Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, akan mendatangkan telur dari luar daerah untuk menstabilkan harga telur yang saat ini mengalami peningkatan dari Rp45.000 per 30 butir kini mencapai Rp57.000 per 30 butir.
Wakil Wali Kota Mataram, TGH Mujiburrahman di Mataram, Rabu, mengatakan, sebelum mendatangkan telur dari luar daerah, Kota Mataram diundang untuk menandatangani kerjasama antar daerah (KAD) terkait pemenuhan sejumlah komoditas di Bali akhir pekan ini.
"Melalui KAD ini, kita akan terbantu dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Apalagi beberapa komoditas di Kota Mataram terutama telur stoknya sudah tipis sehingga kita akan bekerjasama dengan pengusaha-pengusaha yang surplus telur di Bali," katanya.
Ia mengatakan, hal itu sebagai langkah Pemerintah Kota Mataram agar stok komoditas yang kurang itu bisa dipenuhi. Bahkan kalau bisa surplus, harga bisa ditekan.
"Terlebih nantinya menjelang natal dan tahun baru, harga telur diprediksi bisa terus meningkat seiring permintaan. Tapi dengan adanya penandatanganan KAD, Insya Allah ketersediaan stok akan tercukupi dan harga bisa ditekan," katanya.
Dikatakan, Kota Mataram melalui organisasi perangat daerah (OPD) terkait berupaya menekan harga kebutuhan pokok tidak melonjak sesuai standar pengendalian inflasi.
Karenanya, Kota Mataram sudah bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) dengan melaksanakan beberapa program seperti inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah pasar tradisional untuk memonitor ketersediaan stok dan melaksanakan operasi pasar murah yang akan terus dilaksanakan.
"Dua kegiatan itu, sudah kita lakukan untuk memastikan ketersediaan bahan pokok tercukupi dengan harga stabil," katanya.
Kepala Bidang Pengendalian Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Sri Wahyunida sebelumnya mengatakan, berdasarkan survei harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram, lanjut Sri, rata-rata masih terjadi fluktuasi harga pada hampir semua kebutuhan pokok.
"Kondisi fluktuasi harga kebutuhan pokok saat ini menjelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, juga diakui sejumlah daerah saat kita melakukan zoom meeting dengan Kementerian Perdagangan," katanya.
Misalnya, untuk harga ayam broiler di Pasar Induk Mandalika saat ini naik menjadi Rp40.000 per kilogram, dari harga sebelumnya Rp35.000-37.000 per kilogram. Tapi untuk daging sapi murni masih stabil Rp125.000 per kilogram, begitu juga dengan gula pasir tetap Rp14.000 per kilogram.
Sedangkan komoditas pertanian yang mengalami kenaikan antara lain, cabai rawit dari Rp22.000 per kilogram menjadi Rp25.000 per kilogram, cabai merah besar dari Rp15.000 per kilogram menjadi Rp17.000 per kilogram, dan bawang merah dari Rp28.000 per kilogram menjadi Rp30.000 per kilogram. Tapi untuk bawang putih masih stabil Rp19.000 per kilogram.
Kebutuhan pokok yang juga naik beras medium dari Rp8.500 per kilogram menjadi Rp9.000 per kilogram. Tapi kenaikan itu masih di bawah harga eceran tertinggi (HRT) beras medium sebesar Rp9.850 per kilogram.
"Selain itu, harga telur kini kembali naik menjadi Rp1.900 per butir, yang sebelumnya berkisar Rp1.700-1.800 per butir. Untuk penyebab kenaikan ini kita masih koordinasi dengan pihak terkait," katanya.
Wakil Wali Kota Mataram, TGH Mujiburrahman di Mataram, Rabu, mengatakan, sebelum mendatangkan telur dari luar daerah, Kota Mataram diundang untuk menandatangani kerjasama antar daerah (KAD) terkait pemenuhan sejumlah komoditas di Bali akhir pekan ini.
"Melalui KAD ini, kita akan terbantu dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Apalagi beberapa komoditas di Kota Mataram terutama telur stoknya sudah tipis sehingga kita akan bekerjasama dengan pengusaha-pengusaha yang surplus telur di Bali," katanya.
Ia mengatakan, hal itu sebagai langkah Pemerintah Kota Mataram agar stok komoditas yang kurang itu bisa dipenuhi. Bahkan kalau bisa surplus, harga bisa ditekan.
"Terlebih nantinya menjelang natal dan tahun baru, harga telur diprediksi bisa terus meningkat seiring permintaan. Tapi dengan adanya penandatanganan KAD, Insya Allah ketersediaan stok akan tercukupi dan harga bisa ditekan," katanya.
Dikatakan, Kota Mataram melalui organisasi perangat daerah (OPD) terkait berupaya menekan harga kebutuhan pokok tidak melonjak sesuai standar pengendalian inflasi.
Karenanya, Kota Mataram sudah bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) dengan melaksanakan beberapa program seperti inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah pasar tradisional untuk memonitor ketersediaan stok dan melaksanakan operasi pasar murah yang akan terus dilaksanakan.
"Dua kegiatan itu, sudah kita lakukan untuk memastikan ketersediaan bahan pokok tercukupi dengan harga stabil," katanya.
Kepala Bidang Pengendalian Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Sri Wahyunida sebelumnya mengatakan, berdasarkan survei harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram, lanjut Sri, rata-rata masih terjadi fluktuasi harga pada hampir semua kebutuhan pokok.
"Kondisi fluktuasi harga kebutuhan pokok saat ini menjelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, juga diakui sejumlah daerah saat kita melakukan zoom meeting dengan Kementerian Perdagangan," katanya.
Misalnya, untuk harga ayam broiler di Pasar Induk Mandalika saat ini naik menjadi Rp40.000 per kilogram, dari harga sebelumnya Rp35.000-37.000 per kilogram. Tapi untuk daging sapi murni masih stabil Rp125.000 per kilogram, begitu juga dengan gula pasir tetap Rp14.000 per kilogram.
Sedangkan komoditas pertanian yang mengalami kenaikan antara lain, cabai rawit dari Rp22.000 per kilogram menjadi Rp25.000 per kilogram, cabai merah besar dari Rp15.000 per kilogram menjadi Rp17.000 per kilogram, dan bawang merah dari Rp28.000 per kilogram menjadi Rp30.000 per kilogram. Tapi untuk bawang putih masih stabil Rp19.000 per kilogram.
Kebutuhan pokok yang juga naik beras medium dari Rp8.500 per kilogram menjadi Rp9.000 per kilogram. Tapi kenaikan itu masih di bawah harga eceran tertinggi (HRT) beras medium sebesar Rp9.850 per kilogram.
"Selain itu, harga telur kini kembali naik menjadi Rp1.900 per butir, yang sebelumnya berkisar Rp1.700-1.800 per butir. Untuk penyebab kenaikan ini kita masih koordinasi dengan pihak terkait," katanya.