Mataram (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat melatih sebanyak 200 pengurus (takmir) masjid se-Pulau Lombok tentang pengembangan ekonomi umat berbasis digital sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.
"Kegiatan pelatihan tersebut dilakukan bekerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi NTB," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB Akinaluddin Suangkupon, melalui keterangan resmi di Mataram, Selasa.
Menurut dia, digitalisasi dalam sistem pembayaran merupakan keniscayaan, bukan hanya karena biaya pengelolaan uang tunai yang relatif besar, dan resiko dalam menghimpun dana secara tunai, juga karena perkembangan teknologi dalam sistem pembayaran.
Saat ini, kata Akinaluddin, sebagian besar masyarakat sudah banyak sebagai pengguna dompet digital, sehingga Bank Indonesia mendorong penggunaan "Quick Response Code Indonesia Standar" (QRIS) sebagai aplikasi pembayaran digital (nontunai).
"Harapannya juga dapat diaplikasikan dalam kegiatan donasi (infaq), khususnya o1eh pengurus masjid dalam menghimpun donasi dari masyarakat," ujarnya.
Akinaluddin berharap melalui pelatihan tersebut para takmir memahami peran dan tugasnya dalam mengelola masjid dan memiliki visi yang jelas dalam memberikan pelayanan kepada umat sebagai pemilik hakiki masjid.
Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) Tuan Guru Bajang (TGB) Dr KH Muhammad Zainul Maidi, mengapresiasi Bank Indonesia yang telah menginisiasi pelatihan yang membawa manfaat bagi masyarakat di NTB.
Ia mengatakan masjid adalah tempat yang mulia karena hakikatnya masjid adalah milik Allah SWT, dan Rasulullah Muhammad SAW, dengan segala keagungannya.
Begitu juga dengan takmir adalah para pejuang dan penjaga kemuliaan Allah SWT dan Rasulnya, sehingga jangan pernah ada kegiatan di masjid yang bertentangan dengan kemuliaan.
"Sebagaimana dicontohkan Nabi saat mendirikan masjid juga mendirikan pasar, di mana memakmurkan masjid dan memakmurkan umat berada dalam satu tarikan nafas," katanya.
"Kegiatan pelatihan tersebut dilakukan bekerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi NTB," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB Akinaluddin Suangkupon, melalui keterangan resmi di Mataram, Selasa.
Menurut dia, digitalisasi dalam sistem pembayaran merupakan keniscayaan, bukan hanya karena biaya pengelolaan uang tunai yang relatif besar, dan resiko dalam menghimpun dana secara tunai, juga karena perkembangan teknologi dalam sistem pembayaran.
Saat ini, kata Akinaluddin, sebagian besar masyarakat sudah banyak sebagai pengguna dompet digital, sehingga Bank Indonesia mendorong penggunaan "Quick Response Code Indonesia Standar" (QRIS) sebagai aplikasi pembayaran digital (nontunai).
"Harapannya juga dapat diaplikasikan dalam kegiatan donasi (infaq), khususnya o1eh pengurus masjid dalam menghimpun donasi dari masyarakat," ujarnya.
Akinaluddin berharap melalui pelatihan tersebut para takmir memahami peran dan tugasnya dalam mengelola masjid dan memiliki visi yang jelas dalam memberikan pelayanan kepada umat sebagai pemilik hakiki masjid.
Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) Tuan Guru Bajang (TGB) Dr KH Muhammad Zainul Maidi, mengapresiasi Bank Indonesia yang telah menginisiasi pelatihan yang membawa manfaat bagi masyarakat di NTB.
Ia mengatakan masjid adalah tempat yang mulia karena hakikatnya masjid adalah milik Allah SWT, dan Rasulullah Muhammad SAW, dengan segala keagungannya.
Begitu juga dengan takmir adalah para pejuang dan penjaga kemuliaan Allah SWT dan Rasulnya, sehingga jangan pernah ada kegiatan di masjid yang bertentangan dengan kemuliaan.
"Sebagaimana dicontohkan Nabi saat mendirikan masjid juga mendirikan pasar, di mana memakmurkan masjid dan memakmurkan umat berada dalam satu tarikan nafas," katanya.