Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dinas Perdagangan mendorong petani di Pulau Sumbawa untuk menanam pohon kemiri dan vanili untuk memenuhi permintaan ekspor seiring meningkatnya permintaan pasar luar negeri.
"Kita lagi mendorong petani di Kabupaten Sumbawa, Bima dan Dompu di Pulau Sumbawa untuk menanam pohon kemiri dan vanili karena permintaannya cukup besar untuk ekspor," kata Kepala Dinas Perdagangan NTB, Jamaluddin Malady di Mataram, Rabu.
Ia menilai wilayah Pulau Sumbawa sangat cocok untuk ditanami pohon kemiri dan vanili, mengingat lahan yang ada di pulau tersebut sangat luas.
"Karena ekspor kemiri yang dilaksanakan di halaman Bank Indonesia, Rabu (23/7) banyak berasal dari Bima. Cuman, pohon kemiri di Bima belum begitu banyak. Nah kalau bisa masyarakat (petani) yang punya lahan-lahan luas di Bima tanam kemiri karena 3-4 tahun sudah panen," ujarnya.
Baca juga: NTB ekspor komoditas nontambang ke Amerika, Eropa dan Asia
Jamaluddin mengatakan selain untuk memenuhi pangsa ekspor, penanaman pohon kemiri dan vanili ini juga dapat mencegah bencana banjir yang setiap tahun melanda kabupaten/kota di pulau itu.
"Jadi, selain harganya mahal karena untuk ekspor juga. Adanya pohon-pohon ini dapat melindungi dan menjaga lingkungan di Bima dari banjir. Begitu juga di Sumbawa. Apalagi informasi-nya Bupati Sumbawa sudah menjanjikan bagi masyarakat yang menanam pohon keras 1 hektare diberikan 1 sapi. Karena program ini bagus, apalagi ini (kemiri) ekspor, Timur Tengah, Korea, China, Jepang, Malaysia butuh," terang Jamaluddin.
Menurutnya, secara potensi pohon kemiri sangat menjanjikan. Karena, permintaan pasar khususnya luar negeri cukup besar.
"Jadi sangat bagus ini, apalagi daerah disana pegunungan sehingga untuk ditanami pohon kemiri dan vanili. Itu tadi bisa menjaga sumber air di hulu," ujarnya.
Baca juga: Petani Lombok Barat minta pemerintah bantu bibit vanili tahan penyakit
Lebih lanjut, Jamaluddin, tidak menampik jumlah penanaman pohon kemiri masih sangat kurang. Padahal, secara prospek sangat bagus karena dibutuhkan untuk ekspor. Terlebih harganya Rp100 ribu per kilogram.
"Harga kemiri ini bisa Rp100 ribu lebih per kilogram-nya untuk ekspor, apalagi perawatan pohon ini nggak butuh biaya besar," katanya.
Oleh karena itu, dia berharap masyarakat atau petani di NTB dapat memanfaatkan peluang pasar tersebut, sehingga tidak diambil oleh negara lain.
"Karena jika kita memenuhi permintaan ekspor ini, maka dampaknya buat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat kita semakin meningkat," katanya.
Baca juga: Petani di NTB diminta gencarkan budidaya vanili organik
Sebelumnya sebanyak 5 ton kemiri asal Desa Riamau, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, NTB, resmi diekspor ke Jepang. Pelepasan ekspor ini dilakukan oleh Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal dan dihadiri Wakil Bupati Bima Irfan Zubaidy di halaman Kantor Perwakilan BI di Kota Mataram, Rabu (23/7).
Ekspor kemiri ini bersamaan dengan berbagai komoditas non tambang dari para pengusaha dan petani lokal di NTB.
"Ini adalah langkah yang baik dan saya mengungkapkan bahwa teman-teman di provinsi maupun di kabupaten dan kota sama-sama untuk bisa meningkatkan lebih banyak lagi produk lokal yang bisa kita masukkan (ekspor) ke dunia internasional," kata Iqbal.
Berbagai produk non tambang yang dikirim ke luar negeri tersebut, di antaranya empat ton vanili ke Amerika Serikat, lima ton kemiri ke Jepang, satu kontainer hiasan rumah ke Jerman, dan satu kontainer perabotan ke Spanyol.
Baca juga: Produk vanili organik asal Lombok diminati pasar global
Baca juga: NTB menggencarkan penanaman vanili organik untuk pasar ekspor
Baca juga: NTB ekspor 2,36 ton vanili ke Amerika Serikat
Baca juga: Petani NTB kembangkan tanam vanili organik
Baca juga: Amerika Serikat meminta vanili organik kering sebanyak 23 ton dari NTB
