Mataram (ANTARA) - Bank Indonesia bersama anggota DPR RI memotivasi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Nusa Tenggara Barat untuk maju sehingga menjadi pahlawan devisa bagi negara dengan cara mengekspor produknya ke luar negeri.
Motivasi tersebut disampaikan oleh Anggota Komisi XI DPR RI H Kamrussamad, bersama Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Heru Saptaji, dalam seminar bertajuk "Kepahlawanan Bank Indonesia terhadap UMKM go Ekspor" bersamaan dengan bedah buku "Le Parle Covidnomics", di Mataram, Rabu.
"Di Hari Pahlawan ini, sengaja kami dengan Bank Indonesia ke NTB karena ingin mengambil satu momentum, di mana para pelaku ekspor kita adalah bagian dari pahlawan kekinian yang memiliki semangat untuk terus bekerja mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan dengan meningkatkan angka ekspor," kata Anggota Komisi XI DPR RI H Kamrussamad.
Menurut dia, peluang ekspor komoditas masih sangat terbuka, namun pelaku UMKM perlu dengan meningkatkan nilai produknya. Hal itu tentu perlu dukungan semua pihak, baik Bank Indonesia, pemerintah daerah, kementerian dan lembaga.
Selain itu, kata Kamrussamad, yang harus menjadi perhatian ke depannya adalah mendorong transformasi digital di kalangan pelaku UMKM, mulai dari proses produksi, pemasaran hingga pada transaksi pembayaran.
"Sekarang sudah ada QRIS yang sangat memudahkan transaksi pembayaran secara digital, sistemnya lebih baik dan membuat uangnya langsung berada di daerah produksi, tidak lagi di daerah lain," katanya.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyebutkan ada 65 juta pelaku UMKM di Indonesia. Jika semuanya bisa ekspor, maka Indonesia ke depannya sudah luar biasa.
Hal itu memang tidak mudah karena dihadapkan pada berbagai kendala. Namun, ia optimis pelaku UMKM mampu menembus pasar global, seperti halnya teh kelor produk NTB.
"Tidak mudah, tapi bayangkan Korea Selatan tahun 1970-an, ekonominya sama dengan Indonesia, sekarang begitu maju dengan tingkat pendapatan perkapita yang luar biasa," ujarnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Heru Saptaji menyebutkan ada sembilan komoditas ekspor non-tambang NTB yang dikembangkan Bank Indonesia pada 2021, yakni lobster hidup dan ikan segar yang sudah diekspor ke Tiongkok, Singapura, Taiwan, dan Thailand.
Selain itu, perhiasan mutiara dengan nilai ekspor sebesar Rp927 juta dengan tujuan Tiongkok. Ada juga ekspor sayur segar tujuan Jepang, dan pengiriman kopi ke Korea Selatan, Kanada, Mesir, Jerman, Tiongkok, dan Singapura.
Teh kelor produksi UMKM NTB juga menjadi komoditas unggulan ekspor karena sudah menembus pasar Malaysia, Singapura, Turki, Taiwan, Jepang, Uzbekistan, Suriname, dan Korea Selatan. Selain itu, vanili sebanyak tiga ton dengan nilai ekspor mencapai Rp6,3 miliar.
Bank Indonesia juga mengawal ekspor sarang burung walet ke Tiongkok, Taiwan, Hongkong, dan Thailand. Ada juga kerajinan rotan ketak tujuan Arab Saudi dan Taiwan senilai Rp1,77 miliar, dan ekspor kerajinan bambu ke Norwegia.
"Grafik ekspor komoditas non-tambang NTB sudah ke arah positif dan polanya terus naik, seperti kopi terus dikirim," katanya.
Pada 2022, kata Heru, pihaknya akan memperluas program agar lebih banyak lagi komoditas unggulan daerah yang bisa diekspor tidak hanya dalam bentuk bahan baku saja, tapi sudah memiliki nilai tambah, seperti perhiasan mutiara dan kain tenun.
"Kami akan datangkan ahli mutiara untuk mendampingi pelaku UMKM bagaimana kualitas perhiasan mutiara mampu bersaing di pasar global. Kami akan lakukan pengembangan ekspor komoditas secara 'end-to-end process'," katanya.
Motivasi tersebut disampaikan oleh Anggota Komisi XI DPR RI H Kamrussamad, bersama Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Heru Saptaji, dalam seminar bertajuk "Kepahlawanan Bank Indonesia terhadap UMKM go Ekspor" bersamaan dengan bedah buku "Le Parle Covidnomics", di Mataram, Rabu.
"Di Hari Pahlawan ini, sengaja kami dengan Bank Indonesia ke NTB karena ingin mengambil satu momentum, di mana para pelaku ekspor kita adalah bagian dari pahlawan kekinian yang memiliki semangat untuk terus bekerja mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan dengan meningkatkan angka ekspor," kata Anggota Komisi XI DPR RI H Kamrussamad.
Menurut dia, peluang ekspor komoditas masih sangat terbuka, namun pelaku UMKM perlu dengan meningkatkan nilai produknya. Hal itu tentu perlu dukungan semua pihak, baik Bank Indonesia, pemerintah daerah, kementerian dan lembaga.
Selain itu, kata Kamrussamad, yang harus menjadi perhatian ke depannya adalah mendorong transformasi digital di kalangan pelaku UMKM, mulai dari proses produksi, pemasaran hingga pada transaksi pembayaran.
"Sekarang sudah ada QRIS yang sangat memudahkan transaksi pembayaran secara digital, sistemnya lebih baik dan membuat uangnya langsung berada di daerah produksi, tidak lagi di daerah lain," katanya.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyebutkan ada 65 juta pelaku UMKM di Indonesia. Jika semuanya bisa ekspor, maka Indonesia ke depannya sudah luar biasa.
Hal itu memang tidak mudah karena dihadapkan pada berbagai kendala. Namun, ia optimis pelaku UMKM mampu menembus pasar global, seperti halnya teh kelor produk NTB.
"Tidak mudah, tapi bayangkan Korea Selatan tahun 1970-an, ekonominya sama dengan Indonesia, sekarang begitu maju dengan tingkat pendapatan perkapita yang luar biasa," ujarnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Heru Saptaji menyebutkan ada sembilan komoditas ekspor non-tambang NTB yang dikembangkan Bank Indonesia pada 2021, yakni lobster hidup dan ikan segar yang sudah diekspor ke Tiongkok, Singapura, Taiwan, dan Thailand.
Selain itu, perhiasan mutiara dengan nilai ekspor sebesar Rp927 juta dengan tujuan Tiongkok. Ada juga ekspor sayur segar tujuan Jepang, dan pengiriman kopi ke Korea Selatan, Kanada, Mesir, Jerman, Tiongkok, dan Singapura.
Teh kelor produksi UMKM NTB juga menjadi komoditas unggulan ekspor karena sudah menembus pasar Malaysia, Singapura, Turki, Taiwan, Jepang, Uzbekistan, Suriname, dan Korea Selatan. Selain itu, vanili sebanyak tiga ton dengan nilai ekspor mencapai Rp6,3 miliar.
Bank Indonesia juga mengawal ekspor sarang burung walet ke Tiongkok, Taiwan, Hongkong, dan Thailand. Ada juga kerajinan rotan ketak tujuan Arab Saudi dan Taiwan senilai Rp1,77 miliar, dan ekspor kerajinan bambu ke Norwegia.
"Grafik ekspor komoditas non-tambang NTB sudah ke arah positif dan polanya terus naik, seperti kopi terus dikirim," katanya.
Pada 2022, kata Heru, pihaknya akan memperluas program agar lebih banyak lagi komoditas unggulan daerah yang bisa diekspor tidak hanya dalam bentuk bahan baku saja, tapi sudah memiliki nilai tambah, seperti perhiasan mutiara dan kain tenun.
"Kami akan datangkan ahli mutiara untuk mendampingi pelaku UMKM bagaimana kualitas perhiasan mutiara mampu bersaing di pasar global. Kami akan lakukan pengembangan ekspor komoditas secara 'end-to-end process'," katanya.