Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau nelayan agar tetap waspada terhadap potensi gelombang pasang susulan sebagai dampak dari anomali cuaca.
"Informasi dari BMKG, pada periode musim kemarau seperti saat ini warga diimbau tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi terjadinya cuaca ekstrem secara tiba-tiba yang bersifat lokal, salah satunya gelombang pasang," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Kamis.
Pernyataan itu disampaikan menyikapi terjadinya gelombang pasang pada Jumat (30/7/2021), dengan ketinggian gelombang sekitar dua meter dan berdampak pada tiga lingkungan permukiman warga di wilayah pesisir.
Tiga lingkungan tersebut adalah Bintaro, Bugis dan Lingkungan Pondok Perasi. Setelah didata akibat gelombang pasang itu terjadi kerugian berupa satu perahu nelayan patah dan satu mesin perahu hanyut terbawa gelombang.
"Untuk kerugian nelayan saat ini sedang kami koordinasikan dengan dinas kelautan dan perikanan (DKP), sedangkan untuk kerusakan rumah, sejauh ini belum ada laporan," katanya.
Menurut nelayan, katanya, gelombang pasang yang terjadi itu merupakan hal yang rutin terjadi, namun yang terjadi pada akhir pekan lalu jauh lebih besar dari biasanya dan berlangsung hingga empat hari.
"Jadi kondisi ini sudah bisa dibaca oleh nelayan, sehingga saat itu mereka sudah antisipasi menaikkan perahunya dan tidak ada yang melaut," ujarnya.
Terkait dengan itu, tambah Mahfuddin, pihaknya terus mengimbau masyarakat agar tetap waspada sebab ketika akan memasuki puncak musim kemarau, suhu udara akan lebih dingin, terutama pada malam hari dan angin yang bertiup lebih kencang.
"Masyarakat juga diharapkan untuk selalu memperhatikan informasi BMKG terlebih dahulu sebelum beraktivitas," katanya.
Selain itu, ujarnya, infomasi dari BMKG juga menyebutkan saat ini NTB masih memasuki musim kemarau, dimana musim kemarau juga bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Musim kemarau tetap ada, namun frekuensinya tidak sebanyak musim hujan.
Untuk hujan beberapa hari ini wilayah NTB, khususnya Pulau Lombok, disebabkan adanya eksistensi dari gelombang atmosfer (Equatorial Rosby), dan dibarengi dengan nilai anomali suhu muka laut yg cukup signifikan di perairan sekitar NTB.
Hal itu memungkinkan adanya potensi terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di wilayah NTB beberapa hari ini. Selain itu, faktor labilitas udara di wilayah NTB juga cukup mendukung untuk terjadinya hujan dari intensitas ringan hingga sedang.
"Kondisi itu bisa dilihat dari indeks labilitas serta massa udara yg cukup basah dari lapisan 850-500 hP," katanya.
"Informasi dari BMKG, pada periode musim kemarau seperti saat ini warga diimbau tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi terjadinya cuaca ekstrem secara tiba-tiba yang bersifat lokal, salah satunya gelombang pasang," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Kamis.
Pernyataan itu disampaikan menyikapi terjadinya gelombang pasang pada Jumat (30/7/2021), dengan ketinggian gelombang sekitar dua meter dan berdampak pada tiga lingkungan permukiman warga di wilayah pesisir.
Tiga lingkungan tersebut adalah Bintaro, Bugis dan Lingkungan Pondok Perasi. Setelah didata akibat gelombang pasang itu terjadi kerugian berupa satu perahu nelayan patah dan satu mesin perahu hanyut terbawa gelombang.
"Untuk kerugian nelayan saat ini sedang kami koordinasikan dengan dinas kelautan dan perikanan (DKP), sedangkan untuk kerusakan rumah, sejauh ini belum ada laporan," katanya.
Menurut nelayan, katanya, gelombang pasang yang terjadi itu merupakan hal yang rutin terjadi, namun yang terjadi pada akhir pekan lalu jauh lebih besar dari biasanya dan berlangsung hingga empat hari.
"Jadi kondisi ini sudah bisa dibaca oleh nelayan, sehingga saat itu mereka sudah antisipasi menaikkan perahunya dan tidak ada yang melaut," ujarnya.
Terkait dengan itu, tambah Mahfuddin, pihaknya terus mengimbau masyarakat agar tetap waspada sebab ketika akan memasuki puncak musim kemarau, suhu udara akan lebih dingin, terutama pada malam hari dan angin yang bertiup lebih kencang.
"Masyarakat juga diharapkan untuk selalu memperhatikan informasi BMKG terlebih dahulu sebelum beraktivitas," katanya.
Selain itu, ujarnya, infomasi dari BMKG juga menyebutkan saat ini NTB masih memasuki musim kemarau, dimana musim kemarau juga bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Musim kemarau tetap ada, namun frekuensinya tidak sebanyak musim hujan.
Untuk hujan beberapa hari ini wilayah NTB, khususnya Pulau Lombok, disebabkan adanya eksistensi dari gelombang atmosfer (Equatorial Rosby), dan dibarengi dengan nilai anomali suhu muka laut yg cukup signifikan di perairan sekitar NTB.
Hal itu memungkinkan adanya potensi terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di wilayah NTB beberapa hari ini. Selain itu, faktor labilitas udara di wilayah NTB juga cukup mendukung untuk terjadinya hujan dari intensitas ringan hingga sedang.
"Kondisi itu bisa dilihat dari indeks labilitas serta massa udara yg cukup basah dari lapisan 850-500 hP," katanya.