Bandung (ANTARA) - Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) meluncurkan buku braille The Bandung Connection sebagai wujud komitmen museum untuk semua dalam rangka peringatan 66 tahun Konferensi Asia Afrika.
Kepala Museum KAA Dahlia Kusuma Dewi di Bandung, Jawa Barat, Rabu mengatakan peluncuran buku braille itu juga sesuai dengan tema peringatan ke-66 tahun KAA yakni Kemanusiaan dan Solidaritas untuk semua yang memiliki hak yang sama.
"Komitmen museum untuk semua juga wujud dari solidaritas, untuk maju, tanpa membedakan," kata Dahlia.
Adapun buku tersebut merupakan karya tokoh Tanah Air yakni Roeslan Abdulghani. Selain braille, buku tersebut juga diluncurkan dengan versi buku bicara (audio book).
Buku tersebut berisi tentang cerita yang dialami Roeslan saat mengorganisir persiapan menuju pelaksanaan KAA di Bandung pada tahun 1955 tersebut.
Selain persiapan, buku tersebut juga mengungkap tentang beberapa masalah hubungan internasional yang ada dalam suasana perang dunia kedua yakni adanya blok barat dan blok timur.
Dahlia mengatakan buku The Bandung Connection edisi braille dan audio book itu diluncurkan dengan versi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
"Master buku braille dan audio book itu akan ditempatkan di Museum Konferensi Asia Afrika, dan akan digandakan untuk disumbangkan kepada Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) Abiyoso, dan Yayasan Mata Hati Indonesia," kata Dahlia.
Dia berharap adanya buku tersebut bisa dimanfaatkan oleh para penyandang disabilitas sebagai media edukasi tentang sejarah KAA yang merupakan hak bagi setiap orang.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengaku mengapresiasi adanya peluncuran buku braille tersebut. Sehingga menurutnya sejarah KAA bisa didapat oleh setiap orang, termasuk penyandang disabilitas.
Menurutnya pengetahuan sejarah tentang KAA cukup penting untuk diketahui karena menjadi tonggak penting dalam berdirinya atau merdekanya sejumlah negara baru di Asia dan Afrika.
"Dari Konferensi Asia Afrika ini Dasa Sila Bandung memberi kehormatan tinggi kepada nilai perdamaian, kesetaraan," kata Teuku.
Kepala Museum KAA Dahlia Kusuma Dewi di Bandung, Jawa Barat, Rabu mengatakan peluncuran buku braille itu juga sesuai dengan tema peringatan ke-66 tahun KAA yakni Kemanusiaan dan Solidaritas untuk semua yang memiliki hak yang sama.
"Komitmen museum untuk semua juga wujud dari solidaritas, untuk maju, tanpa membedakan," kata Dahlia.
Adapun buku tersebut merupakan karya tokoh Tanah Air yakni Roeslan Abdulghani. Selain braille, buku tersebut juga diluncurkan dengan versi buku bicara (audio book).
Buku tersebut berisi tentang cerita yang dialami Roeslan saat mengorganisir persiapan menuju pelaksanaan KAA di Bandung pada tahun 1955 tersebut.
Selain persiapan, buku tersebut juga mengungkap tentang beberapa masalah hubungan internasional yang ada dalam suasana perang dunia kedua yakni adanya blok barat dan blok timur.
Dahlia mengatakan buku The Bandung Connection edisi braille dan audio book itu diluncurkan dengan versi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
"Master buku braille dan audio book itu akan ditempatkan di Museum Konferensi Asia Afrika, dan akan digandakan untuk disumbangkan kepada Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) Abiyoso, dan Yayasan Mata Hati Indonesia," kata Dahlia.
Dia berharap adanya buku tersebut bisa dimanfaatkan oleh para penyandang disabilitas sebagai media edukasi tentang sejarah KAA yang merupakan hak bagi setiap orang.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengaku mengapresiasi adanya peluncuran buku braille tersebut. Sehingga menurutnya sejarah KAA bisa didapat oleh setiap orang, termasuk penyandang disabilitas.
Menurutnya pengetahuan sejarah tentang KAA cukup penting untuk diketahui karena menjadi tonggak penting dalam berdirinya atau merdekanya sejumlah negara baru di Asia dan Afrika.
"Dari Konferensi Asia Afrika ini Dasa Sila Bandung memberi kehormatan tinggi kepada nilai perdamaian, kesetaraan," kata Teuku.