Lombok Timur (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menetapkan status siaga bencana sebagai bentuk antisipasi menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi pada musim hujan 2025/2026.
"Kegiatan apel siaga bencana ini bukan sebatas seremonial, tetapi sebagai langkah pencegahan dan tidak lengah, sehingga kesiapsiagaan dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap kesiapan personel dan peralatan," kata Bupati Lombok Timur Haerul Warisin saat apel siaga bencana di Lombok Timur, Rabu.
Ia mengatakan wilayah Kabupaten Lombok Timur merupakan daerah yang sangat rentan terhadap bencana, karena berada dalam indeks risiko dengan 11 jenis ancaman bencana.
Ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan cuaca ekstrem, telah terbukti membawa dampak signifikan.
"Kerugian material akibat bencana di Lombok Timur setiap tahunnya berada di atas Rp9 miliar," katanya.
Baca juga: Pemkab Lombok Timur menetapkan status siaga darurat bencana
Ia mengatakan bencana saat ini tengah melanda beberapa provinsi di Aceh dan Pulau Sumatera, serta mengakibatkan korban jiwa maupun kerugian material yang begitu banyak.
"Bahkan di wilayah kita sendiri, banjir baru-baru ini telah menerjang Desa Pringgabaya hingga Perigi, yang mengakibatkan kerugian termasuk putusnya jembatan yang vital," katanya.
Menanggapi rilis potensi cuaca ekstrem dari BMKG, Bupati Haerul menginstruksikan agar kesiapsiagaan harus ditingkatkan tidak hanya dalam aspek respons, tetapi juga mitigasi aktif.
Ia menekankan beberapa poin kunci antara lain peningkatan kapasitas internal serta menggelar simulasi berkala untuk memastikan petugas mampu menggunakan peralatan sesuai SOP.
"Seperti validasi dokumen dengan memastikan SOP dan sistem peringatan dini valid dan dapat diimplementasikan cepat di lapangan," katanya.
Baca juga: Status Lombok Timur masih level darurat bencana
Ia mengatakan optimalisasi keterlibatan masyarakat dengan terus mendorong partisipasi aktif relawan dan komunitas dalam mitigasi bencana, serta sinergi dan kolaborasi untuk memperkuat gotong royong antar-instansi untuk penanganan bencana yang efektif dan bebas hoaks.
Secara spesifik, Bupati Haerul juga menginstruksikan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Perhubungan, dan BPBD untuk segera bergerak melakukan penebangan atau pengurangan ranting pohon yang berpotensi tumbang dan menimbulkan bencana.
"Mari jadikan apel gelar pasukan ini sebagai komitmen bersama. Ingatlah, kesiapsiagaan merupakan investasi untuk mengurangi risiko," katanya.
Apel yang dihadiri pula oleh Wakil Bupati, Sekda, Forkopimda, Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Mataram, dan berbagai instansi pendukung ini diakhiri dengan pemeriksaan pasukan dan peralatan sebagai simbol dimulainya masa siaga daerah.
Baca juga: Lombok Timur lakukan mitigasi bencana hidrometeorologiBaca juga: Sebanyak 20 desa di Lombok Timur rawan bencana banjir
Baca juga: Sebanyak 42 titik pohon tumbang akibat cuaca ekstrem di Lombok Timur
