Mataram (ANTARA) - Dinas Perdagangan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyiapkan konsep penataan lapak pedagang kaki lima (PKL) yang berada di bagian barat Taman Sangkareang Mataram agar lebih nyaman dan representatif.
"Tahap awal, penataan akan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk mengerjakan bagian lantai lapak," kata Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Uun Pujianto di Mataram, Jumat.
Uun Pujianto memaparkan bahwa setelah lantai lapak selesai dikerjakan oleh Dinas PUPR, barulah Disdag akan memasang payung-payung berukuran besar pada setiap lapak sebagai atap agar terlihat seragam.
Payung untuk PKL yang disiapkan sebanyak 41 atau sesuai dengan jumlah pedagang tetap di areal tersebut. Dengan demikian, pedagang tidak boleh menggunakan terpal atau kain seadanya sebagai tambahan atap, yang bisa memberikan kesan kumuh. "Untuk penataan lapak dan pemasangan payung, kita targetkan tahun ini selesai. Sementara untuk pembuatan gerobak akan dilanjutkan tahun 2023," katanya.
Pasalnya, selain menyeragamkan lapak dan payung bagi PKL di Sangkareang, lanjutnya, para pedagang tersebut juga direncanakan akan mendapatkan gerobak dengan bentuk dan model yang sama.
Baca juga: Pedagang lapak di Lapangan Bundar Praya keluhkan fasilitas umum tidak ada
Baca juga: Pemkot Batu Jawa Timur lakukan percepatan digitalisasi UMKM
Pembuatan gerobak ini, akan menggunakan dana CSR (corporate social responsibility) dari salah satu bank swasta di daerah ini. "Untuk besaran dana CSR kita belum tahun persis. Tapi kebutuhan pembuatan 41 gerobak PKL itu di atas Rp100 juta," katanya.
Dalam konsepnya, kata Uun, semua PKL Sangkareang berjualan di satu lokasi yakni di bagian barat Lapangan Sangkareang menghadap ke timur sehingga tidak ada lagi PKL yang berjualan di bagian timur lapangan. "Setelah lapak jadi, semua PKL fokus berjualan di bagian barat. Tidak ada lagi di lokasi lain," katanya.
Lebih jauh Uun mengatakan, untuk lapak PKL yang disiapkan sebanyak 41 unit itu disesuaikan dengan pedagang tetap yang aktif berjualan setiap hari di Sangkareang. Akan tetapi, jika ditambah dengan PKL yang berjualan malam hari atau pedagang tidak tetap yang memakai tikar jumlahnya bisa mencapai 103 PKL. "Namun, prioritas yang akan kita tata ini 41 PKL ini berjualan siang hari," kata Uun.
"Tahap awal, penataan akan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk mengerjakan bagian lantai lapak," kata Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Uun Pujianto di Mataram, Jumat.
Uun Pujianto memaparkan bahwa setelah lantai lapak selesai dikerjakan oleh Dinas PUPR, barulah Disdag akan memasang payung-payung berukuran besar pada setiap lapak sebagai atap agar terlihat seragam.
Payung untuk PKL yang disiapkan sebanyak 41 atau sesuai dengan jumlah pedagang tetap di areal tersebut. Dengan demikian, pedagang tidak boleh menggunakan terpal atau kain seadanya sebagai tambahan atap, yang bisa memberikan kesan kumuh. "Untuk penataan lapak dan pemasangan payung, kita targetkan tahun ini selesai. Sementara untuk pembuatan gerobak akan dilanjutkan tahun 2023," katanya.
Pasalnya, selain menyeragamkan lapak dan payung bagi PKL di Sangkareang, lanjutnya, para pedagang tersebut juga direncanakan akan mendapatkan gerobak dengan bentuk dan model yang sama.
Baca juga: Pedagang lapak di Lapangan Bundar Praya keluhkan fasilitas umum tidak ada
Baca juga: Pemkot Batu Jawa Timur lakukan percepatan digitalisasi UMKM
Pembuatan gerobak ini, akan menggunakan dana CSR (corporate social responsibility) dari salah satu bank swasta di daerah ini. "Untuk besaran dana CSR kita belum tahun persis. Tapi kebutuhan pembuatan 41 gerobak PKL itu di atas Rp100 juta," katanya.
Dalam konsepnya, kata Uun, semua PKL Sangkareang berjualan di satu lokasi yakni di bagian barat Lapangan Sangkareang menghadap ke timur sehingga tidak ada lagi PKL yang berjualan di bagian timur lapangan. "Setelah lapak jadi, semua PKL fokus berjualan di bagian barat. Tidak ada lagi di lokasi lain," katanya.
Lebih jauh Uun mengatakan, untuk lapak PKL yang disiapkan sebanyak 41 unit itu disesuaikan dengan pedagang tetap yang aktif berjualan setiap hari di Sangkareang. Akan tetapi, jika ditambah dengan PKL yang berjualan malam hari atau pedagang tidak tetap yang memakai tikar jumlahnya bisa mencapai 103 PKL. "Namun, prioritas yang akan kita tata ini 41 PKL ini berjualan siang hari," kata Uun.