Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan penguatan industri farmasi di tingkat domestik menjadi basis arsitektur kesehatan global yang lebih baik.
"Upaya Indonesia di G20 ditujukan untuk membangun sistem ketahanan kesehatan Indonesia yang lebih tangguh, termasuk dengan meningkatkan kapasitas domestik yang lebih baik untuk memproduksi berbagai vaksin, obat dan alat diagnostik,” ujar Budi Gunadi Sadikin melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurut Budi, upaya memperkuat arsitektur kesehatan global juga termasuk dengan memanfaatkan jejaring kerja sama untuk kolaborasi manufaktur dan pusat penelitian pengembangan vaksin, obat dan alat diagnostik.
Pernyataan itu dikemukakan Budi saat menjadi salah satu pembicara di pertemuan World Economic Forum (WEF) terkait Distributed Vaccine Manufacturing Collaborative di New York, Rabu (21/9).
Pertemuan itu dihadiri perwakilan Anggota World Ecomic Forum dan pihak industri swasta termasuk industri vaksin global, termasuk World Trade Organization (WTO), dan Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS). Penguatan industri kesehatan dan pemanfaatan jejaring kerja sama untuk manufaktur merupakan salah satu pencapaian dari rangkaian presidensi G20 di bidang kesehatan.
Pertemuan Ketiga Health Working Group (HWG) menghasilkan kesepakatan untuk memperkuat regulasi dalam mendukung pengembangan pusat manufaktur global. Menurut Budi, regulasi riset dan manufaktur global menjadi salah satu hal penting yang perlu direalisasikan agar seluruh negara siap menghadapi pandemi di masa depan.
Negara anggota G20 didorong menerbitkan aturan organisasi internasional untuk meningkatkan kemampuan penelitian dan manufaktur. Beberapa potensi kerja sama yang telah teridentifikasi dalam pertemuan G20 di antaranya pusat pelatihan biomanufaktur global, upaya penelitian kolaboratif, mekanisme berbagi data, kemitraan publik-swasta, penelitian dan ekosistem manufaktur.
Hal ini sejalan juga dengan transformasi kesehatan pilar ketiga tentang transformasi sistem ketahanan kesehatan. Menurut Budi, pilar tersebut mencanangkan strategi ke depan tentang kepastian dan kesiapan vaksin, diagnostik dan terapeutik dapat diproduksi di dalam negeri.
Baca juga: Erick Thohir harapkan perusahaan farmasi BUMN menemukan vaksin COVID-19
Baca juga: Industri 4.0 mendorong sektor farmasi lebih kompetitif
Strategi dilakukan dengan Pengembangan pusat-pusat penelitian serta memanfaatkan kerja sama negara belahan selatan, sehingga setidaknya 50 target dapat diproduksi di dalam negeri dari hulu ke hilir.
"Upaya Indonesia di G20 ditujukan untuk membangun sistem ketahanan kesehatan Indonesia yang lebih tangguh, termasuk dengan meningkatkan kapasitas domestik yang lebih baik untuk memproduksi berbagai vaksin, obat dan alat diagnostik,” ujar Budi Gunadi Sadikin melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurut Budi, upaya memperkuat arsitektur kesehatan global juga termasuk dengan memanfaatkan jejaring kerja sama untuk kolaborasi manufaktur dan pusat penelitian pengembangan vaksin, obat dan alat diagnostik.
Pernyataan itu dikemukakan Budi saat menjadi salah satu pembicara di pertemuan World Economic Forum (WEF) terkait Distributed Vaccine Manufacturing Collaborative di New York, Rabu (21/9).
Pertemuan itu dihadiri perwakilan Anggota World Ecomic Forum dan pihak industri swasta termasuk industri vaksin global, termasuk World Trade Organization (WTO), dan Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS). Penguatan industri kesehatan dan pemanfaatan jejaring kerja sama untuk manufaktur merupakan salah satu pencapaian dari rangkaian presidensi G20 di bidang kesehatan.
Pertemuan Ketiga Health Working Group (HWG) menghasilkan kesepakatan untuk memperkuat regulasi dalam mendukung pengembangan pusat manufaktur global. Menurut Budi, regulasi riset dan manufaktur global menjadi salah satu hal penting yang perlu direalisasikan agar seluruh negara siap menghadapi pandemi di masa depan.
Negara anggota G20 didorong menerbitkan aturan organisasi internasional untuk meningkatkan kemampuan penelitian dan manufaktur. Beberapa potensi kerja sama yang telah teridentifikasi dalam pertemuan G20 di antaranya pusat pelatihan biomanufaktur global, upaya penelitian kolaboratif, mekanisme berbagi data, kemitraan publik-swasta, penelitian dan ekosistem manufaktur.
Hal ini sejalan juga dengan transformasi kesehatan pilar ketiga tentang transformasi sistem ketahanan kesehatan. Menurut Budi, pilar tersebut mencanangkan strategi ke depan tentang kepastian dan kesiapan vaksin, diagnostik dan terapeutik dapat diproduksi di dalam negeri.
Baca juga: Erick Thohir harapkan perusahaan farmasi BUMN menemukan vaksin COVID-19
Baca juga: Industri 4.0 mendorong sektor farmasi lebih kompetitif
Strategi dilakukan dengan Pengembangan pusat-pusat penelitian serta memanfaatkan kerja sama negara belahan selatan, sehingga setidaknya 50 target dapat diproduksi di dalam negeri dari hulu ke hilir.