Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan berupaya terus mendorong ekspor produk halal ke negara yang tidak tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
"Ada beberapa strategi yang kami lakukan di Kemendag, tidak hanya ke negara yang mayoritas Muslim atau OKI, tapi kami juga mencoba beberapa negara yang sebetulnya sudah mulai meningkat kesadarannya untuk produk-produk halal seperti Taiwan," ujar Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Didi Sumedi dalam diskusi daring di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, kesadaran pemerintah Taiwan terhadap produk halal mulai meningkat. Salah satu tujuannya yakni untuk menarik wisatawan.
"Negara itu adalah salah satu potensi yang sedang kami coba untuk dieksplorasi pasarnya. Karena apa? Mereka perlu menarik wisatawan dari negara Muslim," ucapnya.
Selain produk halal, menurut dia, Taiwan juga membutuhkan sistem sertifikasi untuk produk halal.
"Saat ini sudah terjalin kerja sama dengan MUI untuk sertifikasi produk-produk halal di Taiwan sehingga ini satu peluang besar untuk kita mengisi pasar Taiwan," ujarnya.
Selain itu, lanjut Didi, sejumlah negara Eurasia atau pecahan Uni Soviet juga penting untuk dieksplorasi mengenai pasar halalnya.
"Negara-negara Eurasia berpenduduk Muslim sehingga ini adalah peluang pasar yang perlu kita isi juga," ucapnya.
Kemudian, ia menambahkan, negara-negara di kawasan Afrika juga tentunya mempunyai potensi pasar halal yang cukup baik.
"Kami juga sedang mencoba meningkatkan akses pasar ke arah sana," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan Indonesia juga dapat meningkatkan ekspor produk halal ke negara yang tidak masuk dalam OKI karena memiliki jumlah penduduk muslim cukup besar dan permintaan mereka terhadap barang dan jasa terus meningkat.
"Kita juga bisa meningkatkan dan menetrasi ke negara non-OKI," ujarnya.
Terlebih lagi, Sri Mulyani menuturkan total pengeluaran penduduk Muslim di dunia yang berjumlah 1,8 miliar orang atau 24 persen dari total penduduk di dunia terhadap produk halal diperkirakan sebesar 2,2 triliun dolar AS.
Pengeluaran 1,8 miliar orang Muslim di dunia itu meliputi seluruh bidang mulai dari makanan, obat-obatan, lifestyle dan berbagai hal lain yang dipengaruhi oleh kebutuhan serta etika nilai ajaran Islam.
"Pengeluaran ini juga memiliki pertumbuhan yang cukup besar sebesar 5,2 persen," katanya.
"Ada beberapa strategi yang kami lakukan di Kemendag, tidak hanya ke negara yang mayoritas Muslim atau OKI, tapi kami juga mencoba beberapa negara yang sebetulnya sudah mulai meningkat kesadarannya untuk produk-produk halal seperti Taiwan," ujar Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Didi Sumedi dalam diskusi daring di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, kesadaran pemerintah Taiwan terhadap produk halal mulai meningkat. Salah satu tujuannya yakni untuk menarik wisatawan.
"Negara itu adalah salah satu potensi yang sedang kami coba untuk dieksplorasi pasarnya. Karena apa? Mereka perlu menarik wisatawan dari negara Muslim," ucapnya.
Selain produk halal, menurut dia, Taiwan juga membutuhkan sistem sertifikasi untuk produk halal.
"Saat ini sudah terjalin kerja sama dengan MUI untuk sertifikasi produk-produk halal di Taiwan sehingga ini satu peluang besar untuk kita mengisi pasar Taiwan," ujarnya.
Selain itu, lanjut Didi, sejumlah negara Eurasia atau pecahan Uni Soviet juga penting untuk dieksplorasi mengenai pasar halalnya.
"Negara-negara Eurasia berpenduduk Muslim sehingga ini adalah peluang pasar yang perlu kita isi juga," ucapnya.
Kemudian, ia menambahkan, negara-negara di kawasan Afrika juga tentunya mempunyai potensi pasar halal yang cukup baik.
"Kami juga sedang mencoba meningkatkan akses pasar ke arah sana," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan Indonesia juga dapat meningkatkan ekspor produk halal ke negara yang tidak masuk dalam OKI karena memiliki jumlah penduduk muslim cukup besar dan permintaan mereka terhadap barang dan jasa terus meningkat.
"Kita juga bisa meningkatkan dan menetrasi ke negara non-OKI," ujarnya.
Terlebih lagi, Sri Mulyani menuturkan total pengeluaran penduduk Muslim di dunia yang berjumlah 1,8 miliar orang atau 24 persen dari total penduduk di dunia terhadap produk halal diperkirakan sebesar 2,2 triliun dolar AS.
Pengeluaran 1,8 miliar orang Muslim di dunia itu meliputi seluruh bidang mulai dari makanan, obat-obatan, lifestyle dan berbagai hal lain yang dipengaruhi oleh kebutuhan serta etika nilai ajaran Islam.
"Pengeluaran ini juga memiliki pertumbuhan yang cukup besar sebesar 5,2 persen," katanya.