Mataram (ANTARA) - PT Petrokimia Gresik, anak usaha BUMN, PT Pupuk Indonesia (Persero), menjadikan kawasan pertanian di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, sebagai percontohan uji coba peningkatan produksi budi daya kentang menggunakan teknologi pemupukan yang lebih baik.
"Ini adalah percontohan pertama di Indonesia, yang dilakukan oleh Petrokimia Gresik," kata Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo di sela panen raya kentang pada lahan demonstration plot (demplot) di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB, Rabu.
Ia mengatakan Sembalun dijadikan sebagai percontohan peningkatan produksi budi daya kentang karena wilayah itu merupakan kawasan pertanian yang sangat potensial dan didukung agroklimat yang sesuai. Di samping itu, petaninya sudah berpengalaman.
Bahkan, kata dia, pemerintah memproyeksikan Sembalun sebagai sentra pengembangan produksi hortikultura kentang nasional, termasuk pembenihan.
"Kami melihat Sembalun suatu daerah unik, daerah yang penuh anugerah, lembah dikelilingi gunung dengan iklim bagus, temperatur udara dingin, tapi tidak lembab sehingga cocok untuk komoditas hortikultura," ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung upaya menjadikan Desa Sajang, Sembalun, sebagai kampung percontohan lokasi demplot menggunakan produk-produk komersial unggulan Petrokimia Gresik.
"Selain pupuk, kami juga bekerja sama dengan anak perusahaan, Petrosida Gresik dan Petrokimia Kayaku, untuk memberikan pengawalan pengendalian hama agar hasilnya lebih optimal," ucapnya pula.
Dwi menyebutkan rekomendasi pemupukan di lahan demplot seluas tiga hektare dibagi dalam tiga formulasi untuk masing-masing satu hektare lahan.
Lahan pertama menggunakan satu ton pupuk petro ningrat, lahan kedua 500 kilogram (kg) petro ningrat dan 500 kg phonska plus serta lahan ketiga menggunakan satu ton phonska plus.
Selain itu, penambahan pupuk hayati petrobiofertil dan sinar bio untuk ketiga lahan tersebut.
Dengan formulasi pemupukan tersebut, kata dia, secara vegetatif menunjukkan jumlah daun, kondisi ranting, tinggi tanaman, dan ketahanan yang bagus.
Sedangkan dari sisi generatif jumlah rata-rata umbi yang dihasilkan mencapai 40 hingga 50 biji bibit kentang G2 untuk satu tanaman.
Jumlah umbi yang dihasilkan menggunakan teknologi pemupukan Petrokimia meningkat dari kebiasaan petani setempat yang hanya menghasilkan 20-30 biji bibit kentang G2 untuk satu tanaman.
"Dengan meningkatnya produktivitas tanaman kentang, selain membantu pemerintah mengamankan stok pangan nasional, juga dapat mendongkrak kesejahteraan petani," kata Dwi.
"Ini adalah percontohan pertama di Indonesia, yang dilakukan oleh Petrokimia Gresik," kata Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo di sela panen raya kentang pada lahan demonstration plot (demplot) di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB, Rabu.
Ia mengatakan Sembalun dijadikan sebagai percontohan peningkatan produksi budi daya kentang karena wilayah itu merupakan kawasan pertanian yang sangat potensial dan didukung agroklimat yang sesuai. Di samping itu, petaninya sudah berpengalaman.
Bahkan, kata dia, pemerintah memproyeksikan Sembalun sebagai sentra pengembangan produksi hortikultura kentang nasional, termasuk pembenihan.
"Kami melihat Sembalun suatu daerah unik, daerah yang penuh anugerah, lembah dikelilingi gunung dengan iklim bagus, temperatur udara dingin, tapi tidak lembab sehingga cocok untuk komoditas hortikultura," ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung upaya menjadikan Desa Sajang, Sembalun, sebagai kampung percontohan lokasi demplot menggunakan produk-produk komersial unggulan Petrokimia Gresik.
"Selain pupuk, kami juga bekerja sama dengan anak perusahaan, Petrosida Gresik dan Petrokimia Kayaku, untuk memberikan pengawalan pengendalian hama agar hasilnya lebih optimal," ucapnya pula.
Dwi menyebutkan rekomendasi pemupukan di lahan demplot seluas tiga hektare dibagi dalam tiga formulasi untuk masing-masing satu hektare lahan.
Lahan pertama menggunakan satu ton pupuk petro ningrat, lahan kedua 500 kilogram (kg) petro ningrat dan 500 kg phonska plus serta lahan ketiga menggunakan satu ton phonska plus.
Selain itu, penambahan pupuk hayati petrobiofertil dan sinar bio untuk ketiga lahan tersebut.
Dengan formulasi pemupukan tersebut, kata dia, secara vegetatif menunjukkan jumlah daun, kondisi ranting, tinggi tanaman, dan ketahanan yang bagus.
Sedangkan dari sisi generatif jumlah rata-rata umbi yang dihasilkan mencapai 40 hingga 50 biji bibit kentang G2 untuk satu tanaman.
Jumlah umbi yang dihasilkan menggunakan teknologi pemupukan Petrokimia meningkat dari kebiasaan petani setempat yang hanya menghasilkan 20-30 biji bibit kentang G2 untuk satu tanaman.
"Dengan meningkatnya produktivitas tanaman kentang, selain membantu pemerintah mengamankan stok pangan nasional, juga dapat mendongkrak kesejahteraan petani," kata Dwi.