Lombok Tengah (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyatakan bencana hidrometeorologi banjir dan pohon tumbang merupakan dampak cuaca ekstrem yang terjadi pada Selasa (4/11) sore dan kini telah ditangani dan bantuan logistik telah diberikan.
"Jumlah warga yang terdampak bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem itu mencapai 30 orang," kata Kepala BPBD Lombok Tengah Ridwan Maruf di Lombok Tengah, Rabu.
Ia mengatakan pohon tumbang dan banjir yang menerjang puluhan rumah warga di Kota Praya tersebut akibat cuaca ekstrem yang terjadi pada Selasa (04/10 ) sore hingga malam. Namun banjir yang terjadi tidak terlalu lama, sehingga warga tidak ada yang mengungsi.
"Tidak ada korban jiwa, banjir hanya terjadi sekitar satu jam dan airnya langsung surut begitu hujan selesai," katanya.
Ia mengatakan untuk pohon tumbang terjadi di beberapa titik ruas jalan dan menimpa sepeda motor dan mobil, serta menutup akses arus lalu lintas.
Begitu mendapatkan laporan, pihaknya langsung turun bersama petugas gabungan untuk mengevakuasi pohon tumbang yang terjadi di wilayah Kota Praya.
"Akses jalan yang sempat tertutup pohon tumbang, sekarang sudah bisa dilewati," katanya.
Ia mengatakan untuk daerah rawan bencana hidrometeorologi, seperti tanah longsor, itu di wilayah Lombok Tengah bagian utara dan selatan. Sedangkan untuk potensi bencana banjir dan pohon tumbang di semua wilayah di Lombok Tengah, sehingga warga harus tetap waspada.
"Banjir yang terjadi ini hanya di Kota Praya saja," katanya.
Sementara itu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta warga NTB untuk mewaspadai curah hujan tinggi selama sepekan ke depan dari tanggal 4 hingga 11 November 2025.
"Saat ini terpantau ada gangguan atmosfer yang mampu menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem," kata Kepala Stasiun Meteorologi BMKG NTB Satria Topan Primadi di Mataram.
Baca juga: BPBD distribusi geobag ke warga terdampak banjir rob di Mataram
Satria menjelaskan peningkatan curah hujan disebabkan oleh beberapa faktor dinamika atmosfer, yakni gelombang atmosfer frekuensi rendah, belokan angin, serta kelembapan tinggi di berbagai lapisan udara yang memicu terbentuknya awan konvektif.
BMKG mendeteksi potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang di Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, serta wilayah Sumbawa hingga Bima. Fenomena itu dapat terjadi secara berulang selama sepekan mendatang.
Baca juga: Apel kesiapsiagaan bencana siap digelar di Mataram
Selain hujan, lanjutnya, potensi gelombang tinggi juga terpantau di beberapa perairan NTB. Selat Lombok bagian selatan dan Samudera Hindia Selatan NTB diperkirakan mengalami gelombang setinggi 2,5 hingga 4 meter pada 5–6 November 2025.
Satria mengimbau agar aktivitas pelayaran dan nelayan memperhatikan kondisi perairan sebelum berangkat.
"Kami mengimbau agar masyarakat pesisir lebih waspada terhadap potensi banjir rob akibat kombinasi pasang air laut dan curah hujan tinggi," ucapnya.
