Solo (ANTARA) - Terik matahari yang "membakar" Kota Solo sejak pagi hari tidak menyurutkan Kontingen Indonesia untuk berburu emas pada perhelatan ASEAN Para Games (APG) 2022. Meski dengan keterbatasan, para atlet putra dan putri terus bersemangat melakukan yang terbaik dalam kompetisi itu.
Kondisi keterbatasan tubuh tidak mengurangi perjuangan mereka untuk bisa memberikan prestasi terbaik bagi Bangsa Indonesia, seperti yang dilakukan salah satu atlet para panahan putra Kholidin.
Jika hampir seluruh atlet dapat menarik string busur panah dengan salah satu sisi tangan, berbeda dengan Kholidin yang hanya mampu mengandalkan gigi karena tangan kanannya harus diamputasi akibat kecelakaan pada tahun 2017.
Ayah dua anak ini menuturkan sebetulnya dia sudah menggeluti dunia panahan sejak tahun 2016. Pada saat itu kondisinya masih normal. Untuk meningkatkan kemampuannya dalam memanah, tiga bulan sejak pertama kali mulai memanah ia memberanikan diri untuk mengikuti berbagai perlombaan antarklub.
Kecintaannya terhadap panahan mengantarkan dia memenangi berbagai perlombaan tersebut. Bahkan, sejak itu makin banyak event kompetisi yang diikutinya.
Namun di puncak prestasinya tersebut, insiden jatuh dari pohon kelapa membuatnya harus merelakan tangan kanan untuk diamputasi. Sempat berhenti beberapa waktu untuk pemulihan, pada suatu hari ia merasa begitu merindukan panahan.
Untuk itu ia iseng mendatangi klub tempat dia biasa berlatih. Dua hingga tiga kali kedatangannya, ia tidak mampu menahan keinginan untuk kembali mengangkat busur panah dan memastikan apakah kemampuannya masih seperti dulu.
Baca juga: Para Games 2022: Indonesia pertahankan juara umum
Baca juga: Para-badminton Indonesia sumbang 13 emas
"Akhirnya saya pulang, saya pasang busur panah. Siap tembak, tapi bingung mau nembak pakai apa karena saya nggak punya tangan," katanya.
Pada saat itu ia hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Ia meminta agar diberikan jalan agar kembali bisa memanah. Jawaban dari doa tersebut ia dapat usai melihat sol sepatu. Pada saat itu ia mengikat string busur panah dengan sol sepatu dan menggunakan gigi bagian depan untuk menarik talinya.
Usai mampu menarik tali, ia mencoba untuk menembakkan anak panah pada target. Meski tak sesuai sasaran, ia mengaku senang karena anak panah mampu tertancam pada papan. Dari situ ia makin bersemangat untuk terus meningkatkan kemampuannya.
"Saya nembak terus sampai nggak bisa makan tiga hari, awalnya pakai gigi depan rasanya sakit banget. Terus saya beralih ke gigi samping itu berdarah-darah juga. Lalu saya beralih ke gigi geraham sampai sekarang," katanya.
Tukang Bubur
Mampu meraih medali emas pada kejuaraan olahraga multi-event tingkat internasional tak membuat Kholidin melupakan latar belakang pekerjaannya. Sehari-hari, pria asal Pekalongan ini berjualan bubur di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta.
Bahkan, dari usahanya tersebut ia mampu mengentaskan sejumlah saudara yang sempat menganggur akibat ter-PHK. Jika di awal berjualan sekitar tahun 1994 dia menjalankan usahanya sendirian, saat ini dia bisa mengajak kakak dan adik ipar untuk membantunya.
Sempat kehilangan tempat berjualan sekitar tahun 2015 karena penataan Kota Jakarta juga tidak membuatnya patah semangat. Lagi-lagi sikap pasrah dipilihnya saat menghadapi permasalahan tersebut. "Saya berdoa minta tempat terbaik, tiga bulan kemudian lewat orang baik saya dikasih tempat berjualan yang jauh lebih nyaman," katanya.
Usahanya itu tidak lepas karena rasa sayang yang begitu besar kepada keluarga. Bahkan, ia sudah merencanakan jika memperoleh bonus atas prestasinya tersebut sebagian akan digunakan untuk mengoperasikan ayahnya yang saat ini tengah menderita katarak.
Bidik Paralimpik
Kholidin mengatakan awalnya ia tidak langsung bergabung sebagai atlet nasional melainkan atlet daerah. Pada kisaran tahun 2017-2018 ia masuk ke Pelatda DKI Jakarta. Saat itu ia langsung menekuni nomor recurve dan berhasil mengikuti sejumlah kompetisi, di antaranya Piala Presiden dan Piala Marinir.
Selanjutnya, pada tahun 2021 ia mengikuti event Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021 dan berhasil menyumbangkan medali emas untuk kontingen DKI Jakarta. Saat di Peparnas itu, Kholidin secara mengejutkan mengalahkan atlet tuan rumah yang lebih diunggulkan, Sriyono, pada nomor recurve elite men open cabang olahraga para panahan.
Pada pertandingan yang digelar di Arena Panahan, Kampung Harapan, Jayapura, Kholidin membuat pemanah tuan rumah bertekuk lutut dengan skor 6-0. "Alhamdulilah dapat emas, terus saya ditarik ke Pelatnas. Memang Peparnas itu kan buat acuan," katanya.
Atas prestasinya tersebut, ia mengaku tidak ingin berpuas diri. Usai pergelaran APG 2022 ia ingin segera kembali fokus berlatih untuk memperoleh tiket paralimpik di Paris tahun 2024. Mengenai seleksi paralimpik, ini bukan yang pertama kalinya.
Pada beberapa tahun lalu, ia sempat mengikuti seleksi untuk memperoleh tiket paralimpik di Cheko. Namun, saat itu ia hanya berhasil meraih peringkat ke-7 sehingga gagal mengikuti Paralympic Tokyo 2020.
Meski demikian, ia tidak ingin surut akibat kegagalannya dan terus menantang dirinya sendiri untuk bisa meraih yang terbaik. "Itu jadi pembelajaran bagi saya untuk lebih gigih lagi berlatih," katanya.
Kondisi keterbatasan tubuh tidak mengurangi perjuangan mereka untuk bisa memberikan prestasi terbaik bagi Bangsa Indonesia, seperti yang dilakukan salah satu atlet para panahan putra Kholidin.
Jika hampir seluruh atlet dapat menarik string busur panah dengan salah satu sisi tangan, berbeda dengan Kholidin yang hanya mampu mengandalkan gigi karena tangan kanannya harus diamputasi akibat kecelakaan pada tahun 2017.
Ayah dua anak ini menuturkan sebetulnya dia sudah menggeluti dunia panahan sejak tahun 2016. Pada saat itu kondisinya masih normal. Untuk meningkatkan kemampuannya dalam memanah, tiga bulan sejak pertama kali mulai memanah ia memberanikan diri untuk mengikuti berbagai perlombaan antarklub.
Kecintaannya terhadap panahan mengantarkan dia memenangi berbagai perlombaan tersebut. Bahkan, sejak itu makin banyak event kompetisi yang diikutinya.
Namun di puncak prestasinya tersebut, insiden jatuh dari pohon kelapa membuatnya harus merelakan tangan kanan untuk diamputasi. Sempat berhenti beberapa waktu untuk pemulihan, pada suatu hari ia merasa begitu merindukan panahan.
Untuk itu ia iseng mendatangi klub tempat dia biasa berlatih. Dua hingga tiga kali kedatangannya, ia tidak mampu menahan keinginan untuk kembali mengangkat busur panah dan memastikan apakah kemampuannya masih seperti dulu.
Baca juga: Para Games 2022: Indonesia pertahankan juara umum
Baca juga: Para-badminton Indonesia sumbang 13 emas
"Akhirnya saya pulang, saya pasang busur panah. Siap tembak, tapi bingung mau nembak pakai apa karena saya nggak punya tangan," katanya.
Pada saat itu ia hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Ia meminta agar diberikan jalan agar kembali bisa memanah. Jawaban dari doa tersebut ia dapat usai melihat sol sepatu. Pada saat itu ia mengikat string busur panah dengan sol sepatu dan menggunakan gigi bagian depan untuk menarik talinya.
Usai mampu menarik tali, ia mencoba untuk menembakkan anak panah pada target. Meski tak sesuai sasaran, ia mengaku senang karena anak panah mampu tertancam pada papan. Dari situ ia makin bersemangat untuk terus meningkatkan kemampuannya.
"Saya nembak terus sampai nggak bisa makan tiga hari, awalnya pakai gigi depan rasanya sakit banget. Terus saya beralih ke gigi samping itu berdarah-darah juga. Lalu saya beralih ke gigi geraham sampai sekarang," katanya.
Tukang Bubur
Mampu meraih medali emas pada kejuaraan olahraga multi-event tingkat internasional tak membuat Kholidin melupakan latar belakang pekerjaannya. Sehari-hari, pria asal Pekalongan ini berjualan bubur di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta.
Bahkan, dari usahanya tersebut ia mampu mengentaskan sejumlah saudara yang sempat menganggur akibat ter-PHK. Jika di awal berjualan sekitar tahun 1994 dia menjalankan usahanya sendirian, saat ini dia bisa mengajak kakak dan adik ipar untuk membantunya.
Sempat kehilangan tempat berjualan sekitar tahun 2015 karena penataan Kota Jakarta juga tidak membuatnya patah semangat. Lagi-lagi sikap pasrah dipilihnya saat menghadapi permasalahan tersebut. "Saya berdoa minta tempat terbaik, tiga bulan kemudian lewat orang baik saya dikasih tempat berjualan yang jauh lebih nyaman," katanya.
Usahanya itu tidak lepas karena rasa sayang yang begitu besar kepada keluarga. Bahkan, ia sudah merencanakan jika memperoleh bonus atas prestasinya tersebut sebagian akan digunakan untuk mengoperasikan ayahnya yang saat ini tengah menderita katarak.
Bidik Paralimpik
Kholidin mengatakan awalnya ia tidak langsung bergabung sebagai atlet nasional melainkan atlet daerah. Pada kisaran tahun 2017-2018 ia masuk ke Pelatda DKI Jakarta. Saat itu ia langsung menekuni nomor recurve dan berhasil mengikuti sejumlah kompetisi, di antaranya Piala Presiden dan Piala Marinir.
Selanjutnya, pada tahun 2021 ia mengikuti event Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021 dan berhasil menyumbangkan medali emas untuk kontingen DKI Jakarta. Saat di Peparnas itu, Kholidin secara mengejutkan mengalahkan atlet tuan rumah yang lebih diunggulkan, Sriyono, pada nomor recurve elite men open cabang olahraga para panahan.
Pada pertandingan yang digelar di Arena Panahan, Kampung Harapan, Jayapura, Kholidin membuat pemanah tuan rumah bertekuk lutut dengan skor 6-0. "Alhamdulilah dapat emas, terus saya ditarik ke Pelatnas. Memang Peparnas itu kan buat acuan," katanya.
Atas prestasinya tersebut, ia mengaku tidak ingin berpuas diri. Usai pergelaran APG 2022 ia ingin segera kembali fokus berlatih untuk memperoleh tiket paralimpik di Paris tahun 2024. Mengenai seleksi paralimpik, ini bukan yang pertama kalinya.
Pada beberapa tahun lalu, ia sempat mengikuti seleksi untuk memperoleh tiket paralimpik di Cheko. Namun, saat itu ia hanya berhasil meraih peringkat ke-7 sehingga gagal mengikuti Paralympic Tokyo 2020.
Meski demikian, ia tidak ingin surut akibat kegagalannya dan terus menantang dirinya sendiri untuk bisa meraih yang terbaik. "Itu jadi pembelajaran bagi saya untuk lebih gigih lagi berlatih," katanya.