Mataram (ANTARA) - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Hj Sitti Rohmi Djalilah mengakui dampak KTT G20 yang dilaksanakan di Bali beberapa waktu lalu begitu terasa khususnya bagi sektor pariwisata di wilayah itu.
"Saya ini baru balik dari Provinsi Bali. Alhamdulillah, di situ saya lihat wisatawan juga mulai ramai dan membanjiri obyek wisata. Semua ini, karena dampak G20, dan NTB juga kena dampaknya terkait menggeliat-nya wisatawan ini," ujarnya di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan momentum kebangkitan pariwisata ini perlu dijaga oleh masyarakat NTB. Pasalnya, dua tahun lebih sektor pariwisata mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19.
"Tugas kita adalah bagaimana menjaga keamanan dan kenyamanan pada wisatawan yang datang ke daerah kita. Termasuk, juga pada para investor," tegas perempuan yang kini menginjak usia 54 tahun tersebut.
Wagub mengaku optimis melihat perkembangan NTB. Sebab, di tengah negara di belahan dunia banyak yang kolaps karena resesi ekonomi, namun justru Indonesia, mampu melewati sejumlah ujian, utamanya NTB dari hantaman gempa bumi di awal pemerintahan tahun 2018 silam hingga pandemi COVID-19.
"Saya optimis ekonomi dan pariwisata kita semakin tumbuh dan maju," katanya.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi NTB pada triwulan III 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 7,10 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) sebagai dampak dari semakin membaik-nya sektor pariwisata.
"Pertumbuhan terjadi pada 16 lapangan usaha, sedangkan satu lapangan usaha lainnya mengalami kontraksi," kata Ahli Madya BPS NTB Arrief Chandra Setiawan.
Ia mengatakan dari sisi lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 38,79 persen.
Lapangan usaha tersebut mengalami pertumbuhan tinggi karena jumlah tamu menginap di hotel yang meningkat sebesar 85,42 persen dan rata-rata tingkat penghunian kamar meningkat 19,64 persen pada triwulan III 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ia menyebutkan pertumbuhan ekonomi NTB dari sektor lapangan usaha lainnya adalah transportasi dan pergudangan yang tumbuh sebesar 26,53 persen, serta pertambangan dan penggalian sebesar 23,68 persen.
Selanjutnya lapangan usaha jasa lainnya tumbuh 14,22 persen, pengadaan listrik dan gas tumbuh 12,94 persen, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib tumbuh 8,09 persen, dan jasa perusahaan juga tumbuh 8,02 persen.
"Sementara itu satu lapangan usaha lainnya yang terkontraksi yaitu konstruksi sebesar 4,68 persen," katanya.
"Saya ini baru balik dari Provinsi Bali. Alhamdulillah, di situ saya lihat wisatawan juga mulai ramai dan membanjiri obyek wisata. Semua ini, karena dampak G20, dan NTB juga kena dampaknya terkait menggeliat-nya wisatawan ini," ujarnya di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan momentum kebangkitan pariwisata ini perlu dijaga oleh masyarakat NTB. Pasalnya, dua tahun lebih sektor pariwisata mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19.
"Tugas kita adalah bagaimana menjaga keamanan dan kenyamanan pada wisatawan yang datang ke daerah kita. Termasuk, juga pada para investor," tegas perempuan yang kini menginjak usia 54 tahun tersebut.
Wagub mengaku optimis melihat perkembangan NTB. Sebab, di tengah negara di belahan dunia banyak yang kolaps karena resesi ekonomi, namun justru Indonesia, mampu melewati sejumlah ujian, utamanya NTB dari hantaman gempa bumi di awal pemerintahan tahun 2018 silam hingga pandemi COVID-19.
"Saya optimis ekonomi dan pariwisata kita semakin tumbuh dan maju," katanya.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi NTB pada triwulan III 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 7,10 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) sebagai dampak dari semakin membaik-nya sektor pariwisata.
"Pertumbuhan terjadi pada 16 lapangan usaha, sedangkan satu lapangan usaha lainnya mengalami kontraksi," kata Ahli Madya BPS NTB Arrief Chandra Setiawan.
Ia mengatakan dari sisi lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 38,79 persen.
Lapangan usaha tersebut mengalami pertumbuhan tinggi karena jumlah tamu menginap di hotel yang meningkat sebesar 85,42 persen dan rata-rata tingkat penghunian kamar meningkat 19,64 persen pada triwulan III 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ia menyebutkan pertumbuhan ekonomi NTB dari sektor lapangan usaha lainnya adalah transportasi dan pergudangan yang tumbuh sebesar 26,53 persen, serta pertambangan dan penggalian sebesar 23,68 persen.
Selanjutnya lapangan usaha jasa lainnya tumbuh 14,22 persen, pengadaan listrik dan gas tumbuh 12,94 persen, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib tumbuh 8,09 persen, dan jasa perusahaan juga tumbuh 8,02 persen.
"Sementara itu satu lapangan usaha lainnya yang terkontraksi yaitu konstruksi sebesar 4,68 persen," katanya.