Mataram (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, tangkapan ikan laut di Mataram mengalami penurunan dari kondisi normal 30-32 ton menjadi 25-27 ton per bulan karena masuk musim angin barat.
"Sejak masuk angin barat pada November 2022 hasil produksi ikan turun sebab hasil tangkapan nelayan berkurang," kata Kepala DKP Kota Mataram Irwan Harimansyah di Mataram, Jumat, di sela mengikuti rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Mataram bersama sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
Berdasarkan informasi dari BMKG dan pengalaman dari tahun ke tahun, lanjutnya, kondisi angin barat akan terjadi hingga bulan Maret 2023. Saat angin barat, nelayan tidak ada melaut.
Dengan demikian, ketersediaan pasokan ikan terutama jenis tongkol yang menjadi hasil tangkapan dominan nelayan Mataram akan menurun, sementara kebutuhan meningkat.
"Apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru, permintaan ikan meningkat karena tingginya aktivitas masyarakat yang akan merayakan Natal dan Tahun Baru," katanya.
Dampaknya, lanjut Irwan, harga ikan tongkol naik dari Rp30.000 menjadi Rp40.000 per kilogram. Kenaikan itu, sambungnya, menyumbang inflasi di Kota Mataram pada bulan Desember, ikan tongkol menyumbang inflasi 0,06 persen.
"Meskipun sumbangan inflasi itu masih pada batas wajar, namun harus segera diantisipasi karena tiga bulan ke depan masih masuk musim angin barat," katanya.
Untuk menekan inflasi terhadap ikan khususnya jenis tongkol, lanjutnya, pada bulan-bulan berikutnya perlu menjadi atensi bagi TPID dalam mengambil langkah-langkah strategis.
"Salah satunya dengan menggelar operasi pasar dan menyiapkan jenis ikan laut lainnya, termasuk ikan air tawar sebagai alternatif konsumsi masyarakat," katanya.
"Sejak masuk angin barat pada November 2022 hasil produksi ikan turun sebab hasil tangkapan nelayan berkurang," kata Kepala DKP Kota Mataram Irwan Harimansyah di Mataram, Jumat, di sela mengikuti rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Mataram bersama sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
Berdasarkan informasi dari BMKG dan pengalaman dari tahun ke tahun, lanjutnya, kondisi angin barat akan terjadi hingga bulan Maret 2023. Saat angin barat, nelayan tidak ada melaut.
Dengan demikian, ketersediaan pasokan ikan terutama jenis tongkol yang menjadi hasil tangkapan dominan nelayan Mataram akan menurun, sementara kebutuhan meningkat.
"Apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru, permintaan ikan meningkat karena tingginya aktivitas masyarakat yang akan merayakan Natal dan Tahun Baru," katanya.
Dampaknya, lanjut Irwan, harga ikan tongkol naik dari Rp30.000 menjadi Rp40.000 per kilogram. Kenaikan itu, sambungnya, menyumbang inflasi di Kota Mataram pada bulan Desember, ikan tongkol menyumbang inflasi 0,06 persen.
"Meskipun sumbangan inflasi itu masih pada batas wajar, namun harus segera diantisipasi karena tiga bulan ke depan masih masuk musim angin barat," katanya.
Untuk menekan inflasi terhadap ikan khususnya jenis tongkol, lanjutnya, pada bulan-bulan berikutnya perlu menjadi atensi bagi TPID dalam mengambil langkah-langkah strategis.
"Salah satunya dengan menggelar operasi pasar dan menyiapkan jenis ikan laut lainnya, termasuk ikan air tawar sebagai alternatif konsumsi masyarakat," katanya.