Nusa Dua, Bali (ANTARA) - G20 satu kendaran yang pas karena forum internasional ini memilik pengaruh politik, sosial, dan ekonomi dan keputusannya memberikan dampak sistemik. G20 merepresentasikan kekuatan ekonomi dan politik dunia dengan komposisi anggotanya mencakup 85 persen PDB dunia, 75 persen perdagangan internasional, dan 2/3 populasi dunia.
Anggota-anggota G20 terdiri atas 19 negara dan satu kawasan, yaitu: Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Saat ini, terdapat tantangan global seperti akses dan distribusi vaksin yang tidak setara antarnegara dan kawasan. Misalnya, di Benua Afrika yang masih sedikit angka vaksinasi dosis pertama.
Selain itu, ada kesenjangan yang makin besar antara negara maju dan berkembang, kemudian ada tantangan geopolitik seperti adanya ketegangan, ketidakpercayaan, dan lain-lain.
Tepat saatnya bagi Indonesia untuk memperjuangkan hasil G20 yang nyata, kata Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri RI Hartyo Harkomoyo dalam dalam diskusi kesiapan penyelenggaran acara KTT G20 di Bali.
Baca juga: Bali siap berikan dukungan maksimal sukseskan KTT G20
Untuk menjawab tantangan global tersebut, lanjut dia, butuh konsistensi dan kesinambungan serta inklusivitas maupun kolaboratif.
Sebagai Presidensi G20, Indonesia mengusung semangat pulih bersama dengan tema Recover Together, Recover Stronger untuk menjawab berbagai tantangan global itu.
Presidensi G20 Indonesia fokus pada tiga sektor prioritas yang menjadi faktor penting bagi pemulihan yang kuat dan berkelanjutan, yaitu penguatan arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi.
Berlandaskan prinsip inklusivitas, Presidensi G20 Indonesia turut mengundang negara-negara tamu dan organisasi internasional untuk ikut serta di dalam momen akbar tersebut.
Dalam berbagai pertemuan, Presiden Joko Widodo selalu menekankan bahwa inklusivitas merupakan prioritas kepemimpinan Indonesia di G20 sebagai upaya mewujudkan leave no one behind.
Presiden menginginkan Presidensi G20 yang bermanfaat bagi seluruh pihak, termasuk di dalamnya anggota G20, negara berkembang, negara-negara pulau kecil, serta kelompok rentan.
Indonesia memberikan perhatian yang besar kepada negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, termasuk negara-negara kepulauan kecil di Pasifik dan Karibia.
Baca juga: Telaah - Bali tata Tahura Ngurah Rai untuk KTT G20
Terdapat sembilan negara undangan pada Presidensi G20 Indonesia, yaitu Spanyol, Ketua Uni Afrika, Ketua the African Union Development Agency-NEPAD (AU-NEPAD), Ketua Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), Belanda, Singapura, Persatuan Emirat Arab, Ketua The Caribbean Community (CARICOM), dan Ketua Pacific Island Forum (PIF).
Selain itu, terdapat juga 10 organisasi internasional undangan, yaitu Asian Development Bank (ADB), Financial Stability Board (FSB), International Labour Organization (ILO), International Monetary Fund (IMF), Islamic Development Bank (IsDB), Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), World Bank, World Health Organization (WHO), World Trade Organization (WTO), dan United Nations (UN).
Di dalam G20 terdapat dua pilar pembahasan, yaitu pilar keuangan yang disebut Finance Track; yang kedua adalah pilar Sherpa Track yang membahas isu-isu ekonomi dan pembangunan nonkeuangan. Setiap pilar dimaksud memiliki kelompok kerja yang disebut working groups.
Selain kedua track di atas, juga terdapat Engagement Groups, yaitu 10 kelompok komunitas berbagai kalangan profesional, yang mengangkat berbagai topik pembahasan.
Setiap kelompok Engagement Group memiliki peran penting bagi pemulihan global, terutama melalui gagasan konkrit dan rekomendasi kebijakan yang tepat sasaran untuk para pemimpin G20.
Presidensi G20 Indonesia menjadwalkan lebih dari 180 rangkaian kegiatan utama, termasuk pertemuan engagement groups, pertemuan working groups, pertemuan tingkat deputies/sherpa, pertemuan tingkat menteri, hingga pertemuan tingkat kepala negara (KTT) di Bali nanti.
Rangkaian kegiatan Presidensi Indonesia akan tersebar di lebih dari 20 kota di Indonesia. Adapun 1st Sherpa Meeting di Jakarta pada tanggal 7—8 Desember 2021 menjadi pertemuan perdana pada Presidensi G20 Indonesia.
Meski G20 adalah forum multilateral yang bersifat norm setting dan norm shaping, Indonesia akan dorong G20 menghasilkan hasil-hasil konkret (concrete deliverables).
Bentuknya itu kerja sama G-to-G, G-to-B atau B-to-B. kemudian pendanaan, investasi, proyek/program, pembangunan kapasitas, beasiswa, dan transfer teknologi.
Skema kerja sama/kolaborasi, antara lain, kolaborasi antaranggota G20; anggota G20 dengan pemangku kepentingan (organisasi internasional, filantrofis, bisnis, dan lain-lain); anggota G20 dengan keterlibatan negara invitees; G20 untuk negara-negara berkembang dan kontribusi individu anggota G20.
Adapun manfaat Presidensi G20 Indonesia yaitu kepemimpinan global untuk mentransformasi, penguatan arsitektur ekonomi dan kesehatan pascapandemi, menghasilkan manfaat ekonomi yang nyata, penguatan sektor ekonomi strategis, pencapaian agenda global SDGs 2030, dan keberlangsungan kepemimpinan pada keketuaan Asean 2023.
Ia mengatakan KTT G20 akan dilaksanakan di The Apurva Kempinski, Bali, pada tanggal 15—16 November 2022. Untuk Media Center, bertempat di Bali International Convention Centre (BICC) dan untuk viewing room berada di Villa Apurva.
Ia mengatakan bahwa media memiliki peranan penting dalam diplomasi dan Presidensi G20 Indonesia. Media memiliki pengaruh dalam berkomunikasi dan membentuk opini publik.
Diseminasi peran Indonesia dalam Presidensi G20, hasil pertemuan dan public education, kata dia. Terkait registrasi dan akreditasi media, pertama melakukan registrasi pada portal g20.org, melengkapi dokumen, menerima akreditasi media, dan meliput kegiatan.
Untuk media internasional dari luar negeri, lanjut dia, mengajukan permohonan visa di Perwakilan RI. Persiapan Kemlu untuk KTT G20 Bali, lanjut dia, bersama dengan perwakilan RI terlibat dalam setiap proses persiapan, diseminasi informasi, dan fasilitasi delegasi. Di samping itu, memastikan kesiapan infrastruktur, akses, protokol kesehatan, dan keamanan.
Dukungan Bali
Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra menegaskan bahwa Bali memberikan dukungan semaksimal mungkin agar pelaksanaan KTT G20 dapat berjalan dengan sangat baik.
Disebutkan pula bahwa fasilitas untuk pelaksanaan Presidensi G20, antara lain, logistik dan infrastruktur, akomodasi, fasilitas pertemuan, keamanan, kesenian, dan kesehatan.
Terkait dengan kesiapan infrastruktur, kata Made, Pulau Bali mempunyai infrastruktur jalan yang memadai dan siap untuk mendukung kelangsungan dan kelancaran acara.
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali sudah siap menerima kedatangan tamu, baik dari sisi teknis maupun protokol CHSE (protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan).
Sebagian besar wilayah Pulau Bali, lanjut dia, telah mempunyai akses koneksi internet. Pemerintah Provinsi Bali telah memasang 1.828 titik free hotspot layanan kesehatan, sekolah, tempat wisata, dan desa adat.
Beautifikasi Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai saat ini sedang dilakukan. Lingkup pekerjaan, antara lain, beutifikasi dan pekerjaan gedung kanopi VVIP, pembangunan gedung VVIP untuk menyambut kedatangan kepala negara/pemerintah, pekerjaan selasar kedatangan, pekerjaan area parker VVIP, pekerjaan pagar VVIP dan pos jaga. Penyelesaian beautifikasi itu akhir Juli selambat-lambatnya.
Penataan jalur dari Bandara I Gusti Ngurah Rai menuju venue di Nusa Dua, Badung sedang dilakukan untuk memastikan jalannya aman. Saat ini sedang dilakukan penataan Kawasan Mangrove Tahura Ggurah Rai yang akan dijadikan showcase oleh pemimpin dunia yang nanti akan hadir.
Kawasan Garuda Wisnu Kencana, kata Made, juga sedang dilakukan penataan. Untuk penataan Kawasan Garuda Wisnu Kencana relatif lebih mudah karena tinggal penyelesaian jalan dan bongkar taman. Penataan itu ditargetkan akhir Juni selesai. Mengenai kesiapan akomodasi, lanjut dia, areal ITDC yang akan menjadi lokasi rangkaian kegiatan sudah siap.
Ia mengatakan bahwa pihaknya menampilkan berbagai kesenian, di antaranya berupa tarian dengan khusus mengambil tajuk G20. Peserta juga akan disuguhkan berbagai makanan dan minuman khas/tradisional Bali dan Indonesia. Selain itu, juga menampilkan pameran UKM dan IKM yang mempunyai produk khas Bali.
Di samping itu, Pemerintah Provinsi Bali memilih kain endek sebagai kain resmi untuk busana G20 Untuk kesiapan fasilitasi pertemuan, pihaknya menggunakan bus khusus yang ramah lingkungan, ada ladies programme serta sarana dan prasarana di seluruh lokasi acara (sound, lighting, LED, dll.
Pengamanan penyelenggaraan KTT G20 dilakukan oleh Kodam IX/Udayana, Polda Bali, satpol PP provinsi/kabupaten/kota, dan pecalang. Pengamanan itu mulai dari penjemputan, menuju lokasi, pergi pulang acara ke hotel, dan ke tempat-tempat wisata serta acara lainnya.
KTT G20 merupakan momentum yang sangat baik untuk menginformasikan kembali bahwa Bali dalam konteks pariwisata yang sebelumnya terpuruk itu mulai bangkit. Dengan menjadikan Bali sebagai tuan rumah G20, memberikan kesempatan bagi Pulau Dewata untuk diberitakan di media-media internasional.
Oleh karena itu, seluruh masyarakat Bali harus bahu-membahu menggunakan ajang perhelatan akbar KTT G20 untuk memastikan pada internasional bahwa Bali itu adalah tempat yang aman.