Jakarta (ANTARA) - Pusat Riset Oseanografi (PRO) Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan ekosistem pesisir di Indonesia perlu dilindungi untuk mempertahankan diversitas ikan dalam rangka mendukung pengelolaan sumber daya ikan berkelanjutan.
"Larva ikan cenderung melimpah di perairan yang lebih dekat dengan daratan. Untuk itu, perlindungan terhadap ekosistem pesisir Indonesia sangat perlu dilakukan karena tingkat produktivitasnya yang sudah diketahui sangat tinggi," kata peneliti PRO ORKM BRIN Augy Syahailatua dalam pengukuhan profesor riset yang diikuti virtual di Jakarta, Jumat.
BRIN kembali mengukuhkan empat periset sebagai profesor riset yakni Augy Syahailatua dari Pusat Riset Oseanografi sebagai profesor riset ke-646, Yenny Meliana dari Pusat Riset Kimia Maju sebagai profesor riset ke-647, Bambang Sunarko dari Pusat Riset Mikrobiologi Terapan sebagai profesor riset ke-648, dan Widya Fatriasari dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk sebagai profesor riset ke-649 secara urutan nasional.
Pada kesempatan itu, Augy mengatakan umumnya ikan menjadikan wilayah pesisir sebagai lokasi pemijahan, tempat meletakkan atau menempelkan telur, serta tempat asuhan dan pembesaran larva ikan (spawning and nursery ground).
Oleh karenanya, pakar bidang Oseanogeografi itu, menuturkan fungsi wilayah pesisir tidak hanya untuk mendukung sumber daya ikan tetapi juga dapat menjadi wilayah untuk mendukung dan mempertahankan diversitas spesies biota laut, terutama larva ikan yang cenderung memiliki kelimpahan tinggi di wilayah pesisir.
Baca juga: Inovasi dan teknologi tingkatkan nilai tambah biomassa
Baca juga: Indonesia perlu memitigasi dampak konflik Rusia-Ukraina
Di samping itu, ia mengatakan banyak larva dan juvenil ikan di wilayah pesisir yang memiliki nilai ekonomis penting, seperti ikan karang, antara lain kakap (Lutjanus sp.), kerapu (Epinephelus sp.), ekor kuning (Caesio sp.), pisang-pisang (Ptero-caesio sp.), kakatua (Scarus sp.), kulit pasir (Acanthurus sp.).
Selain itu, juga ada ikan-ikan yang hidup di padang lamun, seperti baronang/samandar (Siganus sp.), lencam (Lethrinus sp.), kaca piring (Sillago sp.), dan biji nangka (Upeneus sp.).
Ia menuturkan wilayah pesisir Indonesia yang memiliki keunikan ekosistem tropis, seperti hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang harus mendapat perlindungan demi menjaga kelestarian dan keberlanjutan hidup biota laut, termasuk ikan.
"Larva ikan cenderung melimpah di perairan yang lebih dekat dengan daratan. Untuk itu, perlindungan terhadap ekosistem pesisir Indonesia sangat perlu dilakukan karena tingkat produktivitasnya yang sudah diketahui sangat tinggi," kata peneliti PRO ORKM BRIN Augy Syahailatua dalam pengukuhan profesor riset yang diikuti virtual di Jakarta, Jumat.
BRIN kembali mengukuhkan empat periset sebagai profesor riset yakni Augy Syahailatua dari Pusat Riset Oseanografi sebagai profesor riset ke-646, Yenny Meliana dari Pusat Riset Kimia Maju sebagai profesor riset ke-647, Bambang Sunarko dari Pusat Riset Mikrobiologi Terapan sebagai profesor riset ke-648, dan Widya Fatriasari dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk sebagai profesor riset ke-649 secara urutan nasional.
Pada kesempatan itu, Augy mengatakan umumnya ikan menjadikan wilayah pesisir sebagai lokasi pemijahan, tempat meletakkan atau menempelkan telur, serta tempat asuhan dan pembesaran larva ikan (spawning and nursery ground).
Oleh karenanya, pakar bidang Oseanogeografi itu, menuturkan fungsi wilayah pesisir tidak hanya untuk mendukung sumber daya ikan tetapi juga dapat menjadi wilayah untuk mendukung dan mempertahankan diversitas spesies biota laut, terutama larva ikan yang cenderung memiliki kelimpahan tinggi di wilayah pesisir.
Baca juga: Inovasi dan teknologi tingkatkan nilai tambah biomassa
Baca juga: Indonesia perlu memitigasi dampak konflik Rusia-Ukraina
Di samping itu, ia mengatakan banyak larva dan juvenil ikan di wilayah pesisir yang memiliki nilai ekonomis penting, seperti ikan karang, antara lain kakap (Lutjanus sp.), kerapu (Epinephelus sp.), ekor kuning (Caesio sp.), pisang-pisang (Ptero-caesio sp.), kakatua (Scarus sp.), kulit pasir (Acanthurus sp.).
Selain itu, juga ada ikan-ikan yang hidup di padang lamun, seperti baronang/samandar (Siganus sp.), lencam (Lethrinus sp.), kaca piring (Sillago sp.), dan biji nangka (Upeneus sp.).
Ia menuturkan wilayah pesisir Indonesia yang memiliki keunikan ekosistem tropis, seperti hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang harus mendapat perlindungan demi menjaga kelestarian dan keberlanjutan hidup biota laut, termasuk ikan.