Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) Harlin Rahardjo menegaskan beasiswa dari Federasi Renang Internasional (FINA) atau World Aquatics pada 2019 untuk Azzahra Permatahani tepat sasaran dan tujuan.

Harlin menanggapi pertanyaan dari orang tua Azzahra yakni Hanif Rusjdi yang menyebut PB PRSI tidak transparan terkait penggunaan dana beasiswa FINA Scholarship Programme untuk Azzahra sekitar 3 tahun lalu.

"Azzahra pada 2019 mendapat full benefit dari beasiswa FINA, salah satunya dengan mengikuti semua pertandingan yang dipersiapkan untuk Olimpiade Tokyo 2020 (2021)," ujar Harlin kepada ANTARA via telepon, Jumat.

Harlin mengungkapkan beasiswa dari FINA merupakan program dalam mencetak olimpian untuk membawa nama harum bangsa di Olimpiade. Dengan beasiswa tersebut, kata Harlin, Azzahra bisa menjadi menjadi olimpian setelah tampil di Olimpiade Tokyo 2020 (2021) dengan lolos limit B nomor 400meter gaya ganti perseorangan putri pada 2019.

Prestasi dan waktu terbaik Azzahra di nomor spesialisasinya semua dicetak pada tahun 2019. Atlet kelahiran 7 Januari 2022 itu saat ini memang tercatat sebagai pemegang rekor nasional (rekornas) untuk tiga nomor renang yang tercipta pada 2019.

Masing-masing pada nomor 200m gaya dada dengan catatan waktu 2 menit 32,22 detik dan 200m gaya ganti perseorangan dengan 2 menit 16,43 detik saat tampil di Jakarta Open 2019, serta nomor 400m gaya ganti perseorangan saat bersaing di Singapore Age Group Championship 2019 dengan catatan waktu 4 menit 48,51 detik.

Selain itu, lanjut Harlin, dana bantuan dari FINA juga digunakan untuk menunjang segala program lainnya, termasuk mengikuti sejumlah kejuaraan besar yang satu di antaranya yakni Kejuaraan Dunia FINA 2019 di Gwangju, Korea Selatan.

Baca juga: Orang tua Azzahra pertanyakan transparansi PRSI
Baca juga: Tim polo air putri Jawa Barat juarai Indonesia Open

"Dana tersebut juga digunakan untuk keperluan mengakomodasi David Armandoni yang kala itu menjadi pelatih timnas dan mendampingi Azzahra di mana pun," kata Harlin.

Azzahra mendapat beasiswa FINA atas rekomendasi PB PRSI pada 2018 karena dinilai memiliki potensi untuk bisa bersaing di level dunia. Program beasiswa FINA ini memberikan kesempatan kepada sejumlah atlet terbatas untuk berlatih dan mempersiapkan kualifikasi mereka menghadapi Olimpiade dan Kejuaraan Dunia FINA.

PRSI dalam hal ini menjadi administratif beasiswa dan bertanggung jawab untuk memilih pelatihan nasional, demikian berdasarkan surat FINA Scholarship Programme untuk Azzahra yang ditandatangani Cornel Marculescu sebagai FINA Executive Director yang salinnya didapat ANTARA.

Tertuang juga PRSI harus memastikan atlet memiliki akses ke fasilitas pelatihan yang sesuai, pelatih ahli (khusus), program pelatihan (latihan renang dan pelatihan darat), bantuan dan kontrol medis dan ilmiah secara teratur, dan akses ke informasi teknis tentang Kejuaraan Dunia FINA.

"Semuanya sudah sesuai dan program tersebut telah sukses menjadikan Azzahra menjadi olimpian dan 2019 menjadi prestasi tertingginya," ujar Harlin.

"Azzahra mengikuti kejuaraan-kejuaraan tertinggi di dunia dan hanya orang-orang tertentu saja bisa ikut dengan lengkap. Tentunya semuanya ada dari biaya pelatnas dan juga PRSI yang mengelola dana beasiswa tersebut. Jadi saya harap ini bisa menjelaskan dan juga persepsi kalau PB PRSI tidak transparan menyelewengkan dana bantuan itu adalah tuduhan keji," kata Harlin.

Untuk diketahui, saat ini Azzahra tidak lagi menjadi anggota dari pemusatan latihan nasional (pelatnas) untuk SEA Games XXXII/2023 di Phnom Penh, Kamboja setelah dianggap indispliner.

Meski begitu peluang Azzahra kembali ke pelatnas terbuka. "PRSI tetap ingin merangkul Azzahra yang sudah dewasa berusia 21 tahun untuk tim SEA Games 2023 ini jika memenuhi persyaratan prestasi yg ditetapkan timnas renang," pungkas Harlin.
 

 

 

Pewarta : Muhammad Ramdan
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024