Mataram, NTB (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR Johan Rosihan mendorong Taman Nasional Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, menjadi kawasan strategis nasional (KSN) berbasis konservasi dan kebudayaan serta sebagai pusat eduwisata berkelanjutan di Pulau Sumbawa.
Dalam keterangannya yang diterima di Mataram, NTB, Rabu, Johan mengatakan bahwa Gunung Tambora bukan sekadar destinasi wisata alam, tetapi merupakan kawasan yang menyimpan nilai ekologis, historis, dan strategis dalam kebijakan pembangunan nasional.
"Tambora adalah simfoni alam, sejarah, dan masa depan konservasi Indonesia. Kita tidak bisa lagi memisahkan antara pelestarian, edukasi, dan pengembangan ekonomi lokal berbasis wisata berkelanjutan," ujar Johan saat berada di Puncak Tambora.
Baca juga: BTNT siapkan destinasi wisata khusus non pendakian di Gunung Tambora
Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) NTB 1 Pulau Sumbawa ini melakukan pendakian ke puncak Gunung Tambora bersama tim dari Taman Nasional Tambora.
Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmennya dalam mendorong pelestarian kawasan konservasi sekaligus pengembangan Tambora sebagai pusat edukasi dan pariwisata berkelanjutan di Pulau Sumbawa.
Johan menegaskan perlunya pengelolaan terpadu yang tidak hanya fokus pada pelestarian alam, tetapi juga penguatan identitas sejarah dan pemberdayaan ekonomi lokal.
Letusan Tambora pada 1815 merupakan peristiwa vulkanik terbesar dalam sejarah modern yang berdampak global.
Baca juga: Sebanyak 626 orang berkunjung di wisata non pendakian Gunung Tambora saat libur lebaran
Oleh sebab itu, Johan menilai narasi sejarah besar ini belum sepenuhnya diangkat dalam sistem pendidikan nasional maupun dalam kerangka promosi wisata budaya.
Karena itu, Johan mendorong pemerintah pusat menetapkan Tambora sebagai KSN berbasis konservasi dan kebudayaan.
Ia juga mengusulkan dibentuknya pusat interpretasi geowisata dan edukasi berbasis sejarah serta program kolaborasi riset internasional untuk menarik perhatian dunia terhadap pentingnya pelestarian kawasan ini.
"Dulu Tambora menyapa dunia melalui letusannya yang mengubah iklim global. Kini, saatnya dunia menyapa Tambora melalui riset, konservasi, dan pariwisata edukatif yang berkeadilan," tegas Johan.
Baca juga: Jalur pendakian gunung Tambora dibuka
Selain mendorong kebijakan konservasi, Johan juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat lokal sebagai pelaku utama dalam sistem ekowisata dan pengawasan kawasan.
Menurutnya, pendekatan berbasis kearifan lokal adalah kunci keberhasilan pengelolaan jangka panjang.
"Ini adalah langkah kami untuk mengangkat Tambora dalam agenda kebijakan nasional, dan mengundang semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha, akademisi, maupun komunitas lokal untuk menjadikan Tambora sebagai teladan dalam harmoni antara alam, budaya, dan pembangunan," kata Johan.