tersebut karena dalam keadaan hampir mati dan tempat pelepasliaran masih masuk dalam kawasan konservasi.
Menurut dia, jika masuk dalam kawasan konservasi, ibu kota kecamatan pun mungkin tercatat dalam peta kawasan konservasi. Namun harus dilihat juga apakah dekat kawasan pemukiman penduduk atau tidak.
Menurutnya, seharusnya pelepasliaran anak buaya oleh BKSDA itu dilakukan di wilayah dekat muara yang memang menjadi habitat buaya di Kecamatan Sebangau.
Camat Sebangau Kuala Herman Wibowo juga membenarkan adanya laporan dari keluhan warga terkait dengan terlihatnya anak buaya di saluran pengairan di areal perkebunan PT SCP. Memang saat ini belum ada laporan serangan buaya kepada warga setempat.
“Mungkin saat ini masih anak buaya saja, tetapi apabila terus tumbuh dan besar nanti bisa membawa permasalahan baru,” terang Herman.
Herman juga berharap masyarakat tetap waspada dan berhati-hati ketika beraktivitas di sungai. Seperti diketahui Kecamatan Sebangau telah dikenal memiliki habitat buaya muara yang jumlahnya cukup besar.