Denpasar (ANTARA) - Pengamat seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Wayan Suardana berpendapat  sejumlah perajin batok kelapa atau beruk di Provinsi Bali  perlu berinovasi atau mengupayakan gagasan baru agar produknya dapat dipasarkan lebih luas.

"Saya harapkan ide atau gagasan baru bisa muncul. Saya lihat, masih banyak yang menekankan ornamen dan orientasinya lebih untuk kebutuhan sarana upacara," kata Suardana, dosen kriya itu saat menjadi juri lomba kerajinan beruk di Denpasar, Senin.

Lomba kerajinan batok kelapa atau beruk berlangsung di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, sebagai rangkaian Pesta Kesenian Bali ke-44 yang berlangsung dari 12 Juni-10 Juli 2022. Dalam lomba setiap peserta mendesain batok kelapa sebagai material dasar pembuatan barang seni. Sembilan peserta dari berbagai kabupaten di Provinsi Bali mengikuti adu ketrampilan ini.  Sedangkan tim juri adalah I Wayan Suardana, I Nyoman Labda, dan I Komang Abda Wirawan.

Baca juga: Mendagri perjuangkan RUU Provinsi Bali untuk pengakuan kearifan lokal

"Kreativitas, keterampilan, serta tampilan sangat penting di sini. Termasuk pengerjaan akhirnya . Kadang ada yang bentuknya sudah bagus, tetapi pengerjaan akhirnya kurang. Bisa mempengaruhi penampilan beruk itu sendiri," ujarnya.

Dari pengamatan selama lomba, kata Suardana, sebagian besar peserta sudah terbiasa mengerjakan kerajinan beruk, sehingga bisa dikatakan sebagian peserta yang ikut adalah perajin beruk. Akan tetapi dari sembilan peserta yang berlomba, menurutnya, masih belum muncul ide dan gagasan baru. Para peserta membuat beruk sesuai dengan apa yang dikerjakannya sehari-hari.

 

Pewarta : Ni Luh Rhismawati
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024