PLN UIP Nusra siapkan Satgas Penanganan Isu Sosial dan Teknis

id Satgas Penangan Isu,PLN UIP Nusra,Yasir,Geothermal

PLN UIP Nusra siapkan Satgas Penanganan Isu Sosial dan Teknis

PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) bersama seluruh pemangku kepentingan membahas pembentukan (Satgas) Penanganan Isu Sosial dan Teknis terkait adanya penolakan geothermal di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Flores, Nusa Tenggara Timur. (ANTARA/HO-PLN)

Mataram (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) menyiapkan ruang dialog sehat melalui satuan tugas (Satgas) penanganan isu sosial dan teknis terkait adanya penolakan geothermal di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Flores, Nusa Tenggara Timur.

"Kami menafsirkan penolakan geothermal di Wilayah Kerja Panas Bumi Flores sebagai bentuk kegelisahan yang harus dihormati dan ditanggapi secara aktif," kata General Manager PLN (Persero) UIP Nusra, Yasir, dalam keterangan resmi di Mataram, Selasa.

Salah satu wujud tanggap atas sentimen tersebut, PLN UIP Nusra bersama seluruh pemangku kepentingan menyambut inisiatif pembentukan (Satgas) Penanganan Isu Sosial dan Teknis oleh Pemerintah Provinsi NTT yang akan mulai bertugas pada Mei 2025.

Yasir mengatakan Satgas Penanganan Isu Sosial dan Teknis, akan menjadi ruang bersama untuk mendalami isu yang berkembang di masyarakat sehubungan dengan pengembangan geothermal.

Tim Penanganan Isu Teknis dan Sosial akan bekerja dengan melibatkan unsur pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, keuskupan, dan para pengembang. Tim ini bertugas melakukan verifikasi langsung di lapangan serta menyusun rekomendasi atas persoalan yang dihadapi.

Baca juga: PLN UIP Nusra identifikasi dan inventarisasi manifest di lokasi WKP Mataloko

Ia juga menjelaskan bahwa pembentukan tim tersebut merupakan momentum membangun kembali ruang dialog yang sehat dan konstruktif sekaligus menjadi cerminan tekad bersama bahwa pembangunan energi baru terbarukan (EBT) tak bisa lepas dari prinsip keterlibatan, transparansi, dan penghormatan terhadap nilai-nilai lokal.

"Dalam upaya mewujudkan pembangunan yang inklusif, PLN siap berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, tokoh agama, komunitas adat, akademisi, dan masyarakat sipil guna mencari solusi terbaik secara terbuka dan dialogis," ujarnya.

Pasalnya, kata dia, transisi panas bumi sebagai energi alternatif dalam mengamankan pasokan listrik di Pulau Flores, telah melalui proses pertimbangan dan perhitungan yang panjang, di antaranya dari segi kontinuitas operasi, kestabilan energi, hingga dampak lingkungan.

Baca juga: YBM PLN UIP Nusra salurkan bantuan kepada mustahik di sekitar wilayah kerja

Namun demikian, transisi energi bukan semata urusan teknologi, tetapi menyangkut hubungan sosial dan kepercayaan antara masyarakat dan penyelenggara pembangunan.

Oleh sebab itu, PLN terus mengedepankan kolaborasi lintas sektor untuk memastikan bahwa transformasi energi benar-benar berpihak pada kepentingan jangka panjang masyarakat Flores dan Lembata.

Yasir juga menegaskan bahwa pihaknya akan selalu menghormati perbedaan pandangan dari berbagai pihak dan memahami bahwa transisi menuju energi ramah lingkungan melalui pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) perlu dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan secara seimbang.

"PLN berkomitmen menjalankan arahan pemerintah untuk mendorong transisi energi di Indonesia melalui pengembangan pembangkit listrik yang bersumber pada energi terbarukan, salah satunya adalah panas bumi," ucapnya.

Baca juga: PLN UIP Nusra - Pemkab Lembata bahas pengembangan PLTP Atadei

Untuk diketahui, saat ini kapasitas pembangkit di sistem kelistrikan Flores mencapai 104,2 MW dengan beban puncak 104 MW, dan konsumsi listrik diproyeksikan tumbuh 8,26 persen per tahun. Maka, investasi pada energi bersih menjadi langkah penting untuk memastikan ketahanan energi berkelanjutan.

PLN meyakini bahwa dengan pendekatan kehati-hatian, pelibatan masyarakat, serta pengawasan yang transparan, pengembangan PLTP di Flores dan Lembata dapat menjadi model transisi energi berbasis kemandirian daerah, yang mendorong kesejahteraan sosial dan kelestarian alam secara berdampingan.

Baca juga: Tim PLN UPP Nusra lanjutkan pemberkasan ruang bebas SUTT 150 kV Jeranjang-Sekotong