Wamen tekankan pentingnya peningkatan Infrastruktur pendakian Gunung Tambora

id Balai TN Tambora, Wakil Menteri Kehutanan, Pendakian Gunung Tambora

Wamen tekankan pentingnya peningkatan Infrastruktur pendakian Gunung Tambora

Wakil Menteri Kehutanan dr. H. Sulaiman Umar, bersama jajarannya foto bersama di puncak Gunung Tambora jalur Doro Ncanga, Kabupaten Dompu. (ANTARA/Humas Balai TN Tambora)

Dompu (ANTARA) - Wakil Menteri Kehutanan dr. H. Sulaiman Umar, menegaskan pentingnya peningkatan infrastruktur jalur pendakian di kawasan Balai Taman Nasional (TN) Tambora, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Penegasan ini disampaikan, usai dirinya menjajal langsung jalur offroad pendakian via jalur Doro Ncanga menuju Puncak Tambora di ketinggian 2.423 (mdpl), dalam rangkaian kunjungan kerja 22–25 Juli 2025.

"Tambora bukan sekadar gunung. Ia adalah jantung konservasi dan warisan sejarah dunia yang harus dijaga dengan sungguh-sungguh,” tegas Wamen.

Menurutnya, peningkatan fasilitas jalur pendakian, seperti papan informasi keselamatan, pagar pembatas di titik-titik rawan, dan infrastruktur dasar lainnya, sangat mendesak.

Ia menekankan, bahwa aspek keselamatan harus menjadi prioritas, tanpa mengesampingkan kenyamanan dan keberlanjutan lingkungan.

"Kita perlu memastikan bahwa akses pendakian aman, inklusif, dan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Hanya dengan cara itu, wisata alam ini bisa memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.

Baca juga: Wamen Kehutanan resmikan Sanctuary Rusa dan taklukkan puncak Tambora

Sementara itu, Kepala Balai TN Tambora, Abdul Azis Bakry, membenarkan bahwa selama perjalanan menuju puncak, Wamen banyak memberikan arahan, khususnya terkait keamanan dan keselamatan jalur pendakian.

"Titik-titik bibir kawah yang rawan karena pasirnya labil dan jalurnya sempit dipasang pagar pembatas. Ini demi menghindari potensi kecelakaan,” jelasnya mengutip usulan Wamen.

Meski jalur Tambora relatif tidak se-ekstrem jalur pendakian di Gunung Rinjani atau Semeru, Wamen tetap menekankan perlunya sistem pengamanan yang terstruktur dan preventif.

Selain itu, lanjut Azis, Wamen juga mendorong agar ada pelatihan khusus untuk petugas taman nasional serta pemandu lokal, seperti yang telah diterapkan di Balai TN Gunung Rinjani.

"Pak Wamen mengingatkan pentingnya pelatihan teknis bagi petugas lapangan TN Tambora agar siap menghadapi dinamika pengelolaan wisata alam yang semakin kompleks,” imbuh Azis.

Baca juga: Gunung Tambora: Simfoni alam, sejarah, dan masa depan konservasi Indonesia

"Hal ini menjadi evaluasi nasional, mengingat peristiwa kecelakaan di kawasan TN Rinjani belum lama ini. Kita harus belajar dan antisipatif,” tambahnya.

Azis menuturkan, pengelolaan jalur pendakian TN Tambora telah melibatkan masyarakat lokal. Setiap pendaki wajib didampingi oleh pemandu atau porter dari warga sekitar, sebagai bagian dari pemberdayaan sekaligus pengawasan lapangan.

"Jumlah pendaki terus meningkat setiap tahun, termasuk wisatawan mancanegara. Jalur yang paling ramai adalah jalur tracking via Pancasila, meskipun masih ada juga yang masuk lewat jalur tidak resmi,” ungkap Azis.

Kunjungan kerja Wamen ini, kata Azis, menjadi bukti bahwa pelestarian kawasan tidak bisa berdiri sendiri.

"Diperlukan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mewujudkan semangat Hutan Lestari, Masyarakat Sejahtera," pungkasnya.

Baca juga: Menaklukkan Tambora: Jejak di gunung yang pernah mengubah Dunia
Baca juga: Johan Rosihan: Saatnya dunia menyapa Tambora
Baca juga: Tambora didorong jadi KSN konservasi dan eduwisata
Baca juga: Balai TN Tambora temukan aktivitas ilegal ancaman bagi ekosistem konservasi

Pewarta :
Editor: Abdul Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.