Ankara/London (ANTARA) - Perdana Menteri Mark Rutte mewakili Pemerintah Belanda meminta maaf atas keterlibatan negara itu dalam perbudakan di masa lalu. "Kita bisa mengakui perbudakan dalam istilah yang paling jelas sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Rutte dalam konferensi pers di Den Haag, Senin (19/12).

Dia menyatakan penyesalannya bahwa selama berabad-abad "negara Belanda telah memungkinkan, mendorong, dan mengambil keuntungan dari perbudakan".

“Orang-orang telah dijadikan komoditas, dieksploitasi, dan diperdagangkan atas nama negara Belanda,” ujar Rutte. Dia menyebut perbudakan sebagai penderitaan besar yang masih berdampak pada kehidupan masyarakat. "Kami di Belanda harus menghadapi kenyataan kami di masa lalu itu," kata Rutte.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa tidak seorang pun yang hidup sekarang secara pribadi harus disalahkan atas perbudakan yang terjadi di masa lalu. Rutte mengakui bahwa negara Belanda memikul tanggung jawab atas penderitaan besar yang menimpa orang-orang yang diperbudak dan keturunannya.

Baca juga: Komnas HAM : Sedikitnya 300 ribu WNI bisa tanpa kewarganegaraan
Baca juga: Komnas HAM terima 257 aduan terkait PMI 2020-2022

Dia kemudian menyerukan untuk berani mengakui dan melakukan percakapan yang sulit tentang masa lalu perbudakan. Rutte menyatakan keinginannya untuk pengakuan dan pemahaman yang lebih baik menjelang tanggal simbolis, 1 Juli 2023, sebagai hari peringatan penghapusan perbudakan di Belanda.

Sumber: Anadolu



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PM Belanda minta maaf atas perbudakan di masa lalu

 

Pewarta : Yashinta Difa Pramudyani
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024