Mataram (ANTARA) - Pertunjukan Sanggar Anak Gunung dari Lombok Utara, memainkan karya tokoh teater nasional Max Arifin yang berjudul "Badai Sepanjang Malam", Selasa (4/10) malam, menghipnotis publik Kota Mataram lewat ajang Insomnia Theater Festival.
Pementasan ini ditampilkan dengan dengan penonton terbatas di gedung teater tertutup Taman Budaya NTB.
"Badai Sepanjang Malam" yang disutradarai oleh Galih Mulayadi dan diperankan oleh Syarifuddin mengisahkan seorang guru bernama Jamil yang mengajar di daerah pelosok yang ada di Lombok Selatan.
Di mana Jamil ini memiliki ide untuk mengajar di daerah terpencil dan memajukan generasi muda yang ada di sana, namun hal yang dipikirkan sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di sana dan hampir membuat Jamil menyerah.
Sang sutradara Galih Mulyadi mengatakan semua karya yang dipentaskan di festival ini adalah karya Max Arifin dan memang sudah dikhususkan oleh panitia karena Max Arifin ini bisa dikatakan sebagai orang yang lebih dulu berteater di NTB.
"Kebetulan saya mendapatkan bagian sebagai sutradara 'Badai Sepanjang Malam' dalam teks drama yang bercerita tentang seorang guru di daerah terpencil atau lebih tepatnya tentang pengabdian guru di daerah terpencil yang ada di lombok tengah. Dia memiliki ide untuk mengembangkan pendidikan di daerah tersebut," katanya.
Namun, ia menambahkan kenyataannya apa yang dipikirkan sangat berbeda dengan apa yang terjadi di sana yang membuat dirinya hampir menyerah.
Hadi, asisten sutradara, mengatakan butuh lebih dari satu bulan untuk mempersiapkan pentas teater tersebut.
"Kami latihan dan mempersiapkan pentas ini selama satu setengah bulan dengan berbagai kendala seperti setiap divisi. Bahkan, bahannya cukup sulit didapat mengingat naskah ini bercerita tentang kurun waktu yang jauh ke belakang pada tahun 1977," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: "Badai Sepanjang Malam" karya Max Arifin hibur publik teater Mataram
Pementasan ini ditampilkan dengan dengan penonton terbatas di gedung teater tertutup Taman Budaya NTB.
"Badai Sepanjang Malam" yang disutradarai oleh Galih Mulayadi dan diperankan oleh Syarifuddin mengisahkan seorang guru bernama Jamil yang mengajar di daerah pelosok yang ada di Lombok Selatan.
Di mana Jamil ini memiliki ide untuk mengajar di daerah terpencil dan memajukan generasi muda yang ada di sana, namun hal yang dipikirkan sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di sana dan hampir membuat Jamil menyerah.
Sang sutradara Galih Mulyadi mengatakan semua karya yang dipentaskan di festival ini adalah karya Max Arifin dan memang sudah dikhususkan oleh panitia karena Max Arifin ini bisa dikatakan sebagai orang yang lebih dulu berteater di NTB.
"Kebetulan saya mendapatkan bagian sebagai sutradara 'Badai Sepanjang Malam' dalam teks drama yang bercerita tentang seorang guru di daerah terpencil atau lebih tepatnya tentang pengabdian guru di daerah terpencil yang ada di lombok tengah. Dia memiliki ide untuk mengembangkan pendidikan di daerah tersebut," katanya.
Namun, ia menambahkan kenyataannya apa yang dipikirkan sangat berbeda dengan apa yang terjadi di sana yang membuat dirinya hampir menyerah.
Hadi, asisten sutradara, mengatakan butuh lebih dari satu bulan untuk mempersiapkan pentas teater tersebut.
"Kami latihan dan mempersiapkan pentas ini selama satu setengah bulan dengan berbagai kendala seperti setiap divisi. Bahkan, bahannya cukup sulit didapat mengingat naskah ini bercerita tentang kurun waktu yang jauh ke belakang pada tahun 1977," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: "Badai Sepanjang Malam" karya Max Arifin hibur publik teater Mataram