Mataram (ANTARA) - PT PLN (Persero) menghabiskan anggaran sebesar Rp3,8 miliar untuk menjalankan sebanyak 42 program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) kepada masyarakat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur pada 2022.

Senior Manager Perizinan, Pertanahan dan Komunikasi PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra), Dede Mairizal, di Mataram, Sabtu, mengatakan sebanyak 42 program TJSL di NTB dan NTT berjalan sangat baik dan memberikan dampak positif bagi penerima manfaat.

"Para penerima manfaat program, seperti para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang mendapatkan binaan mulai dari proses produksi, pemasaran, peningkatan skill dan bantuan perlengkapan, yang tentunya dapat memberikan efek peningkatan nilai omset yang signifikan," katanya.

PLN UIP Nusra, kata dia, terus memantapkan komitmen untuk menjalankan program TJSL secara keberlanjutan melalui program yang dapat membangun kemandirian bagi para penerima manfaat dan tentunya selaras dengan transformasi yang dilakukan oleh PLN.

Sejalan dengan arahan Kementerian BUMN, lanjut Dede, perusahaannya telah melaksanakan program-program unggulan TJSL yang mampu menghadirkan nilai tambah bagi perusahaan melalui pelaksanaan program creating share value dan sustainable development goals (SDG’s) atau tujuan pembangunan berkelanjutan pada tiga fokus kategori, yakni pendidikan, UMKM dan lingkungan hidup.

"Beberapa program PLN Peduli tersebut bertumpu pada pengembangan pilar untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, seperti pilar pembangunan sosial, pendidikan, ekonomi, dan ekosistem lingkungan," ujarnya.

Menurut dia, selain bertugas untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur kelistrikan yang andal, pihaknya juga akan terus menjalankan program yang sesuai dengan SDG’s dan berpedoman pada ISO 26000 untuk hadir memberikan dampak sosial kepada masyarakat melalui program-program PLN Peduli.

"Selain fokus pada program pengembangan UMKM, kami juga melakukan pengembangan desa wisata, penanganan isu-isu sosial, lingkungan hidup dan ekosistem serta pemberdayaan komunitas," ucapnya.

Dede menambahkan dalam menjalankan program TJSL mengacu pada peta jalan (roadmap) dari setiap program yang sudah disusun, memperhatikan proses dari pemanfaatan bantuan tersebut dan melakukan penilaian serta penghitungan dampak terhadap efektivitas program menggunakan metode social return of invesment (SROI).

Menurut dia, penggunaan metode SROI memiliki keunggulan yang sangat strategis, di mana keterlibatan para pemangku kepentingan dari suatu program akan dianalisis untuk mengeksplorasi berbagai dampak yang dirasakan setelah program tersebut berjalan.

Metode SROI juga berusaha untuk mereduksi ketimpangan dampak, melalui goal pembangunan kesejahteraan dengan memasukkan biaya sosial, lingkungan serta biaya dan manfaat ekonomi yang timbul atas aktifitas dari program itu sendiri.

"Ke depan kami berusaha meningkatkan dan terus mendorong lahirnya pemerataan, kemanfaatan perkembangan ekonomi melalui program PLN peduli yang lebih baik, melalui pelatihan-pelatihan keterampilan, pendampingan, dan tentunya menciptakan green ekosistem dengan terobosan-terobosan pendekatan yang memperhatikan kepentingan sosial itu sendiri," kata Dede.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Muda Sejahtera, Shafwan, mengakui berkat kerja sama dan bantuan yang diberikan oleh PLN Peduli, pihaknya memiliki lahan untuk pengembangan rempah mulai dari pembibitan, penyemaian, perawatan hingga proses produksi.

"Alhamdulillah usaha kami mampu berkembang menjadi eduwisata farming dengan rata-rata omset per bulan mencapai Rp50 hingga Rp60 juta," ujarnya.

Pewarta : Awaludin
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024