Jakarta (ANTARA) - Sejumlah warga mengeluhkan kualitas udara buruk di Jakarta pada tingkat nasional dengan indeks 180 berdasarkan catatan lembaga data kualitas udara IQ Air pada Senin pagi. Peringkat udara Jakarta lebih buruk dibanding sejumlah daerah lain di Indonesia, seperti Surabaya (Jawa Timur-indeks kualitas udara 159) pada posisi dua, dan Bekasi (Jawa Barat-indeks kualitas udara 129) pada posisi empat.
Buruknya kualitas udara tersebut dikeluhkan oleh salah seorang warga Jakarta, Rizal (27) di Jakarta, Senin, mengatakan khawatir terpapar penyakit karena kondisi saat ini Kota Jakarta berpolusi tinggi.
"Khawatir banget apalagi dengan sekarang nomor satu di Indonesia (per 07.45 WIB). Pasti banyak banget penyakitnya, apalagi kalo masuk ke dalam tubuh saat kita berada di luar berjam-jam," ujar Rizal yang bekerja di salah satu gedung di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat.
Menurut IQ Air di Jakarta, kualitas udara di Ibu Kota masuk kategori tidak sehat karena pada Particulate Matter (PM) 2.5 berada pada angka 111.5 mikrogram per meter kubik atau 22,3 kali di atas nilai pedoman kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: Petinggi IMF terpukau perubahan Jakarta
Baca juga: Menteri Investasi Bahlil dalami kasus perizinan Holywings Group
PM 2.5 mengacu pada polutan udara yang berukuran sangat kecil, sekitar 2,5 mikron (mikrometer). Diameter partikel ini lebih kecil daripada 3 persen diameter rambut manusia dan bisa meningkat karena udara panas, kebakaran, dan polusi lingkungan. Bila dihirup, partikel udara ini bisa berbahaya bagi tubuh, terutama paru-paru dan jantung.
Rizal menuturkan langkah paling kecil untuk mencegah terpapar berbagai penyakit akibat kualitas udara, yakni menggunakan masker. "Minimal saya menggunakan masker kalau kemana-mana, itu pencegahan paling kecil sih," tutur Rizal.
Senada dengan Rizal, seorang pekerja kantoran lainnya, Nita (25) mengaku pernah mengalami masalah pernapasan karena polusi udara di Jakarta. "Polusi di Jakarta udah parah. Misalnya pagi-pagi polusinya udah banyak banget, asap di mana-mana. Kadang sampai sesak nafas gitu," kata Nita yang tinggal di Jakarta Selatan.
Hal serupa juga dikeluhkan oleh warga Jakarta lainnya. Candra (31) menyebut kualitas udara di Ibu Kota saat ini sama seperti sebelum pandemi. Dia mengaku tidak bisa leluasa beraktivitas di luar ruangan karena kondisi udara yang buruk beberapa hari belakangan. "Mau gimana lagi. Saya hanya bisa bantu dengan naik kendaraan umum saja sekarang biar kondisi sedikit lebih baik," ucap Candra di sekitar area Stasiun BNI City, Jakarta.
Kualitas udara di Jakarta menjadi yang terburuk dari sepuluh kota besar paling berpolusi di Indonesia versi IQ Air, yang mencapai angka 180 pada Senin pagi tepatnya pukul 07.45 WIB. Namun, pada pukul 15.00 WIB, Jakarta turun ke posisi empat dengan angka 155. Peringkat pertama ditempati oleh Pasar Kemis di Tanggerang, Jawa Barat dengan indeks kualitas udara 168, diikuti Cileungsi di Jawa Barat (indeks kualitas udara 160) dan Bekasi di peringkat ketiga dengan angka 155.
Buruknya kualitas udara tersebut dikeluhkan oleh salah seorang warga Jakarta, Rizal (27) di Jakarta, Senin, mengatakan khawatir terpapar penyakit karena kondisi saat ini Kota Jakarta berpolusi tinggi.
"Khawatir banget apalagi dengan sekarang nomor satu di Indonesia (per 07.45 WIB). Pasti banyak banget penyakitnya, apalagi kalo masuk ke dalam tubuh saat kita berada di luar berjam-jam," ujar Rizal yang bekerja di salah satu gedung di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat.
Menurut IQ Air di Jakarta, kualitas udara di Ibu Kota masuk kategori tidak sehat karena pada Particulate Matter (PM) 2.5 berada pada angka 111.5 mikrogram per meter kubik atau 22,3 kali di atas nilai pedoman kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: Petinggi IMF terpukau perubahan Jakarta
Baca juga: Menteri Investasi Bahlil dalami kasus perizinan Holywings Group
PM 2.5 mengacu pada polutan udara yang berukuran sangat kecil, sekitar 2,5 mikron (mikrometer). Diameter partikel ini lebih kecil daripada 3 persen diameter rambut manusia dan bisa meningkat karena udara panas, kebakaran, dan polusi lingkungan. Bila dihirup, partikel udara ini bisa berbahaya bagi tubuh, terutama paru-paru dan jantung.
Rizal menuturkan langkah paling kecil untuk mencegah terpapar berbagai penyakit akibat kualitas udara, yakni menggunakan masker. "Minimal saya menggunakan masker kalau kemana-mana, itu pencegahan paling kecil sih," tutur Rizal.
Senada dengan Rizal, seorang pekerja kantoran lainnya, Nita (25) mengaku pernah mengalami masalah pernapasan karena polusi udara di Jakarta. "Polusi di Jakarta udah parah. Misalnya pagi-pagi polusinya udah banyak banget, asap di mana-mana. Kadang sampai sesak nafas gitu," kata Nita yang tinggal di Jakarta Selatan.
Hal serupa juga dikeluhkan oleh warga Jakarta lainnya. Candra (31) menyebut kualitas udara di Ibu Kota saat ini sama seperti sebelum pandemi. Dia mengaku tidak bisa leluasa beraktivitas di luar ruangan karena kondisi udara yang buruk beberapa hari belakangan. "Mau gimana lagi. Saya hanya bisa bantu dengan naik kendaraan umum saja sekarang biar kondisi sedikit lebih baik," ucap Candra di sekitar area Stasiun BNI City, Jakarta.
Kualitas udara di Jakarta menjadi yang terburuk dari sepuluh kota besar paling berpolusi di Indonesia versi IQ Air, yang mencapai angka 180 pada Senin pagi tepatnya pukul 07.45 WIB. Namun, pada pukul 15.00 WIB, Jakarta turun ke posisi empat dengan angka 155. Peringkat pertama ditempati oleh Pasar Kemis di Tanggerang, Jawa Barat dengan indeks kualitas udara 168, diikuti Cileungsi di Jawa Barat (indeks kualitas udara 160) dan Bekasi di peringkat ketiga dengan angka 155.