Tangan Tuhan di balik segelas es teh

id es teh,gus miftah,sunhaji,pedagang es teh,pedagang kecil,anomali air,es mengapung,tangan tuhan,segelas es teh

Tangan Tuhan di balik segelas es teh

Tangkapan layar beberapa artikel di media online dan media sosial di Malaysia yang mengangkat isu pernyataan Gus Miftah ke penjual es teh Sunhaji diakses di Kuala Lumpur, Kamis (5/12/2024) (ANTARA/Virna P Setyorini)

Jakarta (ANTARA) - Jangan pernah menyepelekan es teh. Karena dalam segelas es teh itu, ada kuasa Tuhan untuk menyelamatkan manusia. 

Bukan hanya menyelamatkan hidup seorang Sunhaji, --pedagang keliling es teh yang sedang viral karena omongan Gus Miftah--, rezekinya justru mengalir deras, setelahnya. Bukan. Tapi Tuhan menyelamatkan seluruh makhluk yang bernyawa.

Sejak di bangku sekolah, kita diberi pemahaman mengenai sebuah anomali atau keanehan, yaitu es yang mengapung di air. Sebuah keanehan yang sudah dianggap biasa, meski di balik itu ada kisah penyelamatan umat manusia.

Dalam hukum Fisika, semua benda yang mempunyai berat jenis (densitas) lebih kecil dari air akan mengapung, dan sebaliknya akan tenggelam. Benda padat pada umumnya akan tenggelam jika dijatuhkan ke dalam air.

Air dalam suhu ruangan memiliki molekul yang leluasa bergerak dan tidak terikat satu sama lain, sehingga mereka menempati volume ruang lebih besar dibanding benda padatan yang struktur molekulnya lebih rapat (densitas tinggi).

Dengan logika seperti itu, seharusnya es yang merupakan bentuk padat air pada suhu tertentu akan tenggelam dalam air.

Anehnya, es justru mengapung di air. Unsur hidrogen dan oksigen yang membentuk molekul air ini memang cukup unik. Ketika keduanya diajak berbaris teratur, saat air berangsur berubah menjadi fase padat di bawah suhu 4 derajat Celcius, masing-masing molekul air ini malah mulai menjaga jarak dan tidak sudi berdekatan. Akibatnya, kepadatan es justru 9 persen lebih rendah dibandingkan bentuk cairnya, sehingga ia mengapung.

Padahal dalam kondisi normal atau dalam suhu ruangan, kedua unsur ini sangat rukun dan bisa berkongsi membentuk molekul paling stabil di Bumi, yaitu air.

Anomali inilah yang sebenarnya merupakan bentuk mukjizat yang menyelamatkan manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi ini.

Jika teori evolusi kimia menyebutkan bahwa kehidupan bermula dari laut, maka bayangkan apa yang akan terjadi jika es tidak mengapung di laut. Pada Zaman Es atau Glacial Age, dimana lautan membeku, pembekuan akan terjadi dari permukaan sampai ke dasar laut. Organisme sederhana dan jasad renik yang merupakan nenek moyang semua makhluk bernyawa akan langsung punah dan Bumi mungkin tidak akan dihuni siapapun.
 

Menyelamatkan Sunhaji

Mari kembali ke Sunhaji! Pedagang es teh ini dipilih oleh Tuhan untuk diselamatkan melalui mukjizat es teh.

Sosok sederhana yang berjuang untuk menghidupi keluarga dengan berjualan es teh ini sempat tertimpa musibah, sebelum cuplikan kisahnya yang menyeret nama Gus Miftah mencuat ke permukaan.

Ia dikabarkan menjadi korban begal dan penipuan oleh pembeli. Sebelum itu ia mengalami musibah yang lebih berat, yaitu cedera patah tulang yang memaksanya untuk beralih profesi dari seorang tukang kayu menjadi penjual es teh keliling.

Segala bentuk musibah itu tidak membuatnya patah arang. Ia tetap gagah berjalan sambil menjunjung gelas-gelas es teh dagangannya di kepala, meski kadang hanya bisa mengumpulkan Rp20 ribu dalam sehari.

Sunhaji tiba-tiba menjadi bahan pembicaraan publik, bahkan hingga negeri seberang Malaysia, setelah videonya yang menjadi bahan "candaan" oleh Miftah Maulana Habiburrahman atau akrab disapa Gus Miftah, di sebuah pengajian di Magelang, Jawa Tengah, viral di media sosial.

Candaan yang oleh sebagian orang dianggap hinaan ini membuat Sunhaji mendapatkan simpati banyak pihak.

Setelah video tersebut viral, banyak orang yang merasa tergerak hatinya dan memberikan bantuan. Berbagai bentuk bantuan disalurkan ke pedagang kecil itu, mulai dari bantuan modal untuk gerobak es teh hingga bantuan pendidikan bagi anak-anaknya.

Salah satu donatur yang memberikan bantuan besar adalah Willie Salim, konten kreator muda yang memberikan uang Rp100 juta untuk membantu Sunhaji membuka usaha warung dan membiayai pendidikan anak-anaknya.

Dari sisi Sunhaji maupun Gus Miftah, kasus ini bisa dianggap sudah selesai. Gus Miftah dengan segala kerendahan hatinya sudah meminta maaf langsung kepada Sunhaji, dan sebaliknya Sunhaji pun sudah memaafkan pendakwah sohor yang sekarang menjadi penasihat khusus Presiden tersebut.

Melihat fakta saling memaafkan itu bukan berarti kita melupakan. Kasus ini sudah selayaknya menjadi pengingat bagi kita bahwa manusia hendaknya tidak menjadikan manusia lain sebagai bahan olok-olok, hinaan atau candaan yang menyakitkan hati. Agama pun mengajarkan hal itu.

Sunhaji mungkin tidak memahami teori anomali air. Namun, ibarat jasad renik di dasar lautan yang diselamatkan oleh es yang mengapung di permukaan, Sunhaji mendapatkan pertolongan untuk menghadapi peliknya hidup dengan rezeki dadakan yang mengalir deras.

Olok-olokan atau hinaan, atau katakanlah candaan Gus Miftah itu ibarat gula batu yang dicemplungkan ke segelas es teh. Gula batu itu, sesuai hukum Fisika, akan tenggelam karena ia memiliki densitas lebih tinggi dari air teh.

Namun kehadirannya dalam segelas es teh justru menambah rasa manis, sehingga es teh Sunhaji menjadi semakin nikmat, sekaligus terkenal.

Meski seisi negeri menghujat Gus Miftah, Sunhaji memilih untuk tidak melakukan hal yang sama, bahkan memaafkan sosok yang menjadikan dirinya bahan candaan. Di sinilah tangan Tuhan bekerja menyelamatkan Sunhadi dengan cara yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

Jadi jangan remehkan segelas es teh. Ada tajalli Tuhan "dalam" segelas es teh dan candaan Gus Miftah