Jakarta (ANTARA) - Hasil survei dari Indekstat Indonesia yang dilakukan pada 10 hingga 19 Oktober 2022 menunjukkan bahwa elektabilitas PDI Perjuangan (PDIP) tertinggi dibandingkan dengan partai politik lain dengan raihan sebesar 23,2 persen.
"Peta konstelasi elektoral menunjukkan jika pemilihan umum (pemilu) diadakan sekarang, PDIP mendapatkan suara terbanyak 23,2 persen, naik dari perolehan Pemilu 2019," kata Deputi Direktur Eksekutif Indekstat Rikola Fedri di Jakarta Pusat, Minggu.
Sementara elektabilitas parpol tertinggi kedua berdasarkan simulasi pertanyaan tertutup, kata Rikola, ditempati oleh Gerindra dengan raihan sebesar 12,5 persen, disusul Golkar sebesar 9,9 persen dan PKB sebesar 9,0 persen.
Kemudian, urutan elektabilitas secara berturut-turut berikutnya yakni Demokrat sebesar 7,5 persen, PKS 7,1 persen, NasDem 3,2 persen, PPP 3,0 persen dan PAN 2,1 persen. Sedangkan, sebanyak 20,3 persen pemilih menjawab belum menentukan pilihannya. "Adapun partai lainnya mendapatkan suara di bawah 2 persen," ucapnya.
Skor elektabilitas parpol tertinggi juga sama dalam simulasi pertanyaan terbuka, di mana urutan pertama masih ditempati oleh PDIP ketika responden ditanyakan parpol mana yang akan dipilih jika pemilihan umum legislatif (pileg) dilaksanakan hari ini. "Secara top of mind, elektabilitas tertinggi dimiliki oleh PDI-P 19 persen, disusul Gerindra 10,3 persen, Golkar 7,4 persen, dan PKB 6,5 persen," paparnya.
Urutan berikutnya dalam simulasi terbuka di bawah empat parpol dengan elektabilitas tertinggi itu ditempati oleh PKS sebesar 6,2 persen, Demokrat 5,2 persen, Nasdem 2,1 persen, PPP 2 persen, PAN 1,5 persen, Perindo 0,6 persen, PSI 0,1 persen, Hanura 0,1 persen.
Adapun Partai Garuda, Partai Berkarya, Partai Bulan Bintang, PKP Indonesia, Partai Gelora, Partai Ummat masing-masing meraih skor elektabilitas yang sama sebesar 0 persen. "Undecided voters sebesar 39,1 persen, ucapnya.
Dalam hasil survei didapatkan pula temuan pemilih yang sudah mantap terhadap pilihannya sebesar 69,8 persen. Sementara 17,6 persen menyatakan masih bisa berubah dan sebesar 12,6 persen sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab.
Bila tidak ada perubahan strategi kampanye yang terstruktur dan masif dari setiap parpol, kata Rikola, maka besar kemungkinan satu tahun ke depan pun tidak akan ada perubahan signifikan terhadap elektabilitas masing–masing partai. "Jika tren ini terus berlanjut, besar kemungkinan hanya akan ada tujuh partai politik yang akan lolos ke Senayan pada pemilu 2024 nanti," kata Rikola.
Baca juga: Ganjar: kader PDIP harus siap untuk jadi capres
Baca juga: Hasto dan Fachry Ali diskusi tentang pemikiran Soekarno
Rilis survei Indekstat Indonesia dengan tema “Kondisi Sosial Politik dan Kepemimpinan Nasional : 1 Tahun menjelang Kampanye Resmi Pemilu 2024" itu dilakukan terhadap 1.200 responden dengan metode penarikan acak bertingkat (multistage random sampling).
Usia responden yang dijadikan sampel adalah 17 tahun ke atas atau sudah menikah yang sudah memiliki hak pilih dengan metode tatap muka. Survei ini memiliki toleransi atau batas kesalahan (margin of error) sekitar 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"Peta konstelasi elektoral menunjukkan jika pemilihan umum (pemilu) diadakan sekarang, PDIP mendapatkan suara terbanyak 23,2 persen, naik dari perolehan Pemilu 2019," kata Deputi Direktur Eksekutif Indekstat Rikola Fedri di Jakarta Pusat, Minggu.
Sementara elektabilitas parpol tertinggi kedua berdasarkan simulasi pertanyaan tertutup, kata Rikola, ditempati oleh Gerindra dengan raihan sebesar 12,5 persen, disusul Golkar sebesar 9,9 persen dan PKB sebesar 9,0 persen.
Kemudian, urutan elektabilitas secara berturut-turut berikutnya yakni Demokrat sebesar 7,5 persen, PKS 7,1 persen, NasDem 3,2 persen, PPP 3,0 persen dan PAN 2,1 persen. Sedangkan, sebanyak 20,3 persen pemilih menjawab belum menentukan pilihannya. "Adapun partai lainnya mendapatkan suara di bawah 2 persen," ucapnya.
Skor elektabilitas parpol tertinggi juga sama dalam simulasi pertanyaan terbuka, di mana urutan pertama masih ditempati oleh PDIP ketika responden ditanyakan parpol mana yang akan dipilih jika pemilihan umum legislatif (pileg) dilaksanakan hari ini. "Secara top of mind, elektabilitas tertinggi dimiliki oleh PDI-P 19 persen, disusul Gerindra 10,3 persen, Golkar 7,4 persen, dan PKB 6,5 persen," paparnya.
Urutan berikutnya dalam simulasi terbuka di bawah empat parpol dengan elektabilitas tertinggi itu ditempati oleh PKS sebesar 6,2 persen, Demokrat 5,2 persen, Nasdem 2,1 persen, PPP 2 persen, PAN 1,5 persen, Perindo 0,6 persen, PSI 0,1 persen, Hanura 0,1 persen.
Adapun Partai Garuda, Partai Berkarya, Partai Bulan Bintang, PKP Indonesia, Partai Gelora, Partai Ummat masing-masing meraih skor elektabilitas yang sama sebesar 0 persen. "Undecided voters sebesar 39,1 persen, ucapnya.
Dalam hasil survei didapatkan pula temuan pemilih yang sudah mantap terhadap pilihannya sebesar 69,8 persen. Sementara 17,6 persen menyatakan masih bisa berubah dan sebesar 12,6 persen sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab.
Bila tidak ada perubahan strategi kampanye yang terstruktur dan masif dari setiap parpol, kata Rikola, maka besar kemungkinan satu tahun ke depan pun tidak akan ada perubahan signifikan terhadap elektabilitas masing–masing partai. "Jika tren ini terus berlanjut, besar kemungkinan hanya akan ada tujuh partai politik yang akan lolos ke Senayan pada pemilu 2024 nanti," kata Rikola.
Baca juga: Ganjar: kader PDIP harus siap untuk jadi capres
Baca juga: Hasto dan Fachry Ali diskusi tentang pemikiran Soekarno
Rilis survei Indekstat Indonesia dengan tema “Kondisi Sosial Politik dan Kepemimpinan Nasional : 1 Tahun menjelang Kampanye Resmi Pemilu 2024" itu dilakukan terhadap 1.200 responden dengan metode penarikan acak bertingkat (multistage random sampling).
Usia responden yang dijadikan sampel adalah 17 tahun ke atas atau sudah menikah yang sudah memiliki hak pilih dengan metode tatap muka. Survei ini memiliki toleransi atau batas kesalahan (margin of error) sekitar 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.