Mataram (ANTARA) - Putri dari bintang pop Paul McCartney memberikan akses untuk melihat lebih dekat studio Abbey Road di mana sang ayah, dan banyak musisi lain, merekam karya hebat mereka.
Mary McCartney menyutradarai dokumenter "If These Walls Could Sing" yang akan tayang di Disney+ pada 6 Januari setelah tayang perdana di Amerika Utara pada Desember.
Seperti disiarkan AFP, Minggu (1/1) waktu setempat, nama studio itu diberikan sebagai judul album The Beatles "Abbey Road", dan di persimpangan zebra terdekat itulah Fab Four memotret foto sampul legendaris mereka.
"Saya punya koneksi personal dengan studio," kata Mary McCartney kepada AFP.
"Saat kecil saya sering ke sini, kami tinggal dekat sini. Saya punya foto lucu yang saya suka, ibu saya (Linda McCartney) membawa kuda poni menyeberangi zebra cross."
Tak bisa dipungkiri, The Beatles mendominasi dokumenter 90 menit, karena mereka merekam tak kurang 190 dari total 210 lagu mereka di sana.
Namun, Abbey Road punya sejarang yang panjang, didirikan pada 1931 oleh perusahaan rekaman EMI.
Awalnya studio ini dibuat untuk musik klasik, Abbey Road punya teknologi mutakhir di masanya, dan digunakan oleh komposer dan konduktor Edward Elgar tak lama sebelum ia meninggal pada 1934.
"Banyak orang datang ke Abbey Road demi zebra cross tapi tidak masuk ke dalam karena ini adalah studio yang sibuk, jadi saya ingin mengajak penonton ke dalam," kata McCartney.
Studio itu menjadi "bunker" bagi The Beatles setelah histeria menyelubungi grup yang membuat mereka berhenti tur pada 1966, seperti dikenang oleh Giles Martin, putra dari produser George Martin, di dalam film.
Banyak bintang telah datang ke studio untuk merasakan keajaibannya, mulai dari Elton John, Pink Floyd hingga Led Zeppelin dan Oasis, semuanya ada di dalam film dokumenter ini.
"Setiap orang punya cerita berbeda, aspek berbeda yang membuat Abbey Road jadi utuh," kata Mary McCartney.
Para penggemar Beatles akhir-akhir ini dimanjakan dengan banyak konten, termasuk dokumenter "Get Back" yang disutradarai Peter Jackson.
Mary McCartney menyutradarai dokumenter "If These Walls Could Sing" yang akan tayang di Disney+ pada 6 Januari setelah tayang perdana di Amerika Utara pada Desember.
Seperti disiarkan AFP, Minggu (1/1) waktu setempat, nama studio itu diberikan sebagai judul album The Beatles "Abbey Road", dan di persimpangan zebra terdekat itulah Fab Four memotret foto sampul legendaris mereka.
"Saya punya koneksi personal dengan studio," kata Mary McCartney kepada AFP.
"Saat kecil saya sering ke sini, kami tinggal dekat sini. Saya punya foto lucu yang saya suka, ibu saya (Linda McCartney) membawa kuda poni menyeberangi zebra cross."
Tak bisa dipungkiri, The Beatles mendominasi dokumenter 90 menit, karena mereka merekam tak kurang 190 dari total 210 lagu mereka di sana.
Namun, Abbey Road punya sejarang yang panjang, didirikan pada 1931 oleh perusahaan rekaman EMI.
Awalnya studio ini dibuat untuk musik klasik, Abbey Road punya teknologi mutakhir di masanya, dan digunakan oleh komposer dan konduktor Edward Elgar tak lama sebelum ia meninggal pada 1934.
"Banyak orang datang ke Abbey Road demi zebra cross tapi tidak masuk ke dalam karena ini adalah studio yang sibuk, jadi saya ingin mengajak penonton ke dalam," kata McCartney.
Studio itu menjadi "bunker" bagi The Beatles setelah histeria menyelubungi grup yang membuat mereka berhenti tur pada 1966, seperti dikenang oleh Giles Martin, putra dari produser George Martin, di dalam film.
Banyak bintang telah datang ke studio untuk merasakan keajaibannya, mulai dari Elton John, Pink Floyd hingga Led Zeppelin dan Oasis, semuanya ada di dalam film dokumenter ini.
"Setiap orang punya cerita berbeda, aspek berbeda yang membuat Abbey Road jadi utuh," kata Mary McCartney.
Para penggemar Beatles akhir-akhir ini dimanjakan dengan banyak konten, termasuk dokumenter "Get Back" yang disutradarai Peter Jackson.