Magelang (ANTARA) - "Merupakan kehormatan besar bagi kami untuk mempersembahkan kepada Anda rasa harmoni persahabatan kita di antara sesama anggota G20,” kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, dalam sambutannya pada pembukaan Orkestra G20.
Orkestra G20, yang diprakarsai oleh Indonesia, menampilkan beberapa musisi terbaik dunia dalam penampilan perdana dunianya di Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah pada 12 September 2022.
G20 Orchestra adalah sebuah orkes yang dibentuk dan dicetuskan oleh Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 tahun ini.
Orkestra itu juga merupakan langkah pemerintah Indonesia melalui inisiasi Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendorong industri musik klasik di dalam negeri.
Pendiri dan Direktur Artistik Orkestra G20 Ananda Sukarlan menyampaikan arti penting Orkestra G20 adalah untuk menunjukkan bahwa Indonesia akhirnya bisa dipandang dunia sebagai negara yang tidak hanya mempunyai beragam budaya etnis, tetapi juga budaya kesenian yang sejajar dengan negara-negara lain.
Orkestra G20 perdana yang dihelat di kawasan Candi Borobudur itu menjadi ajang bagi para musisi terbaik dari negara-negara G20 untuk menunjukkan harmoni kebersamaan melalui musik dalam upaya pulih bersama sesuai dengan tema presidensi G20 Indonesia, “Recover together, recover stronger”.
Menyatukan perbedaan
Menurut Ananda, Orkestra G20 dimaksudkan untuk menjadi ajang seni musik yang dapat menyatukan perbedaan karena musiknya akan dibawakan tidak hanya oleh musisi Indonesia, tetapi para musisi dari berbagai negara.
Musik adalah bahasa universal dan dapat mempersatukan perbedaan. Diplomasi seni dan musik itu sudah lama dilakukan di dunia. Musik bukan sekadar hiburan tetapi dapat menjadi suatu bentuk diplomasi yang bisa mempererat hubungan antarmasyarakat di antara negara-negara.
Faktanya, orkestra ini akan dibawakan oleh para musisi terbaik dari 18 negara anggota G20.
Rusia adalah salah satu negara yang mengirimkan pemain orkes terbaiknya, Antonina Popras, untuk menjadi bagian dari Orkestra G20.
Selain itu, Rusia juga mengirimkan Nikita Loginov, yakni pemain trompet andal dari National Youth Symphony Orchestra yang anggotanya dipilih melalui audisi yang ketat.
Loginov membagikan pengalaman dan pandangannya tentang bergabung dalam Orkestra G20 di Indonesia.
“Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa mengikuti G20 Orchestra. Ada begitu banyak musisi muda di sini. Semuanya sangat berbakat. Ini merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk bermain bersama mereka di satu panggung,” kata Loginov.
Ia mengungkapkan kekagumannya pada konsep Orkestra G20 yang menurutnya telah menunjukkan bahwa "musik memiliki kekuatan luar biasa untuk menyatukan orang-orang".
"Kami memainkan musik yang dibuat oleh komposer dari berbagai negara dan kami (musisi) dari negara yang berbeda juga. Tapi kami bermain bersama! Tidak masalah dari mana Anda berasal, siapa Anda, apa kebangsaan Anda, apa status sosial Anda dan hal identitas lainnya. Kita perlu menghargai kesempatan (kebersamaan) ini," ujarnya.
Demikian pula dengan Argentina yang juga mengirimkan musisinya. Negara itu berhasil meyakinkan pemain flute Santiago Clemenz untuk datang ke Indonesia dan berpartisipasi dalam Orkestra G20.
Walaupun sudah menjadi pemain principal, Clemenz tetap berkeliling menjadi solois di berbagai orkes lainnya. Di Indonesia, ia akan tampil solo dalam karya "The Voyage to Marege"
Selanjutnya, menurut Ananda, dengan G20 Orchestra, Indonesia telah membuka babak baru untuk pertemuan para menteri kebudayaan G20, di mana sekitar 40 pemusik muda dunia bergabung dengan 30 musisi Indonesia untuk bersama mempersembahkan permainan musik klasik kepada dunia di Candi Borobudur, yang juga adalah warisan budaya dunia.
"Mereka bermusik bersama, saling mendalami budaya negara lain ... mereka saling bertukar pikiran tentang masa depan musik, mulai dari masalah ketenagakerjaan di dunia musik, komunikasi dan relevansi musik dengan penonton dan masyarakat luas hingga isu keberagaman dan inklusi," ucapnya.
Semua itu merupakan isu lintas generasi, lintas pandangan politik, latar belakang budaya, gender, ras dan bangsa. Hal itu membuktikan bahwa musik yang adalah bahasa universal dapat menjadi media pemersatu.
Warisan untuk dunia
Ananda mengatakan bahwa Orkestra G20 ini juga akan menunjukkan peranan sekaligus menjadi warisan Indonesia untuk sejarah musik klasik dunia. G20 Orchestra adalah warisan Indonesia untuk G20 ke depannya, dan bisa menjadi disrupsi di dunia musik klasik di mana programnya tidak terpaku pada karya ‘yang itu-itu saja’, tetapi ada kesegaran dalam kandungan programnya yang melibatkan berbagai isu.
Orkestra tersebut juga bertujuan mengajak masyarakat untuk mengenal musik klasik yang masih relevan dari tahun ke tahun. Belajar musik adalah juga tentang belajar sejarah. Dokumentasi ini bisa dipelajari dan membuat lebih menyadari tentang apa yang perlu dilakukan di masa depan.
Orkestra G20 juga menjadi ajang pertunjukan musik klasik yang mempromosikan konsep kolaborasi dan kesetaraan gender di dunia seni. Orkestra ini tidak boleh biasa saja, harus membuat gebrakan dan sesuatu yang baru. Misalnya saja gender equality, dimana dunia musik klasik ini dinilai masih 'sangat laki', sehingga dilibatkan pula musisi wanita di dalamnya.
Menurut komposer dan pianis Indonesia itu, target kesetaraan gender dalam orkestra itu untuk mencapai keterlibatan yang seimbang antara perempuan dan laki-laki juga relatif tercapai, dengan partisipasi 26 musisi wanita dan 34 musisi pria.
Baca juga: Konser musik di Mataram dongkrak pajak hiburan
Baca juga: BNPT tingkatkan nasionalisme melalui seni musik
Orkestra musik klasik di Candi Borobudur yang menampilkan sejumlah musisi terbaik dunia itu juga akan melibatkan banyak talenta muda. “Karena kami ingin berinovasi, kami membutuhkan anak-anak muda untuk terlibat dalam penyelenggaraan acara ini,”katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa Orkestra G20 juga akan mengangkat isu disabilitas dan akan berpegang pada slogan Presidensi G20 Indonesia -- “Recover Together, Recover Stronger”.
Akhirnya, G20 Orchestra yang diprakarsai melalui presidensi G20 Indonesia ini diharapkan dapat menjadi sebuah simbol dan awal dari G20 Orchestra lainnya pada tahun-tahin berikutnya untuk masa presidensi negara-negara anggota G20 lainnya, kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek Hilmar Farid.
Dan yang tidak kalah penting, ajang Orkestra G20 juga diharapkan menjadi penyemangat bagi para pelaku seni dan budaya serta pendorong bagi pemulihan sektor kesenian dan ekonomi kreatif.